‘Mencintaimu adalah pilihanku.’
Balikpapan, Juli 2013
°°°
Suara dering telepon yang menggelegar, membangunkan seorang gadis di balik selimut. Masih terpejam, perlahan tangannya meraih benda tipis tersebut. Kemudian mendekatkannya pada indra pendengaran.“Halo,” ucap gadis itu dengan suara seraknya.
“Pagi, sayang ... waktunya untuk bersiap ke sekolah,” jawab seseorang dari seberang telepon.
“Astaga ... gue masih ngantuk, entar aja, dah gue matiin, bye!”
Lyra meletakkan ponselnya di samping tubuh dengan sembarangan. Karena begitu mengantuk, ia tak sempat menekan ikon berwarna merah. Masih terhubung, sedangkan seseorang di seberang telepon masih setia memanggil nama gadis itu.
“Lyra ... bangun, Sayang.” Berkali-kali, sampai terdengar suara embusan napas.
Gadis bernama Lyra Edelweis itu pun membuka matanya perlahan, mengembuskan napas dan kembali meraih ponselnya.
“Iya, gue bangun,” ucapnya terdengar malas.
“Setengah tujuh gue jemput. Bye, Honey!”
Sambungan telepon pun terputus. Embusan napas kembali terdengar. Lyra begitu malas beranjak dari singgasana ternyamannya. Namun, harus bagaimana lagi karena hari ini bukanlah hari libur.
Ya, yang menghubungi Lyra tadi adalah Farel, kekasihnya. Kini mereka sama-sama duduk di bangku SMA kelas 3. Sudah menjalin kasih selama kurang lebih setahun. Hal tadi menjadi kebiasaan Farel menelepon Lyra pagi-pagi hanya sekadar membangunkannya dan mengingatkan Lyra untuk segera bersiap karena ia akan datang menjemput.
Lyra tak pernah melarang atau menyuruh Farel untuk berhenti, meski terkadang ia cukup bosan dengan rutinitas pagi yang seperti ini. Hanya membiarkannya begitu saja.
Lyra menutup mulutnya yang menguap, ia pun dengan gontai melangkah ke kamar mandi untuk segera bersiap-siap.
🍃🍃🍃
Di tempat lain, seorang pria berkulit cokelat sedang memakai sepatunya. Merapikan rambut hitamnya kembali di depan cermin yang cukup besar. Manik hitamnya melirik jam di pergelangan tangan, ternyata sudah menunjukkan pukul 06.10 pagi. Ia pun meraih tas dan almamater kebanggaan sekolahnya, kemudian melangkah meninggalkan ruangan bernuansa monocrom itu sambil bersiul.Langkanya tiba di ruang makan, ia menyapa Bibi Ann—asisten rumah tangga—yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.
“Bi, Farel pergi, ya. Gak usah laporan, papi sama mami ngapain aja,” ucap Farel cuek dan menyambar roti bakar yang baru saja di sajikan, kemudian melengos pergi.
“Tapi, Den, Nyonya berpesan ka—”
“Gak mau denger, udah tau. Bye, Bi,” teriak Farel tanpa menghentikan langkahnya.
Bibi Ann hanya mengembuskan napasnya pasrah melihat Farel dengan gesitnya menghilang dari balik pintu utama.
“Kasian Den Farel, pasti anak seusianya begitu tertekan dengan kondisi seperti ini,” keluh Bibi Ann. Ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/229886307-288-k206539.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir ✔
Romance[COMPLETED] [OTW REVISI] 'Cinta 'tak pernah salah, keegoisanlah yang membuat cinta itu menjadi salah.' CERITA INI AKAN DIIKUTSERTAKAN DALAM EVENT ONE DAY ONE CHAPTER CHALLANGE BATCH 3 START 25 JUNI - FINISH 25 JULI 2020