20. Our baby?

1.2K 103 24
                                        


Waktu terus berjalan begitu pula bertambahnya usia janin yang di kandung wanita bertubuh kurus itu. Sudah melebihi kesabarannya menunggu Jungkook yang tak kunjung pulang atau hanya sekedar memberi kabar. Semua orang pasti mempunyai batas dalam diri mereka, sama hal nya dengan Hana yang sudah tak tahan untuk bertemu kembali dengan Jungkook. Ia merindukan pria itu. Begitu pula bayi yang ada didalam rahimnya. Sangat.

Mungkin tubuhnya sudah mulai melemah terlebih lagi usia kandungan yang memasuki umur 34 minggu lamanya. Bagi wanita yang sedang mengandung kenaikan berat badan adalah hal yang sudah umum, Hana mengalaminya juga. Hanya saja tubuhnya terlihat sangat kekurangan asupan. Tentu saja wanita itu tidak terlihat seperti wanita hamil pada umumnya. Ia sangat tertekan, hal itu yang menyebabkan tubuhnya tidak memiliki postur layaknya wanita yang tengah mengandung.

Perutnya tentu saja membuncit dan terlihat sangat besar, sehari-hari Hana hanya makan untuk mencukupi asupan sang bayi. Tapi siapa sangka sebanyak apapun ia memasukan berbagai macam bentuk makanan yang Jimin sediakan tetap saja tubuhnya terlihat kurus dan sangat lemah, ditambah bibir pucatnya itu.

Seharian didalam kamar membuatnya sangat jenuh dan mulai berpikir untuk menuju taman yang Jimin sediakan untuknya, bukan berarti Jimin itu baik kepadanya. Pria itu tidak ingin membuat rumor atau berita sindiran akan dirinya diluar sana jikalau Hana keluar dan menampakkan dirinya dihadapan orang-orang sekitar. Jahat bukan.

Baru beberapa langkah kaki kurusnya menapaki anak tangga, tiba-tiba ia merasakan rasa sakit yang begitu hebat dari bagian perutnya. Ia yakin ini belum saatnya menuju persalin, dan mungkin saja ini hanya sebuah kontraksi biasa,

Pikirnya.

"Akh, tidak. Ini sangat sakit."

Salah satu tangannya menggenggam erat pegangan tangga dengan tangan lainnya mencengkram gaun tidur yang ia gunakan. Perlahan ia berusaha menurunkan tubuhnya agar dapat duduk pada anak tangga tempatnya berdiri. Mengambil, menahan, dan membuang nafas terus-menerus. Semakin lama rasa sakit itu bertambah, hingga membuat wanita itu dengan spontan menjatuhkan tubuhnya berbaring pada anak tangga lainnya.

Menyakitkan sekali, Hana sempat yakin bahwa ia akan segera melahirkan tapi sesaat kemudian rasa sakit itu kian mereda diiringi tubuhnya yang perlahan bangkit dengan tangan yang senantiasa mengelus perut besarnya.

"Koo, apa kau di dalam sana merasakan sakit juga?" tanyanya pada bayi yang belum lahir itu.

Begitu menyedihkan melihat wanita itu menjalaninya sendirian.

Setelah dirasa membaik Hana bergegas kembali berdiri dengan kedua tungkainya yang masih terasa lemas. Betapa menyedihkannya wanita itu, di rumah ini ia hanya ditemani oleh para penjaga yang Jimin kerahkan diluar sana tanpa ada satupun orang atau pelayan yang menemaninya atau hanya sekedar membantunya. Ia membutuhkan Jungkook. Sangat.

Beberapa anak tangga telah berhasil ia lewati dengan perlahan, langkahnya semakin melambat karena membawa bobot tubuh yang tak lagi seperti dulu. Membawa sebuah kehidupan dalam dirinya. Itu sebuah anugrah, namun dalam keadaan seperti ini apakah itu bisa disebut seperti itu?

Anak tangga terakhir berhasil ia lewati, baru beberapa detik ia memijakkan kakinya diatas ubin kayu itu pintu utama tiba-tiba terbuka begitu saja. Hal itu berhasil membuat Hana tersentak kaget.

"JIMIN!!!"

Teriakan itu terdengar dari bibir seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam rumah itu.

Tentu saja tatapan mereka saling bertemu, wanita itu nampak terheran dengan keberadaan Hana yang masih mematung di dekat tangga.

"Siapa kau?" tanya wanita itu penuh sirat keinginan tahuan.

Partner BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang