Banyaknya vote dan komen akan segera menyelesaikan book ini.
Harap menyesuaikan usia, terdapat adegan yang tidak pantas untuk yang belum legal.**********
CHAPTER 24
Pernahkah kalian terlihat garang namun ternyata penakut?
"........."
"Oh iya! kau luar biasa Jungkook, aku sampai merinding melihat penampilanmu di layar televisi tadi!" Seru Seokjin di video call.
"Mm...eonnie, bagaimana keadaan agensi setelah insiden penyerangan itu?"
"Oh, dia sudah diringkus polisi tanpa setahu awak media. Yoojung mau menjadi saksi karena sudah 3 kali diteror orang gila itu,"
"Bodoh sekali orang itu menunggu perhatian Yoojung."
"Tapi aku tidak bodoh karena penantian yang panjang membuahkan hasil," Taehyung muncul dari kamar mandi dengan rambut basah dengan hanya berlilit handuk di pinggang.
"Woo woo wow, apa aku mengganggu acara kalian?"
"Sangat. Noona, katakan pada Kai, apapun yang menyangkut Jungkook dia harus bicara dulu denganku."
"Mwo? Apa kau managernya?"
"Bukan. Aku suaminya, apa itu terlupa dibenak kalian?"
"Dasar posessif. Sudahlah, bicara denganmu membuat kosakata kotorku keluar semua. Sampai jumpa besok Jungkook, di resto X jam 7 ya?"
"Kau mau makan malam dengan Seokjin noona?"
"Iya, bersama Yoo In Na dan rekan-rekan model peragaan rancangan busana miliknya sebagai tanda terima kasih,"
"Oh."
Aku mengepal-ngepalkan tangan canggung. Itu karena teringat bahwa malam ini adalah saat spesial penyerahan diriku di tangan sekutu. Kim Taehyung terlihat begitu sempurna dengan tubuh atletis dan wajah rupawannya. Terpenting lagi perasaan cintanya padaku begitu abadi. Maka tak ada alasanku untuk tersekap dalam trauma yang tak berkesudahan. Terlebih trauma itu jenis langka yang memalukan jika diketahui publik.
"Aku cinta...padamu.." gumamku malu.
"Kenapa seformil itu, hm? Kemarilah." Ia tertawa kecil.
"Aku lebih mencintaimu dan kita akan melakukan ini bukan karena terpaksa.""Tentu tidak! Aku juga ingin merasakan nikmat yang berbeda!" Cetusku namun sangat kusesali kemudian. Memalukan.
Dia terkekeh.
"Pelan-pelan saja, waktu kita masih panjang bukan? Aku menunggumu begitu lama, tak masalah jika menunggu lagi untuk kesiapanmu."
Tak masalah menunggu? tapi dia melepas lilitan handuknya yang sejak tadi mengusik tangkapan korneaku. Mungkin karena sudah berapa kali melihat, mengintip, mengamati dan memegang senjata pusaka, benda penyebab trauma sial itu, aku tak lagi panik atau berlari kabur.
Dua kali, ibu Yena membayar orang untuk melecehkanku. Dan dua-duanya tidak memiliki tampilan reproduksi yang mewah. Entah bagaimana bentuk milik Kai karena selama enam tahun jadi teman curhatnya kami sama sekali tak pernah membahas hal intim.
"Jadi, ini lebih mewah dari milik dua cecunguk itu hm? Yeobo, berjanjilah tak ada penis orang keempat yang masuk dalam memorimu setelah ini. Jangan memikirkan Kai saat seindah ini, dia lebih kecil satu ukuran dariku," Lelaki itu segera melingkari pinggangku dalam pelukan hangat. Mengangkat daguku dengan telunjuknya untuk berciuman mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERAHU TERBANG (Taekook AU_GS)
FanfictionAku tidak seperti yang mereka pikir. Mendapatkanmu adalah pintu keluar dari penderitaanku