Chapter 4

213 24 12
                                    

~*selamat membaca*~

Jam pelajaran terakhir sudah selesai. Bel pulang sudah berbunyi. Para siswa/i SMA Satelit berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Ada yang menuju halte depan sekolah untuk menunggu jemputan atau mungkin angkutan umum, ada yang menuju parkiran untuk mengambil kendaraan milik mereka, dan ada juga yang masih duduk-duduk di sekitar koridor.

Bagi Andin, bel pulang sekolah seperti suntikan energi untuknya. Semangat Andin akan tercharger 100% penuh ketika mendengar bel berbunyi, tapi akan lemas seketika saat guru sedang mengajar di kelasnya. Itu membuat Bagas yang duduk bersama Andin terheran.

'Sebenarnya gadis ini sekolah untuk apa? Bukankan tujuan sekolah itu untuk belajar dan mencari ilmu?' batin Bagas.

Andin menoleh ke belakang, melihat kursi dimana tempat Danu duduk. Kalian tau apa yang Andin lihat? Jawabannya adalah, Danu sedang tidur sambil menyembunyikan wajahnya di balik lipatan lengan. Dengan sengaja, Andin menjewer telinga cowok itu, sampai sang empunya mengaduh kesakitan.

"Awss.... Sakit woy!" Omel Danu karena Andin mengganggu mimpi indahnya.

"Lo gak mau pulang?" Tanya Andin sambil meledek.

"Bisa gak sih, lo kalo jadi cewek lembut sedikit!" Kesal Danu.

"Gak bisa" jawab Andin santai.

"Dasar cewek bar-bar!"

Mendengar celetukan Danu, membuat Andin mendelik. Emang dasar teman yang tidak tahu diri, Andin sudah berbaik hati membangunkannya agar Danu tidak kebablasan tidur, tapi Andin malah kena omelan? Fix ini sih Andin ngambek!

"Bilang makasih, kek! Gue dengan sangat baik hati nih, ngebangunin lo. Biar lo gak kebablasan tidur disini sampe besok pagi,"

"Udah ayok, Gas. Biarin aja dia disini, mau nginap kali!" lanjut Andin dengan nada kesal.

Andin dan Bagas memutuskan untuk pergi ke area parkir duluan, meninggalkan Danu yang masih di kelas sendirian, merapihkan alat tulis miliknya. Setelah selesai, Danu langsung mengejar kedua sahabatnya yang sudah sampai di parkiran.

"Tega lo, ninggalin gue" ujar Danu dengan nafas yang masih tersengal-sengal karena habis berlari.

"Salah sendiri, jadi manusia nyebelin banget" jutek Andin.

"Ya, maaf."

"Tidak dimaafkan."

"Dih, bocil. Segala ngambek."

"Bodo ah! Udah yuk, Gas. Pulang" ujar Andin.

Tanpa sepatah kata, Bagas memberikan helm kepada Andin, kemudian Andin memakainya sendiri.

"Lo masih tinggal di rumah Bagas?" Tanya Danu pada Andin.

"Gamau jawab, masih ngambek!" Tegas Andin.

"Lah itu nyautin."

"Tuh kan, lo nyebelin!"

"Oke, maaf. Nanti malam gue ke rumah Bagas deh, ngirimin coklat yang banyak buat lo" Danu sedikit merayu Andin. Emang dasar Andin mudah tergoda, dia pun luluh hanya dengan janji akan di belikan coklat.

"Ayok, nanti keburu bokap nyokap lo pulang" ujar Bagas mengingatkan Andin dengan permintaannya.

"Mau kemana?" Tanya Danu.

"Ke rumah Andin" singkat Bagas.

"Ngapain?" Tanya Danu lagi.

"Ada yang perlu di ambil."

Tadi saat jalan menuju parkiran, Andin meminta Bagas untuk mengantarnya pulang ke rumah terlebih dahulu. Karena Andin harus membawa beberapa baju ganti untuknya, dan beberapa barang penting yang harus dia bawa, seperti charger dan dompet. Dan Bagas pun meng-iya-kan.

AndiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang