Kepada hujan yang selalu mengharap kehadiran pelangi, seharusnya ia sadar, bahwa pelangi tak pernah bisa datang kapanpun ia inginkan.
Bahwa pelangi pun punya waktunya sendiri.
Ia tak bisa selalu hadir saat sedihmu butuh di rengkuh, saat dinginmu butuh di hangatkan.
Saat sepinya dirimu justru meramaikan bumi dengan gemercik air.
Ia bukan obat penawar sepi, jangan kau perlakukan pelangi seperti itu.
Ia mudah sekali pudar.
Temanmu hanya kelabu, menggantung rendah di langit, melingkupi bumi.
Nyanyianmu adalah suara kibasan angin,
Hal-hal yang kita inginkan bertahan lama justru mudah sekali pergi.
Apakah kau akan tetap berharap pada pelangi-pelangi itu?
Sekali lagi, ia bukan penawar sepi yang meski telah kau jeritkan berkali-kali serupa hujan deras yang mengguyur bumi.
Sisa tangismu adalah embun diantara dinginnya pagi.
Kuharap cahaya mentari mampu menghangatkan dirimu, mampu menenangkanmu diantara gemuruh badai.
Mampu mengusir rasa penatmu, menghangatkan dirimu lebih daripada kau mengharapkan pelangi.
Kuharap kau segera sembuh dan baik-baik saja setelah melewati segala badai dalam dirimu.
Hujan...
Alunan melodi sepi yang berakhir di kaca jendela serupa bulir-bulir air, lalu kau akan tenang setelahnya.
Kau akan membaik.
Kau akan sembuh dari semua luka-lukamu.Minggu, 28 Juni 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Rasa [Complete]✓
PoezjaKumpulan Sajak. Kamu ingin mengatakan sesuatu tapi lidahmu kelu? Apa terkadang kau mengakhirinya bahkan sebelum memulainya? Maka kamu bisa membaca ini. Karena ini adalah .. Kata tentang rasa yang kadang memang tak bisa diucapkan dengan suara. Mungk...