Playlist : The Man-Taylor Swift
~Yang menakjubkan dari kehilangan, keterpurukan, adalah bangkit dan membuat perubahan~
****
"Kita sudah membicarakan ini Bal, please aku harus datang sekarang," keluh Vanessa. Dia sudah rapi, setelah percintaan panas mereka yang hanya satu sesi, Vanessa akhirnya mengenakan pakaian yang layak pemberian Iqbal. Lelaki itu penuh kejutan!
"Kalau begitu aku akan mengantarmu," final Iqbal yang tak ingin dibantah.
"Bal, aku tak mau kejadian kemarin terulang lagi. Lagipula sepertinya kamu juga sibuk," bujuk Vanessa lagi.
Iqbal menggeleng keras dan tetap dengan pendiriannya. Vanessa menghembuskan nafasnya lelah, baiklah dia mengalah dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa.
"Ayo," Iqbal menggandeng tangan Vanessa dan dengan cepat masuk ke dalam privat evalator menuju lobi. Iqbal sudah menyuruh Bryan untuk menyiapkan mobilnya.
"Bal, kamu harus pakai pengaman. Nanti antarkan aku ke apotek untuk membeli kontrasepsi darurat," keluh Vanessa. Dia tidak memandang Iqbal dan berfokus pada ponselnya, membalas puluhan chat dari Cindy.
Iqbal membatu dengan wajah sangarnya mendengar penuturan Vanessa.
"Apa kamu akan selalu menguji kesabaranku?"
"Ehh?" Vanessa menolehkan kepalanya dan terkejut melihat wajah emosional Iqbal.
"Apa kamu ingin tau rasanya terkurung dalam kamar tanpa bisa mengenakan sehelai pakaian pun sugar?" bisik Iqbal rendah di telinga Vanessa.
"A-apa maksudmu?" jantung sialan! Kenapa selalu hidup ketika sedekat ini dengan Iqbal.
"Kalau kamu berani mengonsumsi pil sialan itu, aku benar-benar akan mengurungmu dan menidurimu sampai kamu hamil! Sampai spermaku berhasil bertemu sel telurmu dan membentuk janin!" ucapnya di akhiri dengan tiupan dan jilatan di telinga Vanessa.
Vanessa melotot dan memalingkan mukanya yang memerah padam. Sial! Hidupnya tak akan sama lagi di hari-hari berikutnya setelah bertemu dengan lelaki ini.
Pintu lift terbuka dan Iqbal tetap menggandeng tangan Vanessa. Entah mengapa Vanessa merasa semua orang disana tengah menatapnya. Dia mengedarkan pandangannya dan benar beberapa orang tengah menatap mereka.
"Bal mengapa mereka melihat kita seperti itu?"
"Karena kita pasangan yang sempurna," acuhnya dan terus berjalan dengan langkah lebar. Beberapa orang tegap dengan setelan jas hitamnya juga terlihat berdiri di beberapa sudut.
Vanessa mendelik kesal dan bungkam. Percuma sepertinya bertanya kepada lelaki itu. Meskipun dia sedikit aneh dengan pemandangan itu namun Vanessa mengacuhkannya. Ingat! Dia seorang model dan terbiasa mendapat tatapan seperti itu. Tapi yang sedikit menganggunya adalah, gedung apartemen yang dia tempati adalah tempat kawanan high class people.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Heartbreak (on Going)
Romance⚠⚠WARNING⚠⚠⚠ ⚠⚠ADULT KONTEN ⚠⚠ CERITA INI MENGANDUNG BANYAK UNSUR DEWASA!! Vanessa meninggalkan Jakarta, meninggalkan segalanya di kota itu. Meninggalkan segala kenangan yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. Rasa sakit yang teramat membuatny...