Selamat membaca
Acara makan malam berjalan dengan lancar, namun canggung bagi Andin. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Arzan akan mengatakan itu di hadapan kedua sahabatnya. Selama ini Andin selalu menyembunyikan kedekatannya dengan Arzan kepada Danu dan Bagas. Bahkan sampai hampir berjalan dua bulan, kedua sahabatnya belum mengetahui kedekatan mereka. Sampai akhirnya Arzan sendiri yang mengungkap semuanya.
Setelah selesai acara makan malam, Andin mengajak Bagas pulang dengan alibi tidak enak badan. Sedikit tidak sopan memang, untungnya Amara mengerti dan meminta Bagas untuk mengantar Andin pulang. Danu tau Andin berbohong, dia pun turut serta ikut mengantar Andin pulang. Karena ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan kepada sahabatnya itu.
"Sejak kapan lo kenal abang gue?" Tanya Danu setelah mobil Bagas melaju membelah kota Jakarta.
"Nu, please, gue gak mau bahas sekarang" jawab Andin dengan nada rendah.
"Gue penasaran, Din, bisa-bisanya lo nyembunyiin ini dari kita berdua."
"Gue gak nyembunyiin ini, tapi kalian yang gak nanya" bela Andin.
"Lo salah, Din, kita tadi siang sempet nanya ke elo. Dan lo gak jujur, beralibi pergi ke toko buku."
Ucapan Bagas sangat benar, membuat Andin terdiam, tak ada lagi pembelaan dari Andin. Memang benar, tadi ketika di sekolah Bagas sudah menanyakan hal itu. Namun Andin memilih untuk berbohong. Sudah sangat jelas, ini salahnya.
"Din, jujur, gue gak pernah ngelarang lo buat deket sama siapapun. Kita over sama lo, karena lo sabahat kita yang harus kita jaga, Din. Emang pernah gue atau Bagas marah sama lo, gara-gara lo ngobrol sama Rey? Enggak kan,"
"Yang lo harus tau, enggak semua laki-laki itu sama dengan kita. Gue sama Bagas memang sejak kecil udah janji mau ngejagain lo, enggak mungkin kita merusak apa yang sudah kita jaga." Lanjut Danu.
"Dia Abang lo, kan, Nu?" Tanya Andin dengan mata berkaca-kaca.
"Iya, gue tau. Biarpun dia abang gue, tetep aja lo harus cerita sama kita Din, setidaknya kita bisa berjaga-jaga jika sewaktu-waktu dia nyakitin lo. Gue sih yakin, sekarang lo lagi kecewa banget kan?" Ucap Danu.
Air mata yang sejak tadi Andin tahan, akhirnya jatuh juga. Andin menangis, membuat Danu dan Bagas merasa bersalah karena sudah mendesaknya. Andin memang salah, tapi tidak sepatutnya untuk disalahkan. Karena semua ini terjadi bukan keinginan Andin sepenuhnya.
"Maaf kalo kesannya kita mendesak lo, gue cuma takut lo kecewa. Kita berdua sayang, lo, Din. Lo harus tau itu. Gak semua cowok bisa kaya kita, mungkin lo aman kalo sama kita, tapi sama mereka yang di luar sana kita gak tau. Bisa aja mereka yang berucap mau ngejaga lo, malah dia sendiri yang berniat buat nyakitin lo" jelas Bagas
Tangis Andin pecah, ternyata ada dua laki-laki yang ingin terus menjaganya tanpa timbal balik apapun darinya.
Danu yang duduk di kursi belakang, langsung merangkul Andin dan juga Bagas, mereka layaknya Teletubbies yang sedang berpelukan. Tidak ada hal yang membahagiakan selain ketulusan dari orang-orang yang menyayangi kita.
********
"Lo kenapa sih, ngebet banget mau temenan sama mereka?"
Andin yang baru saja ingin masuk kedalam toilet pun mengurungkan niatnya, dan lebih memilih untuk bersembunyi di balik tembok. Di dalam toilet ada Calla, Indri, dan Dara sedang membicarakan sesuatu yang membuat Andin sangat penasaran, siapa sebenarnya yang sesang mereka bicarakan.
"Ya, enggak lah, Dri, mana mau si Dara temenan sama Andin yang monoton kaya gitu, ya, kan, Dar?" Itu suara Calla yang bertanya kepada Dara.
Dara tersenyum memandang dirinya di cermin, "iyalah, gue cuma manfaatin dia buat deket sama Bagas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Andini
Teen Fiction"Lo boleh pacaran, asal.... Tuh cowok lolos seleksi dari kita berdua." Apa yang kalian pikirkan ketika memiliki sahabat cowok-cowok ganteng di sekolah? Menyenangkan? Mengagumkan? Atau mungkin.... Menyebalkan? Tapi bagi Andin, punya sahabat Most Want...