15%

87 23 2
                                    

"Apa tidak apa-apa jika aku bolos pelajaran seperti ini?"

Yang ditanya tidak menoleh barang satu senti pun. Ia masih terus berkutat pada alat buatannya.

"Ayah."

Barulah ketika Ia dipanggil dengan sebutan ayah, Ia menengok.

"Maaf nak, ayah sedang sibuk. Bisa Kau ulangi pertanyaanmu?" Tanya Sang Ayah sambil terus mengutak-atik alat seperti remot kecil berwarna putih digenggamannya.

Si Anak hanya menghela napas berat. "Apa tidak apa-apa jika aku bolos pelajaran seperti sekarang ini?" Ucap Si Anak, mengulangi pertanyaan yang sama yang sebelumnya Ia lontarkan.

"Tentu saja. Apa yang perlu dikhawatirkan?"

"Aku takut ... em ... ketinggalan pelajaran?"

Sang Ayah tergelak mendengar jawaban tidak yakin dari Si Anak.

"Kau, kan, robot. Kamu bisa menyontek dengan mudah saat ujian nanti."

"Aku tidak suka berbuat curang asal Kau tahu."

"Yah, terserah apa katamu. Jihyo-ya, bagaimana perkembangan mereka?"

Yang bernama Jihyo itu menoleh, mengalihkan fokusnya dari sebuah layar monitor besar. "Mereka sebentar lagi akan sampai."

Si Anak kebingungan. "Sebenarnya ada apa ini? Mereka siapa, bu?" Ia melontarkan pertanyaan bertubi-tubi.

"Gunho-ya, mereka adalah orang-orang yang telah membuatmu. Sistemmu sudah diputus dari pusat agar keberadaanmu tidak diketahui. Namun ternyata ada yang melaporkan. Mereka ingin menghapus ingatan pada otak buatanmu."

Yang bernama Gunho langsung panik. Ah, tapi Ia tidak mau kembali dikurung di dalam tabung itu lagi.

"Tapi untungnya ingatan-ingatanmu sudah aku pindahkan ke dalam kartu sd milikku. Aku tentu saja akan mengembalikan ingatan-ingatan tersebut jika mereka sampai berhasil menghapusnya." Jelas Sang Ayah.

"Aku .. aku takut." Ucapan itu lolos begitu saja dari mulut Gunho. "Ayah, kumohon. Aku ingin menetap disini, aku tidak mau kembali bersama mereka."

Hati Jihyo dan Daniel mencelos begitu mendengar ucapan lirih yang keluar dari mulut anak angkat mereka.

Jihyo dan Daniel ingin Gunho tetap hidup--- dalam artian hidup bebas---bukan kembali terperangkap dalam tabung besar tanpa adanya interaksi disana.

Brak

Pintu didobrak oleh seorang gadis yang mengenakan pita berwarna merah dilehernya. Ia tidak sendirian, ada kedua temannya yang ikut menguntit gadis mungil tersebut.

"Kang Yunho!" Ketiganya langsung berlari menghampiri Gunho---Yunho, atau siapalah Ia dipanggil.

San memeluk tubuh jangkung Yunho. "Kau tidak apa-apa, kawan?"

"T-tentu saja? Memangnya ada apa, sih?"

"Kami bertiga memiliki firasat buruk yang sama." Jawab Tzuyu.

San melepas pelukannya dan segera menoleh ke arah Chaeyoung. "Chaeyoung mengatakan ada yang tidak beres. Ia melacaknya lewat jam tangannya, dan ternyata firasat kami bertiga benar. Kami selalu merasa tidak enak tadi. Ada sekelompok orang yang hendak menuju ke sekolah ini." Jelas San.

"Kamu tidak ada disampingku tadi. Aku sedikit khawatir, aku takut Kamu dalam bahaya." Sambung Chaeyoung.

"Khawatir? Wajahmu lebih mengatakan aku-tidak-peduli dibanding khawatir."

Chaeyoung menghela napas pelan. Tidak membela dirinya sendiri karena Chaeyoung pun setuju dengan ucapan Yunho.

Tapi ada yang Yunho baru sadari. Baik San maupun Tzuyu sudah berpeluh untuk berlari dari lantai satu menuju lantai empat. Tapi Chaeyoung bahkan terlihat tidak lelah sama sekali?

Ah, mungkin memang fisik Chaeyoung yang seperti baja, makanya tidak mudah lelah.

Tapi, San yang notabenenya seorang laki-laki dan sering berolahraga saja berkeringat, bagaimana bisa?

Ah, mungkin fisik Chaeyoung lebih kuat daripada laki-laki kebanyakan.

Ayolah Yunho, jangan berpikiran negatif. Dia temanmu!

"Apa yang sedang Kau kerjakan Pak Kang?" Tanya Tzuyu.

"Oh? Remot, sebentar lagi selesai. Semoga saja tepat waktu." Jawab Daniel sambil sesekali mengelap peluh dikeningnya.

Tzuyu menganggukkan kepalanya takzim. Entah untuk apa remot itu, sepertinya akan berguna nantinya.

"Pergerakan mereka cepat sekali. Sebentar lagi mereka akan memasuki perkarangan Goldenrod High School." Celetuk Jihyo.

Chaeyoung melirik ke arah jam tangannya lagi. Tak ada pesan masuk, sinyalnya pun masih berwarna merah menyala.

Astaga.

Boom

Suaranya yang menggelegar membuat gempa sesaat sebelum akhirnya kembali normal.

"Jeong Gunho! Keluar dari tempat persembunyianmu!" Teriak seseorang dari luar sana.

Jihyo dan Daniel langsung berhenti bergerak. Tubuh mereka membeku begitu mendengar suara tersebut memanggil nama anak kesayangan mereka.

"Jeong Gunho? Itukah nama robotmu, Yunho?" Tanya San pada Yunho.

Yunho mengangguk terpatah-patah. Ia rasa begitu. Yunho tidak tahu bahwa Ia pun diberi marga waktu itu.

"Ada mamaku!"

Tzuyu melihat seorang wanita tengah duduk sambil tersenyum menyeringai. Dia, Minatozaki Sana, ibunda dari Tzuyu.

"Sedang apa mamamu disini?" Tanya San.

Tzuyu menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu, sepertinya mamanya lah sumber dari kekacauan yang terjadi saat ini.

"Sana memiliki anak?" Tanya Jihyo.

"Aku tak tahu. Tapi ini sudah keadaan darurat."

San berlari ke bawah, menghadapi seseorang yang sebenarnya bukan tandingannya. Namun Ia datang untuk mengambil Yunho secara paksa, San tidak bisa menerimanya begitu saja.

"San-ah!" Panggil Tzuyu.

Mau tak mau, Tzuyu pun mengikuti langkah kaki San walau sebenarnya lebih aman di ruang musik situ.

Chaeyoung juga tidak jauh berbeda. Namun sebelum mulai berlari, Ia menatap Yunho, Daniel dan Jihyo secara bergantian. Lalu arah pandangannya berhenti pada Yunho.

"Jangan ikut. Kamu lebih aman disini."

Setelahnya, Chaeyoung melesat menuju halaman sekolahnya.

Tanpa tahu bahwa sebenarnya Yunho menguntit dibelakangnya karena fokus Daniel dan Jihyo sedang terpecah hingga keduanya tak sadar bahwa robot asuh mereka sudah kabur.

! ❨ h a t i ❩ ¡ '-
;-----------------;
to
be
continued

yey, perang ges

kira-kira siapa yang
menang hayo~

as always

stay safe and healthy!

❲i❳ Hati [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang