21-RELATEDness

101 14 12
                                    




"Dan idol temanku itu adalah Chenle. Sebenarnya aku ingin menceritakan perihal ini padamu sedari dulu Hyunji tapi aku terlalu takut dan sibuk memikirkan hal lainnya".





Aku masih tidak memepercayai ucapan Anna itu. Bagaimana bisa dia tidak menceritakannya padaku? Padahal Anna tahu jika aku sangat terobsesi dengan Chenle.



Anna menatapku setelah menyelesaikan kata-katanya tapi aku masa bodo dan meninggalkannya begitu saja.






Kubiarkan saja wajahku menembus angin yang badanku seolah telah kebal dengan angin malam, aku tak peduli.



Sekarang aku hanya ingin berlari untuk membiarkan egoku perlahan tersadar. Biarkan aku memutuskan perasaanku yang memang seharusnya tidak serumit ini.

Aku hanya butuh meninggalkan dan mengikhlaskannya saja setelah itu biar takdir yang membawa jalan perasaanku kembali.



Entah untuk membuka pintu yang baru atau akan menutupnya rapat-rapat hingga seseorang datang dan berani untuk mengetuknya.
Aku hanya perlu menunggu.


Jalanan seolah mengerti keadaanku dengan menyembunyikan isak tangisku dengan riuhnya suara kendaraan yang saling bersautan. Aku terus berlari hingga pandanganku mulai buram sebab pelupuk mataku dipenuhi oleh air mataku yang perlahan turun menyusuri pipiku kemudian ikut terhempas seakan turut terbawa angin langkah kakiku.



Chenle? Donghyuk? Anna? Bagaimana aku bisa se-egois ini?




Kubiarkan napasku menderu setelah berlari cukup jauh dari rumah. Dan kakiku memutuskan untuk berhenti pada salah satu pemandangan terbaik untukku saat ini. Napasku masih saja menderu, perlahan aku mulai mencoba mengaturnya dengan air mata yang tak lagi dapat terkontrol.



Kuresapi semua perasaan dan pemikiran-pemikiran yang mukai bergejolak. Aku masih memiliki banyak pertimbangan. Kutatapi air yang beriak tenang di sampingku dengan iringan suara syahdu kendaraan yang saling bersautan.


Mencoba memahami apa keputusan yang tepat untuk semua ini.





Setelah memandangi pemandangan malam ibukota cukup lama dan napasku juga perlahan mulai stabil kupikirkan kembali keputusan itu.

Keputusan untuk segera melupakan perasaan tak terbalasku pada Zhong Chenle ataupun perasaan halu-ku pada Lee Donghyuk.



Benar? Aku harus memulai awalan baru. Tidak membuat rumit segalanya karena aku memang tidak mempunyai hak untuk masing-masing kepentingan. Maksudku untuk mencegah hatiku terkoyak dan memang sebaiknya aku harus segera melupakan semua ini dengan bersikap biasa-biasa saja.


Namun aku tidak bisa menghentikan air mataku yang terus mengalir deras, itu juga membuat rasa sakit dalam hatiku tidak berkurang.



"Kenapa Anna tidak menceritakannya dari dulu?" Pertanyaan itu yang selalu terngiang ketika aku mencoba melepaskan perasaanku pada Zhong Chenle.

Dan akhirnya setelah berjam-jam berusaha menenangkan diri akhirnya aku berhasil, berhasil mengehentikan isak tangisku dan berhasil membuat keputusan terbaik.






Junyeong kembali menelponku aku mematikan ponsel setelah mengiriminya pesan "Aku tak apa-apa jangan khawatir sebaiknya pertemuan itu kita tunda besok saja?"

Sebenarnya Junyeong sudah berkali-kali meneleponku sebelum panggilan ini tapi aku mengabaikannya karena aku benar-benar ingin sendiri. Urusan teror itu biar nanti-nanti saja.


BackStage || Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang