14. Penantian Dua Jalan

2.1K 380 73
                                    

Minta komen yang banyak untuk membangun alur cerita lebih terarah dan mudah dipahami

Book ini masih gratis jadi votenya juga masih gratis ya...



■□■□■□■□■□■



CHAPTER 14

Menggunakan celana training hitam aku menutup lemari kabinet yang masih tertulis namaku. Sudah hari ke-2 aku mulai aktif di sasana ini.

"Kau yakin tetap melatih lagi?"

"Apa kau keberatan berbagi honor denganku?"

"Yeah, tidak juga. Suamimu bukan orang miskin. Ayahnya dulu menyuntik dana pembangunan sasana kita. Kau bahkan bisa membangun sasana sendiri,"

"Junhoe, uang bukan tujuan utamaku menikah. Jika dia kaya, itu bonus dari Tuhan."

"Jung, jika aku di posisimu mungkin sudah lama membeli bensin dan korek api untuk menghanguskan keluargamu itu,"

Junhoe itu salah satu murid Hyunbin yang baru lulus SMA. Dia dipercaya melatih anggota yang masih dibawah umur. Sepertiku diapun sangat jarang menemui makanan lezat karena ayahnya hanya petugas kebersihan kota dan ibunya sudah tiada. Terkadang uang gajiku kubelikan baju untuk adik-adiknya yang masih SD.

Pintu terbuka, muncul sosok Hyunbin yang mengenakan kaus hitam celana abu-abu.

"Jungkookie, aku ingin bicara denganmu setelah latihan."

Hyunbin, lelaki berumur 36 tahun yang masih tetap tampan. Dialah orang yang berjasa dalam hidupku setelah bibi Nara. Dia yang mengantar jemputku saat sekolah dasar, ketika semua murid bersama orangtua mereka aku justru bersama Hyunbin si anak tetangga yang kupanggil samchon.

Namun dia sudah menikah dengan pacarnya saat aku berumur 15 tahun. Itu adalah hari patah hati yang sangat berat dalam hidupku. Dan sedihnya lelaki itu tahu pasti pada perasaan cinta monyetku.

"Ingatlah Jung, pertama kali aku menggandeng tanganmu, aku hanya memandangmu sebagai anak kecil yang butuh perhatian orang tua. Jadi tetaplah seperti itu hingga nanti kaupun dewasa," katanya sebelum pergi berbulan madu. Setelahnya dia tak tahu pohon di depan jadi bulan-bulanan emosiku. Satu minggu aku tak bisa berjalan dengan lurus karena kedua kaki terasa seperti dendeng bonyok.

Meskipun di usia 5 tahun pernikahan, ia mulai bertengkar dengan istrinya itu. Terkadang aku membantu menjaga putri kembarnya saat sang ibu merajuk membawa kabur putra bungsu yang masih bayi.

Tidak. Tentu saja rasa itu sudah hilang setelah aku mengenal Kai di umur 17.


"Jung, sebenarnya aku mau minta maaf karena harus mengatakan ini." Hyunbin menyandarkan tubuh di dinding. Kami duduk di ruang latihan beralas tatami sambil menonton Junhoe melatih lima orang junior teknik judo.

"Apa ini berhubungan dengan Kim Taehyung?" Tebakku cepat.

"Ehem. Kini kau sudah menikah jadi tak ada alasan lagi tetap disini,"

"Samchon."

"Aku tidak memecatmu, tidak ada unsur itu selama kita adalah paman dan keponakan. Tapi keinginanmu yang dulu sudah tercapai, bukan? Kau sudah lepas dari keluarga kamuflase itu,"

Aku mengangguk.

"Baiklah, aku paham maksud samchon. Tapi bisakah anda cerita padaku tentang peristiwa penyekapan yang pernah kualami? Apakah Kim Taehyung memang terlibat disana?"

"Jadi dia sudah memutuskan untuk memberitahumu?"

"Memutuskan? Apakah selama ini sengaja ia sembunyikan? Dan samchon, andapun tidak menceritakan padaku bahwa Kim Taehyung pernah menjadi murid pelatihan Gold Eagle juga? Yang kutunggu itu Kai, tapi kenapa justru kakaknya yang lebih dominan dalam kisah hidupku?"

PERAHU TERBANG (Taekook AU_GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang