🌻1🌻

1K 115 77
                                    

Flashback.

Irene masih memeluk sebuah figura foto dalam dekapannya, malam semakin terasa dingin, dan gelap. Hujan juga masih setia mememaninya sejak tadi pagi. Matanya sudah benar – benar bengkak, dan tubuhnya sangat lemas.

Pagi tadi, dia baru saja mengantarkan Suho ke peristirahatan terakhirnya. Tempat dimana Suho bisa tidur dengan tenang untuk selamanya. Irene menurunkan kakinya pada lantai dingin kamarnya, menatap pantulan dirinya pada kaca. Berantakan semua, tubuhnya terlihat semakin mengurus, wajahnya yang pucat, serta kantung mata yang menghitam. Ini bukan Irene yang sebelumnya.

Kepalanya kembali memutar semua runtutan kejadian 4 hari yang lalu, dimulai dari dia bangun tidur dan masih ada Suho disampingnya tengah mendengkur pelan, dia menyiapkan pakaian kerja Suho, juga sarapan untuk Suho. Hingga Suho yang mengecup kening Irene lama, sebelum akhirnya dia meninggalkan Irene untuk selamanya.

Semuanya baik – baik saja 4 hari lalu, hingga satu kabar membuat seluruh dunia Irene kemudian runtuh dan gelap. Tak ada lagi senyum, semua orang memandang iba padanya. Di umurnya yang ke 26 tahun dia resmi menyandang status janda. Dunia benar – benar tak adil padanya, Suho diambil seminggu sebelum ulang tahun pernikahan mereka yang ke 3.

Sebelumnya dunianya baik – baik saja, sebelumnya semuanya terasa sempurna.

Irene membuka pintu kamarnya, sudah ada Ibunya dan Ibu mertuanya berdiri tepat didepan pintu kamar dengan wajah khawatir.

"Nduk."

"Teh." Ucap mereka berdua bersamaan.

Irene menetap mereka berdua bergantian, kemudian tersenyum tipis "Aku udah gak apa – apa, jangan khawatir." Ujar Irene menjawab ke khawatiran mereka berdua.

"Makan dulu ya? kamu udah 4 hari gak makan." Ucap Ibu mertuanya.

Kepala Irene mengangguk, dia harus tetap hidup bagaimanapun juga. Jadi dia mengikuti Ibu dan Ibu mertuanya, kemudian salah satu ART yang bekerja dirumah Irene membawakan satu nampan berisi makanan untuk Irene. Namun yang terjadi Irene hanya mampu memakan 3 sendok makanan ke mulutnya.

Ibu dan Ibu mertuanya mencoba mengerti dengan keadaan Irene sekarang, lalu mereka mengizinkan Irene untuk kembali ke kamarnya.

Perlahan Irene membasuh mukanya, menatap pantulan wajahnya yang mengerikan di cermin, Irene benar – benar kehilangan arah, dia kembali menatap foto Suho yang terpaku di dinding.

"Gimana caranya aku hidup tanpa kamu? Kenapa kamu tega pergi dan gak pamit lagi? Katanya kamu sayang sama aku Mas, kenapa kamu tega?" ucapnya lagi bersamaan dengan air mata yang berderai deras di pipinya.

Cintanya sudah dibawa pergi selama – lamanya bersama dengan Suho yang meninggalkannya untuk selama – lamanya juga.

****

8 bulan setelah kepergian Suho ternyata membuat Irene lebih kuat menghadapi semuanya sendirian, ketakutan – ketakutan tersebut perlahan memudar. Hidup terus berjalan dengan ada atau tidak adanya Suho dihidupnya, dan Irene merasa dia sudah tidak punya alasan untuk terus tinggal di Yogyakarta.

Suho sudah tidak ada dan dia akan terus melanjutkan hidupnya, bukan disini tapi di Jakarta kota kelahirannya. Meski berdarah sunda, Irene dilahirkan di Jakarta. Kedua orangtuanya dan Adiknya juga tinggal di Jakarta sekarang, itu yang membuat alasan Irene semakin kuat untuk meninggalkan kota ini. Kota yang penuh kenangan untuknya dan Suho.

Disinilah dia sekarang duduk didepan kedua mertuanya, bermaksud menjelaskan semuanya. Ibu Suho menangis mendengar perkataan Irene barusan, dia sudah kehilangan anak semata wayangnya, sekarang menantu kesayangannya memutuskan untuk pulang ke Jakarta.

Way Back Home ● Minrene [Mino × Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang