23-MEMILIH TAKDIR

135 12 5
                                    


Upacara pemakaman Anna dilaksanakan setelah hasil autopsi keluar. Anna meninggal disebabkan karena kurangnya oksigen dalam darah, pembunuh itu sengaja membuat korbannya merasa kesakitan lebih lama.


Aku dan Junyeong datang sangat-sangat terlambat. Jika kita datang lebih awal Anna bisa saja terselamatkan, tapi aku benar-benar bodoh. Kemarin aku dan Junyeong juga sempat di wawancarai dikantor polisi untuk menjadi seorang saksi.

Saksi sebagai kematian sahabatku sendiri.

“Sudahlah jangan terus-menerus menyalahkan diri sendiri. Aku datang untuk menjadikan bahuku sebagai sandaranmu”. Donghyuk berusaha menenangkanku.

Donghyuk menarik bahuku membiarkan kepalaku terbenam dalam pelukannya. Aku tak berniat bertemu dengannya saat ini, aku tidak ingin menangis di hadapannya dia sudah terlalu banyak beban dan tidak seharusnya aku membaginya kesedihan seperti ini.

Namun ketidak sengajaanlah yang membuat kami bertemu di sini. Saat aku sedang asyik menikmati riak-riak sungai di bawah sana sembari memaki diri sendiri, dia datang. Dia yang sedang berlari santai di pagi yang cerah ini.

“Aku sudah tahu semuanya dari Junyeong”. Bisiknya, aku melepaskan pelukanku padanya.

Menghapus air mataku, aku tidak boleh menangis di depannya.

“Kau tidak sibuk?”. Tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan agar tidak terlalu sedih.

Dia mengangguk.

“Setelah good bye stage ini aku akan comeback lagi dengan sub unit lain”.
Sekarang giliranku yang mengangguk.

“Maaf aku tidak bisa datang ke pemakaman Anna kemarin”.
Aku mengangguk sekali lagi.

“Ya! Lee Donghyuck!”. Panggil seseorang padanya. Donghyuk berjalan menghampiri pria itu, Chenle.

Kemudian berbisik sebentar dan Chenle mengangguk mengerti kemudian teman-temannya yang lain terlihat seperti menggodanya kemudian pergi meninggalkan Donghyuk.


Chenle, hatiku masih sakit mengingat tatapan kebenciannya saat pemakaman Anna malam itu.


😌😌😌


Ayah merangkulku sembari menyambut kedatangan keluarga Anna. Mereka terlihat lebih tabah dari diriku. Aku berkali-kali meminta maaf pada mereka karena tidak bisa menjaga Anna lebih baik. Tapi keluarga Anna benar-benar berhati lapang, aku menyadari ternyata sifat Anna menurun dari keluarganya.

Bahkan mereka sempat berterima kasih padaku karena telah menumpangi Anna di rumahku dan telah menjadi teman baik Anna. Itu membuatku menjadi lebih merasa bersalah.

Keluarga Anna memutuskan untuk memakamkan anaknya di kampung halamannya. Kami semua mengantar jenazah Anna menuju bandara.


Beberapa orang sibuk mengatur jadwal penerbangan, ayah terlihat mondar-mandir memastikan semua berjalan baik. Keluarga Anna sudah bersiap memasuki pesawat setelah jenazah Anna di bawa masuk ke dalam pesawat khusus pengantar jenazah antar Negara itu.


Junyeong merangkul bahuku, kami tidak bisa bepergian keluar negeri karena kasus kematian Anna belum terbongkar dan kami sedang menjadi saksi TKP. Aku menatap suster-suster yang memasukkan peti jenazah Anna turun dari pesawat sesaat sudut mataku menemukannya.

BackStage || Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang