*~selamat membaca*~
Motor Danu berhenti di depan rumah berlantai empat, bergaya klasik dengan warna dinding yang begitu senada. Rumah tempat dimana ibunya tinggal bersama Papa dan Kakak tirinya. Awalnya Danu di tawarkan untuk tinggal bersama di rumah ini, tapi Danu menolaknya secara halus dan memilih untuk tinggal di apartemen pemberian Irfan.
Sebelum ibunya menikah lagi, Danu tinggal di komplek yang sama dengan Bagas dan Andin. Di rumah peninggalan almarhum Ayahnya, meskipun sederhana, Danu tetap suka tinggal di rumah itu. Namun, setelah ibunya menikah lagi, rumah yang penuh dengan kenangan itu di jual. Dengan berat hati, Danu meninggalkan rumah serta kenangan bersama Ayahnya. Ibunya benar, memulai semuanya dari awal dengan lembaran yang baru, tidak harus menghilangkan lembaran yang lama. Ayahnya punya tempat tersendiri di hati ibunya dan juga dirinya.
Pemandangan yang Danu lihat ketika kakinya menginjakkan rumah mewah itu, ibunya sedang menyirami tanaman. Dengan senyum yang mengembang Danu menghampiri Ibunya. Dan pelukan erat dari belakang membuat ibunya tersentak.
"Ibu jangan capek-capek"
Mendengar suara yang di kenalinya membuat Amara tersenyum senang.
"Nunu, kapan sampai?"
"Baru aja, Bu. Ibu sehat kan?"
Amara mengangguk seraya tersenyum menatap wajah putranya yang semakin dewasa makin.... Tampan. Mirip sekali dengan almarhum suaminya.
"Kamu nginap disini 'kan?"
"Iya Ibuku, sayang."
"Kalo gitu, yuk, masuk. Ibu antar ke kamar kamu."
Danu mengikuti langkah ibunya yang masuk ke dalam rumah mewah ini. Walaupun Danu tidak tinggal di rumah ini, ibunya tetap membuatkan kamar untuk Danu. Dengan alasan jika suatu saat Danu ingin tinggal bersamanya, sudah ada kamar untuk Danu. Dan Danu bersyukur, Papa tirinya memperlakukan ibunya dengan baik.
Sampai di depan pintu bercat putih, Ibunya mempersilahkan Danu untuk masuk. Kamar dengan dominan warna putih tanpa ada hiasan di dinding, hanya ada dua bingkai foto mungil di nakas samping tempat tidur, foto bersama Amara, dan foto bersama kedua sahabatnya.
"Ibu buatin susu coklat, ya?"
"Makasih Ibu, Nunu sayang Ibu."
"Ibu juga sayang, Nunu."
Setelahnya tubuh Amara menghilang bersamaan dengan pintu yang perlahan tertutup. Danu ingin menikmati waktu berleha-leha nya dulu, sebentar saja.
**********
Andin sudah mulai bosan berdiam diri di kamar. Sejak kepulangannya kembali ke rumah ini, Andin terus mengurung dirinya di kamar, yang Andin lakukan hanya membuka sosial medianya dan menonton tv. Padahal Lisa berkali-kali mengetuk pintu kamarnya dan mengajak Andin untuk makan malam bersama. Tapi Andin masih belum bisa berbicara dengan Mama nya. Entahlah, Andin tidak mengerti sebenarnya apa yang ia permasalahkan. Jika orang tuanya ingin bercerai pun Andin tidak bisa melakukan apa-apa.
Andin memutuskan untuk membuka room chat grup yang ia buat bersama Bagas dan Danu. Mereka menamakan grup nya 'BAD LIAR', BAD diambil dari nama mereka bertiga, Bagas Andini Danu, dan LIAR hanya sebagai pelengkap, seperti judul lagu Imagine Dragons.
BAD LIAR
Andini : :(
Nunu : kenapa lo? Galau tadi siang di tinggal sama Abang Nunu.
Andini : geli
Bagas : you okay?
Andini : not
KAMU SEDANG MEMBACA
Andini
Teen Fiction"Lo boleh pacaran, asal.... Tuh cowok lolos seleksi dari kita berdua." Apa yang kalian pikirkan ketika memiliki sahabat cowok-cowok ganteng di sekolah? Menyenangkan? Mengagumkan? Atau mungkin.... Menyebalkan? Tapi bagi Andin, punya sahabat Most Want...