BONUS CHAPTER : ANNABELLE

413 55 54
                                    

Don't forget to press vote and give your comments, thank you.

Bella's

Karena aku merindukan Abby dan juga adik-adikku yang lainnya, maka disinilah aku. Dirumah danau milik orang tuaku. Rumah yang menjadi saksi bisu pertumbuhanku, pertengkaranku dengan adik-adikku, pertengkaran orang tuaku, bahkan desahan orang tuaku juga ia saksikan. Untung saja ketika aku melakukannya dengan Bear, itu bukan dirumahku. Tapi di kamar Bear.

Kenapa Liam harus menamai anaknya Bear. Dia pikir anaknya itu lucu, menggemaskan, cih, aku saja mual setiap kali melihatnya. Tapi kenapa aku harus mau memberikan mahkotaku kepadanya, dasar Bella bodoh.

Aku melirik kearah kananku, Luke tiba-tiba saja memeluk tubuhku dari samping. Anak ini, aku merindukannya, tapi aku tidak tahu bagaimana cara menyampaikan rindu.

"Jangan terlalu erat memelukku, aku sesak." Kataku dan Luke pun mulai mengendurkan pelukannya. Ia mendongak menatapku, "Aku merindukanmu Bella." Ucapnya. Aku membawa tangan kiriku untuk mengelus kepala Luke.

"Aku juga merindukanmu Luke." Kataku. Oh, jadi begitu cara menyampaikan rindu?

"Kapan kau akan melahirkan?" Tanyanya setelah melepaskan pelukannya dariku. Aku meraih cookies dari dalam toples dan memakannya, "Tunggu One Direction kembali, baru aku melahirkan." Jawabku asal.

"One Direction itu apa." Tanyanya.

"Merek sirup." Kataku dan ia pun menganggukkan kepalanya.

"Dimana dua spesiesmu itu, kenapa mereka tidak terlihat. Atau jangan-jangan mereka juga tak kasat mata seperti aku kecil dulu." Tanyaku. Aku ingat sekali dulu dad selalu berkata aku kasat mata. Memang dasar tidak tahu diri.

"Enak saja! Cait dan Ed sedang dihukum oleh mom karena mereka memecahkan kaca jendela disekolah." Jawabnya. Wow, owsoom juga adik-adikku.

"Lalu dimana Abby." Tanyaku lagi.

"Abby dikamarnya. Kurasa dia tidur. Bella, aku 'kan juara kelas loh." Ujarnya. Aku langsung menatapnya, kenapa anak ini pintar sekali. Dari dulu selalu unggul, tidak sepertiku yang sudah belajar setiap malam tetap saja tolol dan tak berkembang. Kecuali untuk masalah menggambar dan ballet, itu lain cerita.

"Kau makan apa 'sih. Kenapa bisa pintar seperti itu." Tanyaku.

"Makan hati. Bells, kenapa Bear tidak ikut kesini."

"Dia sibuk mencari ikan disungai." Jawabku santai, ia menoleh kearahku dengan satu alis yang terangkat, "Kau mengidam ingin makan ikan?" Tanyanya dan aku menggeleng.

"Tidak. 'Kan beruang memang makannya ikan. Biasa mencari disungai." Jawabku dan ia pun mendecak kesal membuatku terkekeh.

"Kau memang tidak pernah serius Bella. Eh, kau ingin kemana?" Tanyanya ketika melihat aku berdiri.

"Kekamar Abby. Aku merindukannya. Dad pulang jam berapa Luke?"

"Tidak tentu, kau tunggu saja. Atau hubungi dad suruh pulang cepat." Suruhnya. Boleh juga. Sekalian aku ingin menyuruhnya membawa pulang red velvet.

***

Aku duduk diruang televisi bersama semua adik-adikku. Kami tengah menyaksikan Supernatural Series, tentu saja atas paksaan mom dan dad. Kata mereka itu adalah film yang selalu mereka tonton bersama Lukey dulu. Ah, Lukey. Aku merindukannya. Aku rindu dengan panggilan Angel-nya.

Bagaimana kabar Tobias 'ya. Apakah dia menghamili anak orang juga seperti Bear menghamiliku?

Aku melirik dad-ku yang tengah berjalan kearahku, ia membawa segelas air mineral ditangan kirinya. Ia menatap perutku yang sudah membesar, jelas saja, kandunganku sudah berumur delapan bulan. Ia menatap perutku dengan bibir bawahnya yang ia majukan, apa maksudnya sih manusia gumpal ini.

THE FINAL SHOW | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang