🌻6🌻

683 101 50
                                    

Irene meregangkan tubuhnya, matanya perlahan terbuka, matahari sudah bersinar. Harum teh merebak keseluruh ruangan, matanya terfokus pada seseorang yang sekarang tengah menggunakan dapur apartmentnya untuk memasak sesuatu. Dia berpikir sejenak, siapa pagi – pagi yang sudah datang ke apartmentnya, dan kenapa dia bisa tidur di sofa.

Masih dengan posisi tertidur, Irene perlahan tau siapa orang tersebut. Mino tersenyum menatap Irene dari dapur, lalu mendekat sambil membawa nampan berisi teh dan sandwich yang ia buat tadi.

"Udah bangun?" tanya Mino lembut.

Irene diam, dia kemudian duduk, dan menghempaskan selimutnya.

"Diminum dulu teh nya." ucap Mino.

Perlahan Irene mengambil teh dan meminumnya, dia mengatur nafasnya kembali. Perlahan tapi pasti, dia mengingat apa yang terjadi semalam. Mimpi buruk itu datang kembali, mengingatnya saja sudah membuat tubuhnya begertar.

Kepalan tangan Irene menguat, tangannya gemetar hebat. Mino yang menyaksikannya langsung menggenggam tangan Irene.

"Hey, Irene. It's okay, breathe. Irene." Mino mencoba menyadarkan Irene.

Tubuh Irene bergetar hebat, air matanya kembali mengalir. Mino memeluknya kembali, memeluk tubuh Irene yang bergetar hebat. Tangisan Irene semakin menguat seraya tubuhnya yang terus bergetar ketakutan.

"Pergi, tinggalin aku. Pergi." Ucap Irene sambil terus menangis.

Mino tak menjawab, dia masih terus memeluk Irene meskipun Irene mencoba melepaskan pelukan Mino dengan sekuat tenaga. Mino bernafas dipuncak rambut Irene, perlahan tangisan dan tubuh gemetar Irene menghilang.

Namun tubuhnya melemas, Mino harus membaringkannya kembali di sofa. Irene menatap Mino. Mino membalasnya dengan tatapan lembut miliknya, sambil terus menggenggam tangan Irene.

"I can't leave you, semakin kamu suruh saya untuk pergi tinggalin kamu, semakin kuat alasan saya untuk gak tinggalin kamu." Ujar Mino lembut.

Air mata Irene kembali menetes "But I'm sick, my mental is sick Mino."

"Saya gak peduli sama sekali Rene. Jangan pernah lagi suruh saya buat pergi tinggalin kamu, saya gak akan mau tinggalin kamu."

Kehilangan sesorang yang dicintai memang bukan perihal mudah, Mino sadar betul bagaimana kerasnya Irene berjuang melawan semuanya. Maka dari itu Mino mau membantu Irene berjuang melewati semuanya, melewati semua masa sulit yang tengah dihadapi oleh Irene.

****

Setelah kejadian hari itu Mino gak tau gimana kabar Irene. Irene benar – benar kaya hilang aja, Mino udah coba kontak nomornya, datengin kantornya, sampai ke apartment gak ada yang tau Irene dimana.

Mino sih yakin sebenernya Irene ada di kantor, cuma emang semua karyawannya Irene pasti udah disuruh sama Irene buat gak ngasih tau keberadaannya ke Mino. Well, mungkin Irene butuh privasi buat sendiri dulu, dan Mino mencoba buat mengerti.

Tapi dia uring – uringan banget sumpah, jadi rese malahan. Marah – marah mulu kaya cewek PMS. Sampe a Jinu dan kokoh Hoon aja kena marah, kalo Yoon sih milih gak dateng dulu ke café soalnya denger dari abang – abangnya ada macan lagi ngamuk katanya, jadi dia gak mau kena semprot juga.

Sekarang sih orangnya lagi rebahan di sofa ruang keluarga, sambil ganti – ganti channel. Gak ada niat mau kemana – mana soalnya, udah jam 11 siang. Mamih dari tempat gosok tau – tau duduk disebelah Mino.

"A, mau temenin Yerin keliling Jakarta gak?" tawar Mamih.

"Gak." Jawab Mino singkat.

Mamih taruh keranjang baju gosokan dibawah "Ih kok gak mau sih? Temenin ya? kasian dia kan udah diluar negeri tuh 9 tahun, mau jalan – jalan keliling Jakarta lupa kan jalannya, kalo aa kan ngerti jalan Jakarta kaya apa."

Way Back Home ● Minrene [Mino × Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang