Sudah hampir sebulan Juwita bekerja di sebuah perusahaan setelah kelulusannya, sayang selama bekerja di perusahaan tersebut Juwita sering disuruh-suruh oleh para seniornya. Tapi, Juwita tidak masalah karena itu keputusannya.
Hari ini sepulang bekerja Juwita dijemput Yogi karena akan menjenguk Yerin di rumah sakit. Kata Bunda Yerin pingsan karena kelelahan.
"Gimana kerjanya?" Tanya Yogi saat Juwita memasuki mobil.
Juwita tersenyum, "Seru tapi capek."
"Kenapa enggak kerja di tempat Papa kamu aja biar enggak capek atau kerja di tempat aku juga boleh." Kata Yogi sambil melajukan mobilnya.
"Kan aku mau mulai dari awal,"
"Kalau aku kerja di tempat Papa atau kamu kan gampang gitu enggak bisa ngerasain perjuangan dari awal." Jelas Juwita.
"Loh nanti kan aku bisa bilang ke karyawanku kalau mau nyuruh-nyuruh kamu silahkan gitu hehehe..." Canda Yogi sambil sesekali melirik pujaan hatinya tersebut.
Juwita memasang wajah cemberut, "Ih jahat banget kamu."
"Hahaha... Bercanda sayang." Jawab Yogi sambil menggenggam tangan kanan Juwita dengan tangan kirinya.
"Yang." Panggil Juwita dengan pelan dan lembut
Yogi melirik sekilas,"Kenapa?"
"Maaf ya." Kata Juwita sambil menatap Yogi yang sedang fokus menyetir.
Yogi mengernyitkan dahinya, "Kenapa kok minta maaf?"
Juwita menghembuskan nafas perlahan lalu menunduk, "Maaf gara-gara aku kamu jadi yang paling akhir nikahnya di antara sahabat-sahabat kamu."
"Aku kan udah bilang jangan dengerin omongan orang kamu cukup ngelakuin apapun sesuai keinginan kamu. Aku mau kamu selalu nyaman sama aku." Balas Yogi sambil mengecup tangan Juwita singkat.
Blush...
Perlakuan Yogi barusan sukses membuat pipi Juwita merona.
"Lagian aku tuh yang paling muda diantara mereka jadi ya enggak papa."
Juwita sedikit terkejut, "Hah? Kamu paling muda? Bukannya Kak Bamesta?"
"Ih jahat banget sih kamu emangnya muka aku keliatan tua banget ya." Yogi melepaskan genggamannya lalu memasang wajah cemberut.
"Bukannya gitu yang cuma kamu keliatan dewasa aja." Kata Juwita setelah memilih kalimat yang tepat.
"Yang bener?"
"Iya sayang..."
Jawaban Juwita sukses membuat Yogi tersenyum lebar.
Setelah beberapa menit mereka sudah sampai di tempat tujuan.
"Kak Yerin beneran minta dibawain makanan sebanyak ini?" Tanya Juwita saat melihat Yogi mengeluarkan kantung plastik ukuran besar yang berisikan macam-macam makanan.
"Iya beneran orang dia sendiri yang minta emang enggak tau malu dia tuh."
Juwita melirik Yogi dengan tajam, "Ck enggak boleh gitu."
"Ya dia juga jadi orang ngelunjak bener harusnya udah seneng kita jenguk eh malah minta yang aneh-aneh." Curhat Yogi.
"Ya udah sih mungkin aja yang pengen bayinya." Balas Juwita sambil menarik Yogi masuk lift.
"Juwi...!" Teriak Yerin dengan senyum merekah setelah Juwita memasuki kamar inapnya.
Di sana ada Zuyon dan Bunda yang sejak kemarin menemani Yerin.
Juwita segera mendekati ranjang dan berpelukan sekilas, "Gimana kak udah mendingan?" Tanyanya.
"Iya habis tidur kemarin langsung baikan."
Tak lupa Juwita salim dan memeluk Bunda dengan singkat.
"Makanya kalau dibilangin tuh jangan batu." Celetuk Yogi.
"Dih sewot amat lu,"
"Eh iya mana pesenan gue?" Tanya Yerin dengan antusias.
"Beb kamu lagi sakit lho masak mau makan semua makanan ini." Kata Zuyon sambil meraih kantung plastik dari tangan Yogi.
"Siapa bilang aku yang makan orang anaknya maunya kamu yang makan beb." Jelas Yerin sambil tersenyum.
"Beb perut aku udah mau nyaingin perut kamu lho ini..." Rengek Zuyon sambil memegang perutnya.
"Ih lebay banget sih beb lagian ini permintaan anak kamu masak enggak mau nurutin."
"Iya deh iya,"
"Bantuin yug." Kata Zuyon sambil menarik Yogi untuk duduk di sofa.
"Dih kok jadi gue sih ogah." Tolak Yogi.
"Eh kayaknya dia juga pengen omnya juga makan deh hehehe..."
"Apaan deh kok bawa-bawa gue segala."
"Kamu tuh gimana sih nanti kalau anaknya Yerin ileran gimana? Mau Bunda salahin?"
Yogi sedikit kesal, "Iya bun iya ini Yugy nemenin Uyon makan nih." Katanya sambil duduk dengan Zuyon dan membuka makanan.
"Gimana juw kerjanya?" Tanya Bunda.
"Lancar kok bun." Jawab Juwita sambil tersenyum manis.
"Capek ya pasti disuruh-suruh gitu?"
Juwita tertawa kecil,"Ya lumayan bun."
"Belum ada sebulan kan juw?" Tanya Yerin.
"Belum kak baru juga 3 minggu."
"Tenang aja mereka kayak gitu paling cuma 1 bulan."
Juwita mengernyitkan dahinya, "Kok bisa tau kak?"
"Dulu gue juga kerja disitu tapi cuma bisa tahan satu tahun soalnya gue sadar kantoran bukan gue banget dan akhirnya gue lanjut ngeband sambil ngedj aja." Jelas Yerin yang diangguki oleh Juwita.
"Eh iya kok bisa sampai pingsan kak? Sama Kak Zuyon cuma dibolehin di rumah kan?" Tanya Juwita yang penasaran dengan kronologisnya.
"Iya di rumah aja tapi orangnya enggak bisa diem juw kalau dibilangin suka batu." Jawab Bunda dengan tatapan tajam yang terarah pada Yerin.
"Ih bun enggak gitu kan aku kebiasa gerak terus bun." Elak Yerin.
"Ya udah sih enggak papa kalau kamu mau pingsan lagi."
"Kayaknya nanti sampai lahiran bakal enggak banyak gerak aja deh bun hehehe..."
"Kenapa enggak dari awal coba."
Juwita tersenyum sambil mendengarkan perdebatan antara Bunda dan Yerin. Sementara itu, Yogi dan Zuyon yang masih makan pun tertawa.
"Juwi sabar ya." Celetuk Yerin.
"Kenapa kak?"
"Bakal dapet mertua cerewet kayak Bunda." Juwita cukup terkejut dengan perkataan Yerin yang frontal.
"Aw bun sakit." Keluh Yerin saat Bunda mencubit lengannya.
"Habis kamu itu ngomongnya sembarangan banget." Kesal Bunda.
"Bunda enggak gitu kok juw." Kata Bunda sambil menatap Juwita.
Juwita tersenyum, "Iya bun tapi aku malah pengen dicerewetin biar bisa jadi ibu rumah tangga yang baik." Yogi yang masih sibuk makan sampai tersedak mendengar perkataan Juwita.
Juwita langsung panik saat menyadari kalimat yang ia katakan tadi seolah seperti kode untuk segera minta dinikahi Yogi.
Mau terjun ke palung mariana aja.
"Yug buruan dinikahin woy!" Teriak Zuyon dengan antusias.
🐥🐥🐥
TBC.Jangan lupa vote dan comment ya hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Jamet || Yugyeom Tzuyu ✔
Teen FictionKisah tentang Juwita Erlina Maheswari dengan seorang laki-laki yang ia juluki mas jamet. Padahal laki-laki tersebut memiliki nama yang bagus, Yogi Danish Adhitama.