18. I Do It For You

2.1K 372 80
                                    

👀👁👀

Vote dan komen anda penyemangat jiwa semua author



############


CHAPTER 18

Aku sudah memutuskan untuk berhenti dari pabrik garmen. Jung Hoseok sangat memaklumi karena ini pasti terjadi. Dulu Kai juga mengatakan padanya, jika sudah menikah Jungkook harus fokus jadi istrinya saja. Kai yang memasukkanku di pabrik itu, Kai juga yang akan mengeluarkanku dari situ. Memangnya aku ini ayam panggang masuk keluar oven?

Cih.

Nyatanya dia salah. Masih ada Tuhan dan author maha penentu kisahku.

....

Dua kali nada sambung langsung diterima lelaki itu.

"Nampyon, kau masih di perkebunan? Ini sudah jam 7 malam,"

"Hm iya. Tapi aku pulang larut karena menghadiri rapat agensi. Minggu ini Kai dan Seokjin akan menyelenggarakan audisi perekrutan model untuk agensi. Acaranya nanti diadakan setiap sore selama 3 hari berturut-turut."

"Oh."

"Kau bisa pesan food delivery jika sudah lapar."

"Ya, aku sudah memesannya.''

"Bagus, tidurlah lebih dulu jika sudah mengantuk. I love you, Kookie. Tolong jawab yang sama,"

Aku hanya mendecih kesal. Sambungan telepon langsung kututup dan menatap hidangan di meja dengan pilu. Apa dia tak tahu aku sudah menyiapkan semua ini sejak siang? Lihatlah, apartemen ini bahkan seperti bersinar gemerlapan saking bersihnya.

Bodoh. Tentu saja dia tak tahu.

Aku hanya tak punya pekerjaan hari ini. Mengingat nama Yoo In Na, aku segera membersihkan apartemen. Setiap sudut atas yang tak terlihat kujamah dengan lap dan kemoceng sementara sudut bawah dikerjakan di robot vacuum cleaner.

Nonton televisi sebentar.

Mengingat nama Joo Irene, aku segera menyikat kamar mandi dengan bersemangat. Bahkan tiang shower yang sudah mengkilap kubersihkan lagi lebih mengkilap.

Kemudian mengingat nama Ariana tanpa bayangan wajah, aku segera ke pasar dengan berjalan kaki. Dulu jarak pasar dan rumahku ditempuh 30 menit berjalan kaki. Kini tinggal di apartemen Taehyung, setelah satu jam lebih berjalan kaki aku baru menemukan kios buah Nyonya Seung. 30 menit kemudian baru menemukan kios kue Dokjae. Lalu lima ratus meter barulah terlihat pasar tradisional.

Bodohnya saat aku terlena membeli sayuran segar, telur, daging yang lebih murah daripada di swalayan, uang yang kubawa hanya bersisa 10 won. Ponselpun tertinggal di apartemen, akhirnya kembali berjalan 30 menit menuju halte bus. Sejak dulu metode feet on the road inilah yang membuat tendanganku mampu mematahkan besi karat.

Namun itu kujalani dengan senang karena ini baru pertama kali aku melakukan sesuatu untuk menyenangkan orang. Yah. Apapun usahaku tak pernah benar dimata appa dan eomma. Seperti monyet melompat-lompat untuk menghibur, namun kau lebih fokus pada wajah si monyet.

Sebenarnya masak apapun aku bisa, selama saluran youtube dan bahan makanannya tersedia. Sejak kecil aku sudah terbiasa makan nasi putih saja. Bukan untuk puasa mencari ilmu hitam namun lauk pauknya disimpan eomma dalam lemari yang dikunci. Mungkin juga kuncinya ditelan eomma karena aku tak pernah melihatnya tergantung dilubangnya lagi.

Lalu saat masakan yang baru pertama kuluncurkan ke dunia terhidang, Kim Taehyung malah tak mencicipinya. Bangsat sekali bukan?

Tak terasa airmata meleleh begitu saja di pipi. Astaga. Untuk apa aku menangisi kebodohanku sendiri? Aku bahkan tak kuat menghabisi makanan ini karena terlalu kenyang mencicipi. Apakah perlu kusimpan dalam lemari dan menelan kuncinya juga?

PERAHU TERBANG (Taekook AU_GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang