12%

91 24 3
                                    

San tidak masuk sekolah hari ini, membuat Yunho menjadi merasa bersalah. Bagaimanapun juga Ia merasa semua ini terjadi karenanya.

"Tidak apa-apa. San hanya butuh menenangkan pikirannya sebentar." Tzuyu menemani Yunho di atap sekolah.

Yunho tak bisa untuk tidak terus merasa bersalah. Pertengkaran antara dirinya dengan San kemarin terus saja memutar ulang bagai kaset rusak dipikirannya.

Kriet

Pintu atap dibuka, memperlihatkan sesosok gadis yang langsung berkacak pinggang begitu melihat keberadaan Tzuyu dan Yunho disana.

"Sedang apa disini? Kalian bolos hingga empat jam mata pelajaran. Untung Bapak Lee dan Bapak Heo percaya-percaya saja dengan alasan yang aku buat."

Gadis itu tampak mudah sekali membawa tas punggung kedua temannya. Lantas Ia menghampiri Yunho dan Tzuyu untuk menyerahkan tas milik mereka.

"Kamu membawanya sendirian? Naik tangga? Tak kusangka." Kata Yunho sambil menerima tasnya.

"Tidak, aku ditemani seorang sunbae tadi. Yuto? Iya, kurasa nama sunbae tersebut Yuto." Jawab Chaeyoung.

"Oh, Yuto Hyung? Yang Kau maksud Adachi Yuto, kan?"

Chaeyoung mengangkat kedua bahunya. "Mungkin? Memangnya ada berapa nama Yuto di sekolah ini?"

"Ada tiga kurasa? Yang aku ketahui sebelumnya hanya dua. Pak Nakajima nama belakangnya Yuto setahuku. Mizuguchi Yuto, dia seangkatan dengan kita. Tambah dengan siapa tadi? Adachi Yuto." Jawab Tzuyu.

"Tiga termasuk banyak menurutku. Ah, kenapa jadi membahas nama Yuto? Aku kesini ingin mengajak kalian pulang."

"Baik. Ayo pulang."

! ❨ h a t i ❩ ¡ '-

"Hey."

San yang sedang melamun seketika tersentak dengan panggilan tersebut. Ia tersenyum kepadanya.

"Aku duduk disini, ya? Tak ada tempat duduk lain."

San menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Pemuda bersurai putih tersebut menarik kursi dan duduk dihadapan San.

"Kamu tidak membeli makanan atau minuman, Sang?" Tanya San.

Yeosang tersenyum dan menggeleng. "Aku tidak lapar ataupun haus. Aku hanya ingin mencari udara segar. Kepalaku mau pecah rasanya dengan tugas yang diberikan Pak Park." Jelas Yeosang.

San mengernyitkan dahinya. Entah mengapa jawaban dari Yeosang membuat San teringat dengan Yunho.

Ah, tidak mungkin Yeosang juga robot, kan? Dia terlihat seperti manusia pada umumnya.

Yeosang yang merasa diperhatikan langsung salah tingkah. "Apa? Ada yang salah dengan penampilanku?"

San menggeleng. Ia menyeruput secangkir coklat panas yang tadi Ia pesan untuk menenangkan hatinya.

"Oh ya, mengapa tadi Kau absen?"

San tersedak mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Yeosang. Yeosang dengan sigap langsung bangkit dan memukul-mukul punggung San. Untungnya cara itu sedikit manjur karena San sudah berhenti batuk sekarang.

"Maaf. Bisa Kau ulangi pertanyaannya?" Pinta San.

"Mengapa tadi Kau absen?" Yeosang menuruti permintaan San.

"Mau jawaban yang jujur atau bohong?"

Yeosang tersenyum. "Terserah, tapi jika itu sedikit privasi lebih baik tidak usah dijawab. Aku tidak suka dengan kebohongan."

San mengangguk. "Jika aku bilang aku bertengkar dengan sahabatku, apa Kamu akan percaya?"

Yeosang tampak berpikir. "Yunho? Tzuyu? Chaeyoung? Atau orang lain? Tapi itu tak penting, dan aku akan percaya. Tidak semua hubungan bisa berjalan mulus seperti sebuah jalan tol. Kadang kala ada lika liku permasalahan yang membuat hubungan tersebut menjadi kuat—"

Yeosang menghadap keluar kafe, mengamati orang-orang lalu lalang dengan skateboard control dan mobil-mobil yang nampak cerah dengan warna biru langit yang memenuhi jalanan. "—dan kita harus bisa menghadapinya dengan kepala dingin. Karena, setiap keputusan yang diambil saat emosi itu akan berujung tidak baik." Tutup Yeosang sambil kembali menatap ke arah mata San.

Jantung San berdegup kencang begitu Yeosang mengatakan hal tersebut. Ia tahu Yeosang tidak mengetahui pertengkaran antara dirinya dan Yunho, tapi San merasa jika Yeosang saat ini seperti sedang menyindirnya.

San mengaduk coklat panasnya tanpa minat. Lantas Ia menghembuskan napas berat. "Kamu benar. Semua keputusan yang diambil saat emosi tidak pernah berujung baik." Sahut San.

! ❨ h a t i ❩ ¡ '-

"Sendiri saja?"

Ia menoleh sekilas, menyadari seorang pemuda menghampirinya lalu mengangguk. Pandangannya kembali lurus, menatap hamparan laut yang tiada ujung dengan damai. Ditemani angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati dan pikirannya.

"Tenangnya hari ini."

"Tapi tidak untukku."

Yeosang menoleh ke arah gadis disebelahnya. Yeosang tahu betul jika gadis yang sedang bersamanya saat ini sedang ada masalah.

Yeosang tak menyahuti ucapannya. Ia membalikkan badannya, menyandar pada pembatas besi. Kepalanya Ia angkat untuk memandangi langit malam yang entah mengapa tidak terlihat satu pun bintang yang bersinar.

Mungkin bintang gemintang itu sedang merasakan kesedihan seperti beberapa orang yang Ia temui malam ini hingga membuat cahayanya tidak terlihat.

Mungkin bintang-bintang tersebut tidak mau memancarkan kesedihannya, oleh sebab itu mereka memilih untuk menjadi gelap agar tak ada makhluk Bumi yang menyadarinya.

"Mungkin aku harus mengatakannya sekarang?" Celetuk Yeosang setelah berdiam diri memandang langit.

"Apa?" Sahutnya.

Ia membalikkan badannya lagi, ikut memandangi lautan tanpa ujung.

"Ya, Kamu tahu sendiri jika aku kesini karena disuruh. Hanya Kamu yang mengetahui jika aku bisa berubah sifat kapan saja saat—"

"Diam. Jangan coba-coba untuk menambah pikiranku."

Yeosang menghela napas panjang. "Maaf. Tapi aku mohon, jika disaat sifatku yang lain muncul dan aku membuat keonaran, tolong maafkan aku. Aku sedang dibawah kendali jika saat itu terjadi."

Gadis berambut hitam panjang itu mengangguk.

"Dan ya, aku minta maaf jika nanti sifatmu yang lain datang, aku tidak bisa mengontrol diri dan berakhir menambah kekacauan yang ada."

Yeosang ikut mengangguk.

"Tentu saja, Chaeyoung-ah."

! ❨ h a t i ❩ ¡ '-
;-----------------;
to
be
continued

Apani apatu

Hehe

As always

stay healthy ya sayangku,
ihiy (•ᴗ•)♡

❲i❳ Hati [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang