Sang penjelajah waktu menyimpan setiap kenang.
Akhirnya melepas setiap pertemuan dengan damai.
Menjadi Arkais yang hanya bisa diingat.
Ia mafhum, memang beginilah hidup.
Sudah terlampau lama ia merindukan setiap masa.
Hanya mampu menumpuknya dalam hati dan kepala.
Ia tak berani untuk lebih berkata-kata.
Menuntut yang seharusnya tak perlu.
Lebih memilih mencoba memahami.
Asal ia tak kehilangan diri sendiri, tak apa.
Sudah terlampau lama hatinya rindu ingin mengulang.
Tapi ia biarkan, seperti bunga harapan kecil yang hanya akan layu. Takkan tumbuh.
Kini ia sedang menatap seseorang yang menertawainya sambil memandangnya. Dirinya sendiri.
Ia terlampau lama berteman sepi dan rindu yang tak kunjung sembuh.
Hingga akhirnya ia terbiasa.
Terbiasa menuliskannya dalam buku, sobekan kertas, nota belanja. Di mana-mana.
Ia tahu bahwa dirinya berubah, pun perasaannya.
Ia menikmati rindunya seperti ia menikmati setiap rintik yang jatuh ke bumi.
Seperti ia menikmati langit, sepi, kopi, buku-buku, dan dunianya sendiri.
Dengan semua pertemuan dan perpisahan yang kadang masih terngiang dalam kepala.
Sekali lagi, ia mencoba mafhum.
Selasa, 25 Februari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Rasa [Complete]✓
PuisiKumpulan Sajak. Kamu ingin mengatakan sesuatu tapi lidahmu kelu? Apa terkadang kau mengakhirinya bahkan sebelum memulainya? Maka kamu bisa membaca ini. Karena ini adalah .. Kata tentang rasa yang kadang memang tak bisa diucapkan dengan suara. Mungk...