|Chapter 6|

37 7 0
                                    

‘Cinta itu terkadang membuat seseorang menjadi egois. Ingin lebih dan lebih.’

°°°

Kini mereka baru saja selesai melaksanakan upacara dan ada beberapa menit waktu longgar sebelum guru benar-benar masuk ke kelas.

Farel berada di kelas Lyra, ia duduk di tempat Faras yang tepat berada di samping Lyra. Sedangkan yang punya kursi seperti biasa terkena hukuman karena datang terlambat.

Teman sekelas Lyra banyak yang menyoraki atau bahkan menatap sinis ke arah Lyra. Gadis berambut cokelat itu hanya cuek. Sedangkan Gavin tersenyum penuh arti melihat pemandangan yang ada di depannya.

“Masih pagi, oy. Udah mepet, aja,” tegur Doni sambil mengacak rambut Lyra tanpa dosa.

“Apa, sih, Don! Ganggu aja,” kesal Lyra sambil memperbaiki rambutnya.

“Iri, bilang, bwe!” ejeknya lagi.

“Siapa juga yang iri.” Doni membalas dengan menjulurkan lidahnya juga. Sedangkan Farel hanya menggeleng.

Tiba-tiba datang sekelompok anak perempuan dengan penampilan yang menurut Lyra seperti tante-tante. Wajah yang penuh dengan dempul bedak, serta baju yang begitu ketat memperlihatkan lekuk tubuhnya. Senakal-nakalnya Lyra, ia masih tahu peraturan sekolah.

“Farel ... sekali-sekali kita, dong yang disamperin. Jangan Lyra mulu ...,” ucap perempuan itu yang bernama Jessy dengan santai.

Lyra menatap remeh Jessy, memutar bola matanya malas. Beginilah jika Farel ke kelasnya, sudah dipastikan mereka akan menjadi pusat perhatian.

“Ya ‘kan Lyra pacar gue, memangnya salah, ya datangin pacar sendiri?” jawab Farel dengan santai dan tersenyum.

Jessy tampak tertawa sinis. Sedikit terpojok dengan ucapan Farel. Namun ia tak kehabisan kata-kata. “Gue kasih tau, ya Farel Fernandes, mantan ketua OSIS SMA PATRA DHARMA, seharusnya buka mata lo baik-baik! Cewek kayak Lyra lo pacarin,” ucapnya dengan sinis dan memandang Lyra dengan remeh.

Jessy adalah teman sekelas Lyra yang memang sering blak-blakan mencari masalah pada Lyra. Lyra yang mendengar ucapan Jessy pun berdiri menggebrak meja. Membuat satu kelas menatapnya, menanti adegan favorit selanjutnya.

“Apa? Lo mau ngedrama lagi?” ucap Jessy meremehkan.

Farel menahan lengan Lyra meminta gadisnya itu tenang. Terlebih mereka berada di lingkungan sekolah.

“Ra ....”

“Ngedrama? Lo sadar gak, sih. Apa yang lo lakuin? Gue tanya? Kalau Farel gak pacaran sama gue, terus dia harusnya pacaran sama lo gitu? Heh! Pede banget lo jadi orang,” sahut Lyra tak kalah sinisnya.

Jessy yang mendengar jawaban Lyra merasa geram. Tangannya pun terkepal, matanya menyipit, memandang dengan tak suka. Sedangkan Lyra, ia mencoba menahan emosinya. Ingin sekali rasanya Lyra merobek mulut Jessy. Kalau ia tidak ingat dengan apa yang dikatakan sang ayah.

“Lo—”

“Apa? Gak terima! Hei! Udah fakta, ya. Kalo gue itu pacar Farel. Gue putus sama Farel juga dia belum tentu mau pacaran sama lo. Ngaca, woy!” maki Lyra yang sudah tak bisa menahan kekesalannya.

“Kenapa kalian malah berantem?” lerai Farel.

“Lo juga Jes, berhenti cari masalah sama Lyra. Gak ada untungnya,” sambung Kevin lagi.

“Siapa yang cari masalah!” bela Jessy.

“Emang kok, kalau orang gak ada malunya itu gak akan mau mengakui. Lo jelas-jelas datang kek jelangkung ke sini buat apa? Godain Farel? Ya kali dia mau sama lo! Kalau dia mau sama lo, dari dulu juga dia bakal pacaran sama lo dari pada sama gue!” sahut Lyra panjang lebar dan penuh kekesalan.

Permainan Takdir ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang