5. Nampyon

2.4K 394 53
                                    

Hai, belum lupa dengan book ini kan?
Meskipun sibuk kerja tapi diusahakan update seminggu sekali.

Bagus gak bagus minta vote dan komen ya 😉

◇◇◇◇◇◇

CHAPTER 5


Ayahku menahan lenganku sebelum masuk mobil alphard hitam.

"Kook ah, ini peninggalan eommamu masih kusimpan. Dia berkeras menyimpan untukmu daripada untuk biaya operasinya,"

Sebuah buku rekening disodorkan padaku.

"Appa tidak menyentuhnya sama sekali bahkan ibunya Yena tidak tahu. Appa minta maaf seharusnya itu biayamu kuliah tapi kau tahu kami bisa ribut dan bertengkar gara-gara itu."

Ibu kandungku. Orang yang kukenal hanya dari foto bahkan sudah memikirkan masa depanku.

"Apa karena itu...  appa membenciku karena eomma memilih mati demi melahirkanku?" Desisku gemetar. Mataku terasa hangat oleh butiran airmata yang menggenang.

"Jungkook, semua ini..."

"Setelah halmeoni meninggal, appa terpaksa membawaku bersama keluarga barumu. Kenapa saat itu aku tidak kau berikan ke panti asuhan saja?"

"Kenapa kau masih tak tahu berterima kasih?"

"Bukankah lebih baik aku dibuang dari kecil daripada ikut kalian hanya dianggap seperti kuman?"

"Kenapa kau berubah angkuh seperti ini? Apa kau yakin akan hidup bahagia dengan pernikahanmu?"

"Appa tenang saja, kalaupun aku tak bahagia, aku takkan pulang mengadu dan memohon kembali pada keluarga bahagiamu itu. Ah, aku tak tahu berterima kasih ya? Uang ini sudah kuterima dan kuberikan lagi padamu. Kulihat cukup besar untuk membayar semua biaya hidup yang kumakan dari kalian. Jika hitunganmu kurang, aku akan mencicilnya mulai sekarang."

Setelah kuletakkan buku itu di tangan appa, aku segera membuka pintu mobil dan duduk dengan airmata tumpah. Kim Taehyung memasangkan seatbelt di bahuku.

"Sudah selesai? Bisa kujalankan mobilnya sekarang?"

Aku mengangguk kuat.

Begitu mobil berjalan, tangisku akhirnya pecah.

"Huhuhuuuuu...waaaaaa....!"

"Hei, ayolah. Hentikan tangismu yang mengerikan itu. Aku mengerti hatimu sakit, tapi dengan tangis seseram itu dadamu ikut sakit,"

"Aku hanya menangis di depanmu, tauuuu! Hauuuu! Hukhukhuk..huhuhuhuhu...waaaa!"

Saat mobil menepi di pinggir jalan raya, tubuhku sudah ditarik dalam pelukannya.

"Aku suka melihatmu menangis tapi...lebih suka jika itu tangis gembira." Bisiknya sambil mengecup pipi basahku.

******


Dulu di rumah Jeon aku diasuh bibiku, adik dari mendiang ibuku. Namun setelah umurku 6 tahun, bibi meninggal akibat kecelakaan pesawat pulang dari Jeju. Sejak itulah aku merasa siksaan yang sesungguhnya. Appa memang tak pernah peduli padaku, jangankan menyentuh, menegurpun malas. Saat aku terbangun sendirian, mengintip appa, eomma dan Yena kecil bermain bersama dengan tawa canda yang membuatku ikut senang. Seolah-olah tawa canda mereka tertuju untukku.

Eomma baru muncul ke sekolah saat Yena baru mendaftar. Tiga tahun sebelumnya aku pergi sendiri karena sekolahnya cukup dekat. Paman Hyunbin yang kala itu sudah tamat SMA adalah tetangga di samping rumah. Dialah yang menemaniku ke sekolah berlagak sebagai kakakku. Sampai kemudian kelas 5 SD aku ikut Hyunbin latihan Judo di sasana Gold Eagle milik ayahnya. Dari judo, akupun tertarik pada muaythai yang diajarkan temannya dari Thailand.

PERAHU TERBANG (Taekook AU_GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang