~*selamat membaca*~
Hari ini Andin berangkat sekolah dari rumah Bagas. Bahkan pagi tadi, Bagas dengan suka rela mengambilkan baju seragam kerumah Andin. Bagas bilang, orang tuanya sudah tidak ada di rumah, hanya ada Bi Yani disana. Bi Yani juga sempat menanyakan keberadaan Andin dan bagaimana keadaannya, Bagas hanya menjawab "Andin aman di rumahnya". Itu sedikit membuat Bi Yani --yang merawat Andin sejak kecil-- tidak berlarut dalam rasa kekhawatirannya.
Mungkin untuk sementara waktu Andin akan tinggal di rumah Bagas. Ya, walaupun sedikit merepotkan Bagas dan keluarganya. Mau bagaimana lagi, Andin tidak mau pulang ke rumahnya dulu. Biar saja orang tua Andin mencarinya. Tapi, apakah mereka akan peduli dengan Andin ? Bahkan sejak Andin lahir pun yang mereka pedulikan hanyalah uang, dan pekerjaan.
Ketika Andin masih kecil, orang tuanya memang jarang sekali di rumah. Andin selalu ditinggal bersama dengan Bi Yani, terkadang jika Andin menangis, Andin akan dititipkan di rumah Tante Fifi. Orang tuanya merasa, mereka bekerja untuk Andin. Tapi yang Andin dapatkan bukan kebahagiaan. Setiap hari Andin merasa kesepian, sarapan dan makan malam sendirian. Bisa terhitung dengan jari, berapa kali orang tuanya mau sarapan dengan Andin. Dan Andin tidak pernah merasakan kehangatan di rumahnya sendiri.
******
Jam kosong adalah hal yang paling membahagiakan untuk seluruh murid SMA Satelit, terutama untuk kelas XI IPS 2. Entah karena apa, guru Matematika yang seharusnya mengajar dikelas berhalangan hadir tanpa keterangan yang jelas. Namun, bagi Andin, Bagas, Danu, dan yang lainnya itu hal yang menyenangkan. Tak heran jika kelaspun menjadi bising karena teriakan para siswa/i XI IPS 2.
Disaat bersamaan, kelas XI IPS 1 pun ternyata sedang tak ada guru. Hal itu membuat mereka memanfaatkan jam kosong tersebut dengan bermain futsal di Lapangan.
Kelas XI IPS 1 berisikan Rey sebagai kapten, Angga, Millo, Iyan, dan Tino. Sedangkan dari kelas XI IPS 2 berisikan Bagas sebagai kapten, Danu, Andin, Rizal, dan Yogi.
Tidak masalah untuk Andin jika hanya dia satu-satunya cewek di dalam tim. Apakah kalian berfikir Andin hanya menjadi penonton saja? Tidak ! Andin ikut serta dalam tim.
Terlihat di sisi lapangan, ada beberapa teman cewek kelasan Andin yang ikut menonton pertandingan ini.
"Lo yakin? Tim lo ada ceweknya" ujar Rey sedikit mengejek.
"Gue gak masalah kalo harus lawan lo sendirian. Kita hanya beda gender, bukan nyali !!" Sahut Andin dengan beraninya.
"Percaya diri lo terlalu tinggi. Turunin dikit, biar kalo jatuh gak terlalu sakit" tim Rey semakin memojokkan Andin.
"Kalo tim kita menang, lo siap lengser jadi kapten tim futsal di sekolah?" bela Danu.
Rey semakin panas mendengar ucapan Danu, "lo gak usah ke-PD-an. Tim lo semuanya cemen."
"Kita buktiin aja!" Bagas menyudahi adu mulut mereka.
Pertandingan pun di mulai, Andin mengikuti intruksi dari Bagas dengan baik. Sedari tadi tim lawan terus mengincar Andin, tapi Bagas dan Danu selalu menghalanginya. Babak pertama dengan skor yang masih sama 0 - 0. Di babak kedua Andin semakin mengerti jalan permainan ini seperti apa, tim lawan di buat kewalahan.
Dengan sengaja Bagas mengoper bola ke arah Andin, dan Andin sigap menerimanya. Langkah nya menggiring bola ke gawang lawan, masih di jaga oleh Bagas dan Danu, membuat lawan tak berkutik sama sekali kepada Andin. Sudah sampai mendekati gawang, Andin menendang bola itu dengan sekuat tenaga yang ia punya. Dan... Golll !!!
Bola itu berhasil melewati kiper dengan mudahnya. Score berubah menjadi 0 - 1. Toni terlalu meremehkan seorang Andin, ia tidak percaya cewek seperti Andin bisa membobol gawangnya. Padahal Toni adalah kiper andalan di tim futsal sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andini
Teen Fiction"Lo boleh pacaran, asal.... Tuh cowok lolos seleksi dari kita berdua." Apa yang kalian pikirkan ketika memiliki sahabat cowok-cowok ganteng di sekolah? Menyenangkan? Mengagumkan? Atau mungkin.... Menyebalkan? Tapi bagi Andin, punya sahabat Most Want...