3%

182 32 3
                                    

Waktu istirahat telah berakhir. Semua murid kembali masuk ke dalam kelas.

Sudah ku bilang, bukan, jika dihari pertama tak ada guru yang masuk?

Para murid merasa, mereka tidak menghargai guru-guru jika mereka tidak masuk kelas tepat waktu. Oleh karena itu mereka sangat mematuhi peraturan tersebut.

"Wah, kalian membawa apa?" Tanya Yunho begitu Ia melihat San dan Tzuyu membawa bungkusan makanan berjumlah dua buah.

"Makanan, untuk kalian. Aku tahu kalian tidak memesannya, tapi makanlah. Jika kalian masih merasa kenyang, bawa pulang saja." Jelas Tzuyu lalu menaruh bungkusan tersebut dimeja Chaeyoung dan Yunho.

Chaeyoung dan Yunho hanya menatap makanan didepan mereka. Bedanya Chaeyoung masih dengan wajah tanpa ekspresinya sedangkan Yunho memasang ekspresi panik.

"Kenapa?"

Yunho dan Chaeyoung mengangkat kepala mereka lalu menggelengkan kepalanya dengan kompak.

"Terima kasih." Ucap Chaeyoung lalu menaruh bungkusan tersebut ke dalam tasnya.

Yunho mengikuti pergerakan Chaeyoung. Tak lupa mengucapkan terima kasih juga pada Tzuyu dan San.

San tiba-tiba membalikkan badannya. "Hey, apa kalian tertarik?"

"Tertarik apa?" Yunho bertanya balik.

"Menari. Sepertinya di sekolah ini terdapat organisasi menari. Aku dan Tzuyu melihatnya dipapan pengumuman tadi." Jelas San.

"Aku ingin, tapi badanku terlalu kaku untuk digerakkan." Jawab Yunho, Chaeyoung mengangguk, Ia juga merasakan hal yang sama dengan Yunho.

"Kalian sangat kompak padahal baru pertama kali bertemu, seperti kakak beradik yang terpisah saja." Celetuk Tzuyu diselingi tawa kecil.

"Hanya kebetulan." Jawab Yunho, ikut tertawa.

"Tapi bisa saja. Aku berasal dari Kyoto, kau juga. Aku sedang mencari adikku hingga ke Korea Selatan. Siapa tahu memang kau lah adik yang aku cari itu." Chaeyoung ikut nimbrung.

Ekspresinya yang kosong itu membuat siapapun pasti mengira bahwa dia sedang serius saat itu.

"Kamu sedang serius atau bergurau?" Tanya San, berhati-hati.

Pertanyaan dari San membuat Chaeyoung menundukkan kepalanya.

"Maaf jika pertanyaanku membuatmu tersinggung."

"Tak apa, aku hanya belum terbiasa."

Tapi ucapan dari Chaeyoung tadi sukses membuat Yunho berpikir. Apa iya dia memiliki seorang kakak? Bagaimana jika Chaeyoung benar-benar kakaknya?

"Hey, Chaeyoung. Kau membuat Yunho berpikir keras, haha!" Ucap Tzuyu sambil tertawa begitu Ia melihat ekspresi Yunho yang menurutnya lucu.

Melihat Tzuyu yang bisa tertawa lepas membuat Chaeyoung membatin.

Bisakah Ia seperti Tzuyu? Seperti San? Seperti Yunho?

Bisakah Ia menunjukkan ekspresi wajah yang selama ini selalu ingin Ia tampilkan kepada publik?

! ❨ h a t i ❩ ¡ '-

"Hey! Kau mau kemana?" Tanya Yunho begitu Ia melihat Chaeyoung membawa tasnya menuju lantai atas.

Chaeyoung tak menjawab. Ia lebih memilih melangkahkan kakinya dengan cepat, melawan arus para murid yang tengah berjalan menuju gerbang sekolah.

Mau tak mau, Yunho pun mengikuti langkah gadis mungil tersebut karena Ia sudah terlanjur penasaran.

Yunho sedikit bingung dengan gadis yang sedang Ia kejar ini. Bagaimana mungkin seseorang bisa memiliki mimik wajah sedatar itu?

Dan bahkan melewati kerumunan kakak tingkatnya dengan biasa saja?

Ditambah kecepatan berjalannya seperti bukan manusia biasa.

Dug

Chaeyoung menabrak seorang kakak tingkat. Sang kakak tingkat reflek memegang bahu gadis berambut hitam panjang itu.

"Ah, maaf. Sakit?"

Chaeyoung menggeleng dan segera melepaskan pegangan kakak tingkatnya itu tanpa mengucapkan maaf sebelum kembali berjalan menuju lantai atas.

Yunho pun terus mengejar Chaeyoung tanpa henti, namun langkahnya dihentikan oleh kakak tingkat yang Chaeyoung tabrak tadi.

"Hey adik kelas. Dia tadi temanmu?"

Yunho menatap ke arah matanya lalu melihat ke arah name tag kakak tingkatnya itu. Adachi Yuto. Lalu Ia kembali menatap ke arah mata Yuto dan menaikkan satu alisnya.

Yuto sedikit tergelak melihat ekspresi yang diberikan oleh Yunho. "Begini caramu bersikap pada kakak tingkatmu? Ah, lupakan. Sepertinya aku pernah melihat temanmu juga dirimu. Oh ya, temanmu menjatuhkan ini." Ucap Yuto sambil menyerahkan sebuah gelang berwarna merah muda dengan aksara jepang kanji terukir disana.

"Aku dengar kau berasal dari Jepang juga, kau Kang Yunho itu bukan? Aku dari Nagano, kau?"

"Kyoto." Jawab Yunho dengan singkat.

"Ah, daerah itu. Aku punya banyak kenangan buruk disana. Ya sudah, sana kejar temanmu. Jangan lupa untuk memberikan gelang itu." Ucap Yuto sambil menepuk bahu Yunho dan berjalan menuruni tangga.

Yunho memandang pemuda berambut hitam legam itu sebelum akhirnya kembali mengejar Chaeyoung yang entah berada dimana dia sekarang.

Setelah menaiki tangga, akhirnya Ia menemukan siluet sang gadis. Ia berjalan perlahan mendekati Chaeyoung yang sedang berdiri didepan suatu pintu.

"Tak usah berjalan seperti itu. Aku bisa melihatmu dari ekor mataku."

Yunho terciduk. Setelah itu Ia kembali berjalan seperti normal. Ia berdiri disamping Chaeyoung yang masih menatap pintu putih dihadapannya.

Yunho menatap Chaeyoung yang hanya berdiri disana.

"Kenapa tidak mau masuk?" Tanya Yunho. "Tempat ini tujuanmu, kan?" Lanjutnya.

Chaeyoung menggeleng. "Ada orang di dalam. Tidak sopan jika membuka pintu begitu saja tanpa izin." Jawab Chaeyoung.

Yunho menilik isi ruangan tersebut. Ada gitar, piano, biola, dan beragam alat musik lainnya.

Tapi Yunho bertanya-tanya, dimana orang yang dimaksud oleh Chaeyoung. Orang tersebut tak terlihat, atau mungkin dia sedang bersembunyi?

"Tak ada orang. Buka saja, lagi pula aku yakin pintunya tidak dikunci." Kata Yunho sambil menarik gagang pintu ruangan tersebut.

Klek.

Pintunya terbuka. Ruangan tersebut memang tidak dikunci seperti apa yang dikatakan Yunho.

"Tuh, kan. Ayo masuk, aku sedikit tertarik pada dunia musik." Yunho berjalan mendahului Chaeyoung.

Chaeyoung menghela napas pelan lalu mengikuti langkah kaki Yunho yang sudah masuk lebih dulu.

Terdengar bunyi pintu terbuka. Mereka berdua sontak menoleh ke arah kiri.

Ah, ternyata disana orang yang Chaeyoung maksud.

"Oh, ada pendatang rupanya." Ucapnya.

Chaeyoung membungkuk hormat pada orang dihadapannya, diikuti Yunho setelahnya.

"Murid baru? Kalian tersesat?" Tanyanya ketika Ia melihat dua murid dihadapannya ini menggunakan rompi, bawahan dan dasi yang berwarna hijau, menandakan bahwa mereka merupakan anak baru.

"Tidak. Tujuan kami memang kemari."

Lelaki tersebut tersenyum lembut. "Ah. Perkenalkan, aku guru disini. Maksudku, guru musik. Aku juga baru direkrut. Namaku Kang Daniel."

! ❨ h a t i ❩ ¡ '-
;-----------------;
to
be
continued

❲i❳ Hati [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang