Don't forget to press vote and give your comments, thank you.
Authors
Harry masih termenung hebat didalam kamarnya. Ia benar-benar tak mendapatkan clue kenapa Liam dengan sepihak membuat keputusan seperti itu. Ia sudah mencoba berkali-kali menghubungi Liam, namun pesan suara yang lagi-lagi menjawabnya, dan Harry mengutuk itu.
Entah apa sebab musababnya, namun itu benar-benar membuat Harry frustasi. Kalau Liam memutuskan kerjasama mereka secara sepihak, Harry akan jatuh. Perusahaan yang ia kelola tidak akan bertahan lama, dan ia tak ingin itu terjadi.
Ia mempunyai empat anak yang harus dia hidupkan dan besarkan, tanpa pekerjaan, tanpa uang, bisa apa dia?
"Daddy, kau oke?" Teriakan kecil Bella dari depan pintu kamarnya yang tertutup membuatnya tersadar dari lamunan-lamunannya.
Ia berjalan mendekati pintu kamarnya, membuka pintu dan menemukan Bella sedang berdiri dengan wajah khas bangun tidurnya sambil ia memegang boneka hiu miliknya.
"Aku terbangun ketika mendengar suara dentuman di dinding. Dad memimpikan mom lagi 'ya?" Tanya Bella sambil ia memeluk Harry. Harry tak kuasa lagi menahan air matanya, ia memeluk Bella dengan erat. Mengusap kepala bocah perempuan itu dan menciuminya.
"Maafkan dad 'ya, kau jadi terbangun." Kata Harry. Bella mengangguk pelan dan lalu ia mendongak menatap Harry.
"Tak apa, dad. Kita 'kan sudah berjanji akan selalu ada untuk satu sama lain. Dad jangan bersedih lagi 'ya, nanti mom marah kalau dia melihat kita bersedih." Ujar Bella yang justru membuat hati Harry semakin sesak. Perasaannya benar-benar tak bisa dijelaskan. Bercampur aduk, ia hancur.
"Baiklah. Kau kembali tidur 'ya. Atau mau dad temani dulu?"
"Tidak dad, aku bisa tidur sendiri. Dad tidur 'ya. Jangan menangis lagi, jangan memukul dinding lagi 'ya dad. Aku menyayangimu." Kata Bella sambil ia mengecup pipi Harry setelahnya dan kembali berjalan kekamar tidurnya. Harry menutup kembali pintu kamarnya, air matanya menetes, sekali, dua kali, hingga semakin deras membasahi pipi.
"Cassandra, aku rapuh. Aku jatuh pada titik terendahku. Aku membutuhkanmu. Andai saja kau masih ada disini, bersamaku, kau pasti sudah memelukku dan menenangkanku. Aku benar-benar tak tahu arah. Aku tak tahu apa salahku, namun ujian Tuhan ini terlalu dalam membuatku terjatuh. Jika saja aku tak mempunyai Bella, Edward, Caitlin dan Luke. Mungkin aku sudah pergi menyusulmu. Aku tidak kuat, aku tidak sekuat kau, sayang. Aku tidak mau hidup anak-anakku menjadi sulit. Aku ingin mereka bahagia, selalu. Namun keinginanku itu sepertinya akan sirna karena Liam memutus kontrak kerjasama kami. Itu berarti seluruh investasinya pada perusahaanku terhenti, dan aku, tak punya apapun selain sisa cinta darimu dan kasih sayang dari anak-anak kita." Lirihnya sambil menangis memeluk lutut kakinya.
***
"Harry, tenanglah. Kau bisa memegang satu perusahaanku. Jika memang perusahaanmu benar-benar collapse. Kau bisa memegang perusahaanku yang di London, dan aku akan memegang yang di Manchester." Kata Louis sambil ia memberikan segelas vodka kepada Harry.
Harry sedang berada di kantor Louis. Ia membutuhkan seseorang untuk menceritakan seluruh keluh kesahnya yang menghimpit dadanya, dan Louis menjadi orang pertama yang ia cari, bukan Anne, bukan juga Gemma.
"Itu bukan hal mudah, Louis. Dari empat perusahaan yang aku punya, sudah dua yang collapse. Di Chicago, dan Manhattan. Apakah aku harus benar-benar kehilangan dua perusahaanku lagi disini? Bagaimana hidup anak-anakku kelak." Ucap Harry dengan frustasi sambil ia menuangkan lagi vodka kedalam gelas miliknya.
"Harry! Aku bilang kau bisa memegang satu perusahaanku. Itu berarti perusahaan itu akan ku balik nama menjadi milikmu. Kau bisa membangunnya lagi, seperti dulu kau membangun perusahaan-perusahaanmu. Kau adik iparku, aku tidak akan membiarkanmu jatuh begitu saja. Apa kau gila." Bentak Louis. Harry tetap saja tak mendengarkan. Ia tetap berpikir bagaimana cara ia kembali mendapatkan Liam sebagai investor.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FINAL SHOW | Harry Styles
FanfictionCOMPLETED ✔ The Final Show of Friends With Benefits We don't talk enough We should open up Before it's all too much Will we ever learn? STORY WRITTEN BY : GRIZTAA IDEA BY : GRIZTAA COVER BY : GRIZTAA PUBLISH DATE : DECEMBER 02, 2019