1. Hari Itu

5.9K 446 43
                                    

Saya nulis cerita baru buat selingan sambil nyemil ubi rebus. Foto covernya mohon maaf...😬 bingung mau bikin sosok Jungkook cewek yang rada manly itu gimana. Tapi sosok Taehyung sih sudah terwakili begitu.

Slow update ya, tergantung cuaca hati.

Kalo senang, minta vote dan note ya.. biar berkah




☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆



Seoul, South Korea


"Hei Jung, kau pulang malam lagi? Mau kuantar?"

"Tidak usah, terima kasih. Aku dijemput tunanganku."

"Kalian pasti sibuk sekali ya menyiapkan pernikahan? Aku semakin penasaran ingin mengenal calon suamimu itu,"

"Dua minggu lagi pasti kau akan melihatnya di altar bersamaku. Dadahhh,"

Aku tersenyum manis melambaikan tangan pada security pabrik. Setiap hari aku lembur demi menyelesaikan pekerjaan sebelum nanti cuti menikah. Aku bekerja di perusahaan tekstil milik Jung Hoseok, sahabat tunanganku. Hanya sebagai tukang jahit dengan gaji 50.000 won satu minggu. Memang gaji yang kecil namun aku tak menyusahkan ayah dan ibuku lagi. Mereka membuka kedai soju dari pagi sampai malam bahkan sering tak pulang ke rumah.

Ada hal yang menjadi rahasiaku. Bahkan keluargaku tak ada yang tahu.

Sejak kecil aku diam-diam ikut pelatihan muaythai dan judo di sanggar olahraga milik Paman Hyunbin. Sepulang sekolah tak langsung ke rumah karena orang tuaku selalu berada di kedai soju. Adik tiriku Yena sekolah khusus penari. Ya, Yena lebih cantik dan berbakat seni sehingga menjadi kebanggaan keluarga.

Jadi aku setiap akhir pekan juga melatih judo di sasana Hyunbin untuk menambah penghasilan. Orangtuaku tak mampu (katanya) menyekolahkanku di kampus rekomendasi guru sehingga aku hanya mengikuti kursus menjahit selama setahun.

Itulah aku. Jeon Jungkook gadis biasa 24 tahun, tanganku pandai menjahit, kakiku kuat menendang juga bahuku piawai mengangkat dan membanting.

Dan dua minggu lagi aku menikah karena Kai pacarku sejak SMA sudah pulang dari Manhattan. Dia menepati janjinya kembali ke Korea telah berhasil menjadi pengusaha sukses.

"Sebenarnya eomma tak suka dengan sifat ganjen pacarmu itu. Tapi kami pikir apa yang kau tunggu, jika sudah menikah setidaknya kau segera pindah rumah karena rumah itu akan jadi milik Yena dan suaminya kelak,"

"Aku bosan eomma selalu mengingatkan itu. Memangnya aku tak punya hak atas rumah itu?"

"Kook, kau harus mengerti bahwa Yena lebih dapat diandalkan karena nilai sekolahnya selalu bagus daripada nilaimu yang selalu mengerikan!"

"Baiklah! Aku bodoh! Aku tidak sehebat Yena! Jadi aku akan menikah secepatnya agar kalian lega!" Teriakku dalam hati.

Ya. Itulah ibuku. Lebih tepatnya ibu tiriku. Appa menikahinya saat aku berumur 2 tahun. Sejak Yena lahir, aku sangat terbiasa melakukan semua pekerjaan sendiri. Bahkan di umur 5 tahun aku sudah mengambil makanan sendiri saat lapar. Kesedihan itu tak kurasakan lagi karena ibu terus mengatakan bahwa dia bukan ibu kandungku. Sedangkan ayahku hanya mesin pemberi uang tak peduli bagaimana cara pengaturannya.




Satu jam menunggu di tepi jalan akhirnya aku menelepon.

"Halo? Kai, apa kau akan menjemputku?"

"Maaf sayang, aku sedang mengantar eommaku berbelanja,"

"Belanja apa selarut ini?" Kulirik arloji menunjukkan pukul 10 malam.

"Menebus obat lambungnya ke apotek. Kami baru pulang dari dokter. Kau naik taksi saja ya? Aku akan menelepon setelah tiba di rumah,"

PERAHU TERBANG (Taekook AU_GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang