McKenzie [09]

288 59 24
                                    

Don't forget to press vote and give your comments, thank you.

Authors

"Hi mum. Maaf aku baru mengunjungimu. Aku sibuk dengan sekolah, les ballet, dan juga membantu dad mengurus the triplets. Bagaimana kabarmu didalam sana? Semalam hujan, aku harap mom memakai selimut didalam sana. Ah ya, aku dua minggu lagi ada les ballet 'loh mom. Jangan lupa hadir disana untuk menyaksikan aku 'ya. Mom, kemarin aku mendengar dad berkata pada grandma kalau dia mungkin akan menikahi Jojo. Dia baik 'sih, tapi the triplets tidak suka dengannya. Bagaimana menurutmu?" Bella berkata sambil ia memegangi bouquet bunga tulip. Harry hanya memerhatikannya dari jarak kira-kira tiga meter.

"Sejujurnya aku tidak ikhlas kalau ada seseorang yang menggantikan posisimu, tapi 'kan dad juga membutuhkan teman-itu yang aku dengar dari Gemma. Yah, semoga saja Jojo itu memang baik." Katanya lagi sambil ia meletakkan bouquet itu tepat didepan batu nisan Cassandra.

"Bells, sudah selesai?" Tanya Harry yang kini tengah berjalan mendekati putrinya itu. Bella mengangguk pelan, "Aku ingin bicara dengan mom-mu, boleh?" Tanya Harry lagi.

"Tentu. Aku menunggu disana 'ya." Kata Bella, "Bye mom, bye Lukey." Pamitnya sambil ia mencium batu nisan Cassandra dan juga Luke yang memang bersebelahan.

"Hai sayang, bagaimana kabarmu. Demi Tuhan, aku sangat merindukanmu. Andai saja aku mempunyai kesempatan untuk menebus semua kesalahanku dulu, aku mungkin sudah melakukannya. Hingga saat ini, aku masih merasa bersalah kepadamu. Dan aku hanya bisa menebusnya dengan cara mengurus anak-anak kita sebaik mungkin. Cassandra, aku merindukan senyumanmu. Aku rindu sup asparagus buatanmu. Aku rindu bertengkar denganmu hanya karena sepiring kue red velvet-" Kata Harry sambil ia tersenyum menatap nisan bertuliskan Cassandra Nathalia Styles.

"-sayang, maafkan aku, maafkan kesetiaanku yang tak bisa bertahan lebih lama. Aku membutuhkan teman cerita, teman untuk bertukar pikiran tentang pekerjaanku, dan anak-anak. Bolehkah aku, Cassandra, menikahi seorang wanita yang akan menjadi penggantimu, walaupun aku tahu kau tak akan pernah bisa tergantikan." Lanjutnya lagi, kini dengan air mata yang sudah menetes mengenai pipinya. Posisinya pun sudah bersujud didepan nisan Cassandra.

"Boleh." Harry membeku ditempatnya. Suara wanita yang memasuki telinganya membuatnya bertanya, apakah Cassandra? Ataukah hanya halusinasinya saja?

"Cassandra?" Panggilnya, namun ketika ia menoleh kebelakangnya, ia memejamkan mata frustasi.

"Rossalie." Katanya.

"Harry, kita bertemu disini." Kata Rossalie sambil ia menggenggam satu bouquet tulip dan satu bouquet mawar putih.

"Sial. Aku kira Cassandra yang mengatakan boleh." Kata Harry sambil ia terkekeh dan menghapus air mata yang membasahi wajahnya.

"Mana mungkin. Lagi pula, aku hanya mewakili saja. Cassandra orang yang baik, ia pasti mengizinkanmu untuk menikah lagi, karena kau memang membutuhkan teman hidup. Kau tidak mungkin selamanya hidup tanpa pendamping 'kan." Jawab Rossalie dengan lembut. Harry mengerdikkan bahunya sambil mengusap kepala Tobias yang berdiri disamping Rossalie.

"Entahlah. Sebenarnya aku tidak ingin, namun aku butuh." Ujar Harry dan Rossalie pun menganggukkan kepalanya.

"Aku mengerti. Tapi, apakah Bella dan ketiga anakmu lainnya setuju, kalau mereka mempunyai ibu tiri?" Tanya Rossalie.

"Bella tak pernah mempermasalahkan itu, namun the triplets-mereka tidak pernah menyukai calon ibu tiri mereka. Kau sendiri, belum memiliki pengganti Luke?" Tanya Harry dengan sangat hati-hati. Rossalie tersenyum, bukan menjawab pertanyaan Harry, ia justru meletakkan bouquet mawar putih didepan nisan Luke yang mana berarti ia membelakangi Harry.

"Air mataku bahkan belum kering untuk menangisi Luke." Jawabnya, membuat Harry termenung hebat.

***

"Bella, enam ditambah delapan, hasilnya berapa?" Tanya guru itu kepada Bella.

"Aku Annabelle, bukan Bella. Dan hasilnya tiga." Jawab anak itu dengan santainya, mengundang tawa dari teman-temannya termasuk Freddie yang memang satu kelas dengannya.

"Kau berani menertawakanku, Tomlinson?" Kata Bella dan Freddie yang tengah tertawa pun langsung diam dan merangkul pundak Bella, "Apa, tidak. Aku hanya teringat dengan film yang aku saksikan malam tadi." Bohong Freddie dan Bella pun mendengus kesal.

"Bella, enam ditambah delapan itu hasilnya empat belas. " Kata guru perempuan itu.

"Oh, aku kira yang dipertanyakan jumlah bulatannya." Jawab Bella dengan santai.

"Annabelle, menurutmu, siapa yang akan menjemput kita nanti? Dad-ku, dad-mu atau Jojo lagi seperti kemarin?" Tanya Freddie sambil ia menopang dagunya.

"Sepertinya dad-ku. Dia 'kan berjanji akan mengajak kita untuk mampir ke kedai Aseton." Jawabnya sambil menutup tempat pensilnya dan memasukannya kedalam tasnya karena bell sekolah baru saja berbunyi.

"Aku ingin makan red velvet. Kalau kau, mau makan apa Bells?"

"Makan kau! Tapi ku presto dulu. Ayo, dad-ku pasti sudah didepan menunggu kita."

Freddie menurut dan ia pun bangkit dari kursinya dan mengekor dibelakang Bella yang tengah menyeret tasnya. Freddie hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sepupunya itu yang menyebalkan namun menggemaskan-mungkin hanya Freddie yang menganggapnya begitu.

"Dad!" Teriak Bella sambil berlari kearah Harry yang sudah menunggunya. Tasnya ia tinggalkan dilantai, dan lagi lagi Freddie yang mengurusnya.

"Kau merindukan dad?" Tanya Harry sambil mengusap kepala putrinya, "Aku rindu dijemput oleh dad. Sudah lama 'kan dad tidak menjemputku. Ah 'ya, kita jadi ke kedai Aseton tidak?"

"Kedai Ashton, Bells. Ayo,"

"Hai Bella!" Sapa Ashton sambil memeluk Bella, "Bella Bella, aku Annabelle. Asetan, aku ingin red velvet." Jawab Bella membuat Ashton menghela nafas kesal. Harry hanya tertawa menanggapinya.

"Anakmu memang menyebalkan." Kata Ashton. Ia berjalan untuk menyediakan red velet untuk Bella dan Freddie, dan setelahnya ia membuat secangkir kopi hangat untuk Harry.

"Tumben sekali kau berkunjung, biasanya kau sibuk sekali." Harry terkekeh sambil ia mengunci kembali layar ponselnya, "Ya, kesibukanku sudah mulai mengendur. Kasihan Bella dan the triplets, mereka membutuhkan aku lebih dari apapun." Jawab Harry dan Ashton menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Harry sibuk melihat putrinya yang tengah memakan red velvet bersama Freddie dimeja nomor dua. Lagi, ia merindukan Cassandra, tapi hidup harus terus berjalan. 

"Yang kudengar, kau akan menikah lagi." Pertanyaan Ashton mampu menghilangkan bayangan Cassandra dari bayangan Harry. Harry akhirnya menatap cangkir kopinya, "Begitulah. Anak-anakku membutuhkan sosok Ibu, dan aku juga membutuhkan teman hidup." Jawabnya.

"Kau benar. Aku setuju, tapi apa kau sudah yakin, dengan calon istri-mu yang baru?" Tanya Ashton lagi.

"Dari sekian banyak pilihan wanita yang dekat denganku akhir-akhir ini. Kurasa 'ya, aku sudah yakin dengan pilihanku. Kurasa dia memang satu-satunya yang mengerti aku."

"Begitu 'ya, syukurlah. Siapa dia? Apakah anak-anakmu bisa menerima kehadirannya?"

"Bella tak masalah sedikitpun, namun the triplets, tentu saja ya. Tapi kurasa aku bisa mengatasinya, dan yang terpenting wanita ini bisa menerima kehadiran anak-anakku, bukan hanya menerima kehadiranku."

"Kuharap dia bisa membuat harimu kembali cerah. Setelah kepergian Cassandra, kau terlihat sangat murung, seolah tidak mempunyai semangat hidup. Tapi hari ini, kau terlihat lebih baik. Aku rasa aku harus berterima kasih kepada wanita itu yang sudah mampu membuatmu jauh lebih baik, ah, siapa namanya." Ucap Ashton sambil menepuk pundak Harry membuat lelaki itu terkekeh ringan.

"Josephine McKenzie." Jawab Harry.

----
----

Thank You,
All The Love, G.

THE FINAL SHOW | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang