~*selamat membaca*~
Andin mengambil beberapa varian coklat dan eskrim. Karena lupa membawa keranjang, Andin sedikit kesulitan membawanya. Tak sengaja tubuh nya menabrak bahu kekar milik laki-laki berkemeja biru dongker, membuat semua barang yang Andin bawa berserakan.
"Maaf," ujar Andin yang sudah jongkok merapihkan eskrim dan coklat miliknya.
"Biar saya bantu" cowok itu mengulurkan tangan untuk membantu Andin merapihkan coklat yang terpental jauh.
"Terimakasih."
Baru saja Andin ingin berdiri, dan menyusul sang Mama ke kasir. Ucapan laki-laki itu membuat Andin menghentikan langkahnya.
"Kamu yang kemarin di bus itu, kan?" Tanya laki-laki itu.
"Maaf, mungkin salah orang" cepat-cepat Andin bergegas pergi, namun laki-laki itu lebih dulu menahan lengannya. Reflek Andin menepisnya.
Andin benci orang asing, dan tidak mengenal orang ini, tapi kenapa orang ini memaksa dan selalu menegaskan bahwa dia mengenal Andin.
"Benar, kamu pemilik earphone itu!" ujar laki-laki itu terus meyakinkan Andin.
Mendengar kata earphone, Andin jadi teringat dengan earphone pemberian Papa nya yang hilang.
"Maaf, jika saya mengganggu kenyamanan kamu, tapi earphone kamu ada di saya."
"Kamu bisa kembalikan ke saya sekarang?"
"Earphone kamu ada di rumah saya, gini aja saya minta nomor telepon kamu. Biar nanti kita janjian buat kembaliin earphone kamu."
"Maaf saya bukan orang sembarang yang dengan mudah percayakan nomor ponsel saya sama kamu."
Laki-laki itu mengulurkan kartu nama, "ini kartu nama saya. Kamu bisa menghubungi saya kalau ingin mengambil earphone nya."
Andin mengambil kartu nama itu ragu, setelahnya laki-laki itu pergi meninggalkan Andin yang masih menatap kartu nama itu.
Arzan Ravindra Malik
Andin harus memikirkannya matang-matang. Membiarkan orang baru itu mengetahui nomor ponselnya dan earphone nya akan kembali, atau membiarkan earphone kesayangannya di laki-laki itu dan nomor ponselnya aman dari orang asing. Ah sepertinya Andin harus minta bantuan sang Mama.
*******
Sampai di rumah Andin langsung membawa beberapa kantung belanjaan kedalam dan membawanya ke dapur. Kemudian mencari keberadaan Bi Yani agar bisa membantunya.
"Sayang biar nanti Bi Yani aja yang beresin. Kamu bersih-bersih sana, abis itu kita buat kue untuk tante Fifi" ujar Lisa yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Bentar, Ma, Andin harus ngasih tau Bi Yani, yang punya Andin di taro dimana."
Lisa tersenyum sambil menggeleng, "yaudah Mama duluan ke kamar ya, Andin nanti langsung bersih-bersih."
"Siap, Ma."
Bi Yani datang menenteng kantung belanjaan yang berlogo sama dengan kantung plastik yang Andin bawa tadi.
"Biar bibi aja, Non" ujar Bi Yani yang mulai merapihkan satu persatu belanjaan.
"Iya Bi, Andin cuma mau ngasih tau kalo eskrim sama coklat Andin, tolong di masukin ke freezer ya, Bi. Terus Snack punya Andin tolong dipisahin juga, di taro laci aja Bi. Andin mau mandi dulu, tolong rapihin ya, Bi, terimakasih banyak" jelas Andin panjang lebar.
"Baik, Non."
Andin meninggalkan Bi Yani yang sudah mulai merapihkan belanjaannya, dan pergi menuju kamar Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andini
Teen Fiction"Lo boleh pacaran, asal.... Tuh cowok lolos seleksi dari kita berdua." Apa yang kalian pikirkan ketika memiliki sahabat cowok-cowok ganteng di sekolah? Menyenangkan? Mengagumkan? Atau mungkin.... Menyebalkan? Tapi bagi Andin, punya sahabat Most Want...