"Kang Yunho?"
Yunho memutar badannya, mendapati seorang senior dengan seragam kuning berdiri dihadapannya.
"Ah, Yuto Sunbae kalau tidak salah?"
Yuto mengangguk. Ia lanjut berjalan beriringan dengan Yunho. Kedua tangannya Ia masukkan kedalam saku celananya.
"Ada apa sunbae memanggilku?" Tanya Yunho, masih sedikit canggung.
Yuto menoleh. "Ah, hanya mencari teman pulang. Aku selalu memerhatikanmu, arah jalan pulangmu ke arah timur, sama dengan lokasi rumahku." Jawab Yuto seadanya karena Ia sendiri pun tak tahu mengapa dirinya reflek memanggil nama Yunho tadi.
Yunho hanya mengangguk untuk menanggapinya. Keduanya berjalan tanpa adanya obrolan hangat yang menemani, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Ah, kalau tidak salah Kamu berasal dari Kyoto, bukan?" Celetuk Yuto.
Yunho sedikit kaget, namun Ia bisa mengendalikannya. Ia mengangguk, membenarkan pertanyaan Yuto.
"Bagaimana keadaan disana?"
Yunho menunduk. Ia sendiri tidak tahu. Kehidupan masa lalunya hanya Ia jalani di dalam ruangan. Ia mana pernah tahu bagaimana kehidupan diluar sana.
"Apakah pertanyaanku menyinggung? Maaf, aku tidak tahu. Sepertinya kita sama-sama memiliki kenangan buruk disana. Mau mendengarkan sebuah cerita?" Tawar Yuto, takut-takut Yunho tidak suka mendengarkan cerita.
Alih-alih menggeleng, respons yang diberikan Yunho membuat Yuto tersenyum. "Hanya Jika Kamu tidak keberatan, sunbae." Ucap Yunho sambil tersenyum.
Kedua tangan Yuto sekarang berada dibelakang kepalanya, menghadap ke langit biru yang bersih tanpa ada awan dan apapun yang mengganggu. Pikirannya melayang menuju masa lalunya yang kelam.
"Dulu, aku seorang anak kecil yang bahagia. Ditemani seorang adik lelaki yang usianya satu tahun lebih muda dariku. Aku orang berdarah campuran Korea-Jepang yang tinggal di Kyoto." Yuto mulai bercerita tanpa beban.
Yunho terdiam. Adik? Jadi Yuto memiliki adik? Yunho kira Yuto anak tunggal.
"Sampai, ada suatu kejadian yang menimpa kami berdua. Kami sedang bermain di lapangan kala itu. Aku tak menyadari ada mobil yang hendak menabrakku ketika aku sedang menyeberang. Adikku menyelamatkanku, Ia mendorongku dan membiarkan dirinya sendiri yang tertabrak." Yuto tersenyum miris, kedua bola matanya terlihat berkaca-kaca namun Ia langsung mengedipkan mata dan menghapus jejak air matanya.
"Ah, maaf."
Mendengar cerita dari Yuto membuat hati Yunho ikut meratakan sakit.
"Karena kejadian itu, adikku dirawat. Karena kejadian itu pula kedua orang tuaku selalu beradu argumen. Tentang ini salah siapa itu salah siapa. Hingga akhirnya keduanya memilih untuk berpisah. Aku ikut dengan ibuku, dan adikku dengan ayahku." Yuto menghembuskan napas pelan.
Yunho sedikit kasihan pada seniornya itu. Yuto terlihat tegar diluar, siapapun yang mendengar ceritanya pasti akan meringis karena tak menyangka Yuto mengalami hal-hal seperti itu ketika umurnya bahkan belum menginjak kata remaja.
"Ibuku asli Jepang, jadi aku melepas marga ayahku dan ikut dengan ibuku. Ya, marga yang aku pakai sekarang adalah milik ibu, Adachi. Bahkan aku terlahir bukan dengan nama Yuto sebenarnya, nama itu pemberian dari ibuku. Ibu tak mau mengingat ayah. Setelah perceraian itu kami memilih untuk pindah ke Nagano sebelum akhirnya kami tiba disini, Seoul. Aku belum bertemu adikku setelah kejadian belasan tahun yang lalu itu. Aku tebak sekarang dia pasti lebih tinggi dariku." Yuto menutup ceritanya sambil tersenyum simpul.
Yunho tertegun mendengar cerita Yuto. Tapi, Yuto membagikan cerita masa kecilnya yang gelap kepada Yunho yang notabene merupakan orang asing menimbulkan satu pertanyaan dalam benak Yunho.
Semudah itukah Yuto memercayai seseorang?
"Tapi sunbae, mengapa Kau membagikan ceritamu kepadaku? Maksudku, aku hanya hubae-mu. Kita hanya berbincang sebentar saat tak sengaja bertemu di tangga beberapa minggu yang lalu. Tak mungkin sunbae sudah menaruh rasa percaya kepadaku, kan?"
Yuto menggaruk tengkuknya canggung. Ia sendiri tak tahu mengapa Ia mudah sekali percaya pada Yunho yang baru saja Ia temui itu.
"Entahlah, aku merasa Kamu bisa menjaga rahasia dengan baik. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada diriku sendiri. Biasanya aku tak semudah ini untuk memercayai orang lain, bahkan yang baru aku kenal."
Yunho menganggukkan kepalanya.
"Oh ya, panggil saja aku dengan sebutan hyung. Tak perlu memanggilku sunbae seperti itu, aku sedikit risih."
Yunho mengangkat tangannya---memberi hormat. "Siap, hyung!"
"Ey anak ini." Ucap Yuto sambil mengacak-acak rambut Yunho.
Sayangnya Yuto tidak mengira-ngira dalam menggunakan tangannya. Malahan terlihat seperti sedang menggoyang-goyangkan kepala Yunho ketimbang mengacak-acak rambutnya.
"Astaga, kepalaku pusing hyung!" Gerutu Yunho.
Yuto langsung melepaskan tangannya dan mengelus-elus kepala Yunho. "Ups, tidak sengaja." Jawab Yuto.
Yunho berlagak seperti sedang marah, namun setelahnya Ia tertawa seakan tidak terjadi apa-apa.
Bagi siapa pun yang melihat adegan tadi pasti akan mengira bahwa mereka berdua adalah sepasang kakak adik. Terlihat sangat akrab, membuat siapa saja yang melihatnya bisa iri dibuatnya.
"Aku sudah sampai. Terima kasih, setidaknya perjalananku hari ini tidak terlalu membosankan berkat cerita darimu hyung." Ucap Yunho didepan gerbang rumahnya.
Yuto mengangguk.
"Bagaimana jika besok kita berangkat bersama?" Tawar Yuto.
Yunho mengangguk antusias. "Boleh hyung. Aku kesepian di perjalanan."
"Kau pikir aku tidak? Baiklah, aku pergi dulu." Jawab Yuto sambil melengang pergi dari area rumah Yunho seraya melambaikan tangannya.
Yunho tergelak mendengar sahutan dari Yuto. Lantas Ia balas melambaikan tangannya. "Hati-hati hyung!" Seru Yunho.
Yunho menghela napas pelan. Ia membalikkan badan dan masuk ke perkarangan rumahnya. Tak lupa untuk menutup pintu pagar.
Tidak langsung masuk ke dalam rumahnya, Yunho memilih untuk duduk sebentar di bangku taman dekat kolam ikan diujung rumahnya.
Entah mengapa Ia tiba-tiba teringat dengan cerita pribadi Yuto tadi. Hingga tak sadar Ia tercenung ditemani ikan-ikan peliharaannya yang menari-nari di dalam air.
"Yunho? Kamu tidak apa-apa?"
Yunho sedikit terperanjat. Namun dengan cekatan Ia kembali berhasil menutupi keterkejutannya.
"Ah, ibu. Aku tak apa." Ucap Yunho sambil tersenyum, meyakinkan ibunya.
"Benar begitu?"
Yunho mengangguk.
"Baiklah. Jika ada yang mengganggu pikiranmu katakan saja. Jangan dipendam sendirian, nanti Kamu sakit, ya?''
Yunho lagi-lagi mengangguk. "Iya bu."
"Cepat bersihkan dirimu. Sebentar lagi langit akan gelap."
Yunho menurut. Ia beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam rumah, sesuai ucapan ibunya.
Mungkin lain kali saja Yunho menceritakan kisah Yuto yang tadi.
Tapi tidak. Yuto sudah menaruh rasa percaya kepadanya. Yunho tak akan bercerita pada siapa-siapa. Yunho akan mencari tahu tentang perasaannya sendiri nanti.
! ❨ h a t i ❩ ¡ '-
;-----------------;
to
be
continuedAda kejutan menanti di
chapter depan, hihiStay tune ya!
As always,
Stay safe & healthy guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
❲i❳ Hati [✔]
Fanfiction[SELESAI] Ini tentang hati, dan rahasia yang salah satu insan itu sembunyikan. Atau mungkin dua? ©moonchaey, 2020