~*selamat membaca*~
"Menantu idaman Tante itu, yang biasa aja kaya Bagas, atau yang ganteng kaya Danu?"
Pukulan dari Andin mendarat mulus di kepala Danu, "siapa juga yang mau sama lo?!" Tanya Andin dengan kesal.
"Gue cuma nanya."
"Pertanyaan lo gak guna!"
"Berguna banget ini. Untuk memotivasi Tante Lisa cara mencari menantu idaman."
"Emang contoh menantu idaman yang cocok untuk Tante itu, seperti apa?" Tanya Lisa penasaran
"Kayak Danu gini," Danu menepuk dadanya dengan bangga, "yang ganteng, baik, perhatian dan paling penting humoris."
Lisa hanya menggeleng kepala mendengar jawaban dari Danu.
"Kalo Bagas gak cocok berarti menjadi menantu idaman?" Tanya Lisa.
"Emang Tante mau, punya menantu yang kaku kaya mentahan krupuk?" Tanya Danu balik.
Bagas menatap Danu dengan sinis, tapi yang di tatap hanya nyengir kuda.
"Tapi menurut Tante, Bagas cocok kok jadi menantu idaman. Ganteng, baik, sopan, yang paling penting sih kalem."
"Tante sukanya yang kalem gitu? Tapi Danu juga bisa diem kok, Tante, Danu mendadak kalem kalo lagi nahan pup" ujar Danu dengan polosnya.
"Ngarang aja lo! Pulang yuk, udah malem, kayaknya lo lupa minum obat sebelum kesini."
Andin langsung menarik kerah baju Danu agar mengikutinya, tapi Danu memberontak minta di lepaskan. Ketika sudah terlepas, Danu membopong Andin di punggungnya sampai parkiran, membuat Andin bergerak risih karena banyak pasang mata yang melihatnya.
Bagas yang sudah sering melihat itu hanya menggelengkan kepala, sedangkan Lisa yang baru pertama kali, hanya menatap takjub kedua anak itu. Memang ada baiknya jika Andin dan Danu tidak disatukan.
********
Andin merasa sangat bahagia karena Mama nya akhirnya bisa tersenyum bahagia. Meskipun Andin juga harus menutupi kesedihan serta kekecewaan karena orang tuanya akan berpisah, tapi Andin harus terlihat lebih kuat didepan Mama nya, agar kesedihan Mama nya tak bertambah.
Waktu terus berjalan, tak terasa sudah pukul 01.00, namun Andin masih belum bisa tidur sama sekali. Entahlah, saat ini banyak yang harus ia pikirkan. Akhirnya Andin bangun dan berjalan menuju kamar Mama nya.
'Ceklek'
Andin membuka pelan pintu kamar Mama nya, takut jika suara yang ditimbulkan akan mengganggu waktu tidur sang Mama. Andin mengintip ke dalam kamar dan melihat Mama nya masih duduk dikasur. Entah apa yang Mama nya lakukan. Andin pun segera masuk dan menghampiri Mama nya.
"Mah" panggil Andin pelan.
"Mama kenapa belum tidur ? Mama gak kenapa-kenapa kan ? Mama sakit ?" Andin begitu banyak mengajukan pertanyaan, namun Mama nya hanya menggeleng.
"Kamu kenapa belum tidur ?"
Andin diam tak menjawab, ia menundukkan kepalanya.
"Kenapa, sayang?" Tanya Lisa lagi.
Andin menggeleng.
"Yaudah sini tidur sama Mama" Lisa menepuk kasur di sampingnya yang kosong, Andin mengiyakan ucapan Mama nya dan segera tidur disamping Mamanya.
"Setelah ini, Mama akan resign dari kantor."
Ucapan Lisa membuat Andin reflek menoleh, "kenapa, Ma?"
"Kita harus mulai semuanya lagi dari awal sayang. Mama hanya ingin, supaya waktu Mama bersama kamu lebih banyak, dan menebus semua kesalahan Mama yang lalu."
"Tapi Ma, apa kita akan terus tinggal disini, dirumah Papa?"
Mata Andin menerawang sekeliling kamar Mama nya, di kamar ini masih terdapat beberapa foto pernikahan Papa dan Mama nya yang terpajang di dinding. Rasanya Andin jadi mengingat kembali memorinya bersama Andrian sewaktu kecil. Bagaimana sosok Andin kecil yang senang sekali menyambut ketika Papanya pulang.
"Rumah ini sudah Papa wariskan kepada kamu. Papa menyetujui perceraian ini dengan syarat kita harus tetap tinggal di rumah ini. Dan Mama tidak melarang untuk Papa ketemu sama kamu" jelas Lisa.
"Andin belum siap untuk ketemu Papa, Ma."
"Papa pasti mengerti, dan Andin pun harus mengerti Papa juga, biar bagaimanapun Papa Andrian adalah Papa kandung Andin."
Andin mengangguk menyetujui ucapan Mama nya, kemudian Andin langsung memeluk erat pinggang sang Mama. "Andin sayang Mama, Mama jangan sedih lagi ya, maafin Andin yang selalu bikin Mama sedih. Andin yakin kita berdua bisa hidup bahagia setelah ini."
Lisa membalas pelukan Andin. Mereka saling memberi kekuatan karena besok adalah hari yang berat untuk mereka berdua.
*****
Suara ketukan palu itu terdengar sebanyak tiga kali. Lalu setelahnya keheningan yang Andin dengar. Tidak ada yang bersuara sebelum hakim sidang itu berdiri dan menyatakan bahwa sidang hari ini telah selesai. Riuh kemudian, semua orang membubarkan diri, dan Andin masih membeku di tempat.
Kedua orang tuanya resmi bercerai. Mengingat kalimat itu lagi, membuat telinga Andin berdengung dan tubuhnya semakin kaku. Orang-orang yang melewatinya, menatap Andin dengan perasaan iba, tapi tante Fifi selalu di sampingnnya untuk menguatkan Andin.
Andin bangun dari duduknya, mengajak tante Fifi untuk keluar dari ruangan yang terasa pengap ini. Kakinya sangat lemas, Andin meyakinkan dirinya bahwa ia kuat dan ia pasti bisa bahagia bersama sang Mama.
"Andin" sapaan itu membuat Andin mengangkat wajah dah mendapatkan Andrian sudah berdiri dihadapannya, yang membuat Andin mundur satu langkah dari posisi semula.
"Andin takut sama Papa? Papa gak boleh ketemu Andin lagi?"
Melihat putrinya menghindar darinya membuat Andrian mengacak-acak rambutnya frustasi. Bukan ini yang ia mau, karena sejak awal jalan ini lah yang mantan istrinya pilih. Meskipun Andrian tidak mencintai Lisa, tapi tetap saja sebagai orang tua, Andrian sangat menyayangi Anaknya.
"Untuk sekarang Papa jangan temui Andin dulu, ya, biarin Andin terbiasa dulu tanpa Papa. Setelah itu Papa boleh temui Andin lagi. Semoga Papa bahagia."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Andin pergi bersama Fifi yang selalu di sampingnya, melewati Andrian yang menatapnya dengan raut penyesalan. Untuk saat ini, tidak ada lagi yang perlu disesali, semua sudah berjalan sesuai dengan apa yang semesta kehendaki. Dan kita sebagai manusia hanya bisa menerima dan menjalankan apa yang sudah di tentukan.
*******
Terimakasih sudah membaca cerita Andini.Kasih pelukan hangat untuk Andin 🤗
Adakah yang ingin menghujat Danu? Aku siapin lapak nya nih🤭
Kita doain semoga Andin dan Mama Lisa bahagia selalu.
Jangan lupa,
Vote,
Comment,
Dan Share.Ketemen-temen kalian supaya mereka merasakan dunia Andin yang semakin memanas ini.
Thanks,
Love,Dev.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andini
Teen Fiction"Lo boleh pacaran, asal.... Tuh cowok lolos seleksi dari kita berdua." Apa yang kalian pikirkan ketika memiliki sahabat cowok-cowok ganteng di sekolah? Menyenangkan? Mengagumkan? Atau mungkin.... Menyebalkan? Tapi bagi Andin, punya sahabat Most Want...