Chapter 5

177 23 27
                                    

~*selamat membaca*~

Suara dentingan sendok dan garpu, menyambut kedatangan Andin yang baru saja menuruni anak tangga. Andin terlihat cantik dengan seragam yang dikenakan nya, apalagi rambutnya yang sengaja dicepol, itu sungguh menambah kesan manis untuk Andin.

Di meja makan sudah terlihat ramai, ada Bagas, Tante Fifi, dan Om Tio--Papa nya Bagas--. Ini adalah hari kedua Andin bisa merasakan sarapan bersama, ya, walaupun bukan dengan keluarganya. Itu saja sudah membuat Andin senang.

"Andin, ditambah lagi nasinya. Habiskan, ya, Nak" ujar Om Tio.

Andin tersenyum sopan "Makasih, Om. Ini juga udah cukup, kok."

"Tante buatin bekal buat Andin, roti bakar dengan selai kacang. Nanti di makan, ya, ajak Danu juga" Fifi memberikan kotak bekal warna pink kepada Andin.

"Bagas enggak, Tante?"

"Bagas gak mau kalo tante buatin bekal, katanya ribet. Padahal kotak bekalnya tinggal masukin ke dalam tas. Simple kan?"

Bagas menautkan alisnya, dia tau kalau Mama nya sedang menyindir dirinya. Tatapannya mengarah ke Andin yang juga sedang menatapnya, mencari pembenaran.

"Ya... gimana Bagas mau bawa. Mama buatin bekal pake kotak bekal warna pink. Emang Bagas cowok apaan!" bela Bagas yang sudah merasa terpojokkan.

Seisi meja makan tertawa mendengar pembelaan dari Bagas. Jadi itu alasan sebenarnya, kenapa bagas tidak pernah mau di buatin bekal oleh Fifi. Oh ya, Andin baru ingat, dulu sekali Bagas pernah membawa kotak bekal warna pink. Bagas bilang, Mama nya memaksa Bagas untuk membawa bekal yang sudah dibuatkan. Tapi Bagas malah kena ejekan dari Danu, karena membawa kotak bekal yang sangat cute. Akhirnya Bagas memutuskan untuk memberi bekal itu ke Andin. Andin baru paham sekarang.

"Anak Mama sudah besar sekarang" Fifi berancang-ancang ingin memeluk Bagas, tapi Bagas lebih dulu menghindar.

"Kok, Mama gak boleh peluk?"

"Malu itu dia, Ma. Ada Andin" goda Om Tio.

"Udah selesai kan, lo?," Tanya Bagas, dan Andin mengangguk, "ayok berangkat, gue tunggu di depan!"

Bagas mencium punggung tangan Mama, dan Papanya, diikuti oleh Andin di belakangnya. Setelah itu mereka berdua menghilang di balik pintu.

Padahal itu hanya trik Bagas agar terbebas dari godaan kedua orang tuanya.

*******

Pagi ini, Andin dan Bagas mendapat kejutan di sekolah, yaitu Danu datang ke sekolah lebih awal. Luar biasa bukan? Si raja telat dan bolos, mendadak menjadi anak rajin.

"Ada angin apa lo, dateng sepagi ini?" Tanya Andin ketika motor Bagas sudah mendekat ke arah Danu. Matanya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, baru pukul tujuh kurang lima belas menit.

Danu mengulurkan coklat yang panjangnya sekitar satu lengan itu, Andin mengerutkan keningnya bingung.

"Dalam rangka apa?" Tanya Andin.

"Sorry, semalem gue gak jadi dateng ke rumah Bagas. Keluarga gue tiba-tiba ngajak makan malem di luar" jelas Danu.

Penjelasan Danu membuat Andin bingung, "Lah semalem?"

"Semalem apa?" Danu pun ikutan bingung.

"Lo udah ngerjain tugasnya Bu Novi, belum?" Bagas menyela percakapan Andin dan Danu.

Andin menepuk jidatnya, "Oh iya, mati gue! Jam pertama pelajaran Bu Novi."   

"Gue nyalin tugas lo, ya?" Ujar Andin memberikan jurus puppy eyes nya kepada Bagas. Dan Bagas pun setuju, langsung mengajak Andin ke kelas. Meninggalkan Danu dengan segala kebingungan nya.

"Terus, ini coklat gimana?" Tanya Danu pada dirinya sendiri.

"Yaudah lah, buat baperin cewek-cewek pake coklat. Lumayan."

********

"Siang-siang gini olahraga, bukannya sehat ini mah. Gersang iya!" Oceh Andin yang baru saja datang dari toilet, habis berganti pakaian olahraga.

Siang ini, adalah jadwal pelajaran olahraga untuk anak kelas XI IPS 2. Pak Tono, selaku guru olahraga, meminta murid XI IPS 2 berganti pakaian olahraga. Biasanya pelajaran olahraga adalah pelajaran kesukaan Andin, tapi kali ini, karena panas yang begitu terik, membuat Andin malas mengikutin jam pelajaran Pak Tono.

Danu yang sedang menikmati bekal yang dibuatkan Tante Fifi, tidak menghiraukan ocehan Andin.

"Enak lho, Gas, roti buatan nyokap lo. Besok kalo mau bawa lagi gue siap menampung."

"Nunu, kok, lo makan semuanya sih!" Teriak Andin melihat kotak bekal dari Tante Fifi sudah kosong.

"Laper, Din. Engga sarapan tadi" ujar Danu sambil mengisap jari-jarinya yang mungkin masih menempel sari dari rotinya.

"Kan, Tante Fifi buatinnya untuk gue."

"Lo bilang berdua."

"Tapi lo ngabisin sendiri!"

"Gue kira lo gak mau."

"Awssss sakit, Din!"

Andin menjambak rambut badai milik Danu, tidak perduli Danu yang sudah memelas minta di ampuni.

"Mampus lo! Biarin rontok dah ini sampe ke kulit kepala lo!" Kesal Andin sudah sampai ke ubun-ubun sepertinya.

Perdebatan mereka tidak akan ada habisnya jika Bagas tidak menengahi. Nasib Bagas memang, punya dua sahabat yang hobinya adu bacot. Mau tidak mau, Bagas harus menjadi tameng diantara keduanya.

"Udah, Din. Anak-anak udah pada ke lapangan, sisa kita bertiga aja yang masih ada di sini."

Ucapan Bagas membuat Andin melepaskan rambut Danu dari cengkramannya. Baru lah Danu bisa bernafas lega, karena rambutnya tidak beneran rontok. Danu langsung berkaca di kamera ponsel miliknya, melihat tatanan rambutnya yang menjadi kacau. Kemudian merapihkan rambutnya, dengan cara disisir menggunakan jarinya.

"Selamat lo kali ini!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Andin lebih dulu ke lapangan, dan disusul dengan Bagas.

"Untung sahabat gue, Lo!"

****
Hallo ketemu lagi sama Andini ♥️♥️♥️

Coba Comment bagian mana yang paling kalian suka di part ini?

Mana nih shippers nya

AndinBagas

AndinDanu

See youuu gaisssss♥️

Salam sayang dari Andini untuk kalian semua.

Terimakasih sudah membaca cerita Andini.

Jangan lupa,
Vote
Comment
Dan Share.

Ketemen-temen kalian, biar mereka bisa ikutan berpetualang di dunia Andini.

Love you,

Dev.


AndiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang