~*selamat membaca*~
"Mih, maafin Lisa yang gak bisa mempertahankan pernikahan ini" ujar Lisa kepada seseorang yang ia telfon di seberang sana.
"Harusnya Mamih yang minta maaf, anak Mamih gak bisa menjaga kamu dan Andin dengan baik."
Lisa menangis, mendengar ucapan ibu mertuanya. Bagaimana bisa ibunya meminta maaf atas kesalahan yang anaknya perbuat. Ya, Lisa memutuskan untuk memberitahu orang tua Andrian tentang kondisi pernikahannya dengan putranya itu. Biar bagaimanapun Lisa sudah menganggap ibu mertuanya seperti ibunya sendiri.
"Jaga Andin baik-baik ya, Nak. Nanti Mamih main ke Jakarta."
"Pasti, Mih. Makasih banyak Mih, udah mau mengerti posisi Lisa."
"Iya, Nak. Semoga ini keputusan yang terbaik untuk kebahagiaan kamu dan juga Andin."
"Lisa juga berharap seperti itu."
Setelah itu panggilan terputus. Tangis Lisa pecah, namun perasaannya jauh lebih lega setelah menceritakan semuanya kepada ibu mertuanya. Semoga saja keputusannya tidak salah. Selagi masih banyak orang di sekitarnya yang mendukung.
Sejak awal menikah dengan Andrian, hubungan keduanya memang sudah tidak sehat. Apalagi pernikahan mereka bukan didasari oleh cinta. Dan yang menjadi korbannya adalah Andin, gadis itu menjadi kurang perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Sekarang kalau sudah begini mau bagaimana lagi? Jalan satu-satunya adalah berpisah. Apalagi Andrian pasti akan memilih wanita itu dibandingkan Lisa. Lebih baik Lisa mundur lebih dulu dari pada nanti dihempaskan begitu saja. Rasanya itu akan lebih menyakitkan.
******
Bagas baru saja memberhentikan motornya di depan rumah Andin. Tanpa aba-aba, Andin turun kemudian melepas helm dan memberikannya kepada Bagas.
"Makasih, Bagas."
"Eh,"
Setelah mengucapkan terimakasih, Andin bergegas pergi meninggalkan Bagas. Dan Bagas yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Kelakuan sahabatnya itu memang selalu seperti anak kecil.
"Mama, Andin pulang!"
Sampai di dalam rumah, Andin langsung mencari keberadaan Mama nya. Setelah memutari sekeliling rumah itu, akhirnya Andin menemukan Lisa di teras belakang rumah. Sepertinya sang Mama sedang berbicara lewat telfon, tapi dengan siapa? Andin dengan rasa penasarannya itu pun mendekat.
"Lisa juga berharap seperti itu," Suara Lisa terdengar bergetar.
Tak lama, suara tangisan Mama nya pun terdengar. Andin melihat Mama nya memukul berulang-ulang dadanya yang mungkin terasa sesak. Andin yang melihat itu sangat memilukan. Apakah sesakit itu berada di posisi sang Mama.
"Ma,"
Andin memutuskan untuk mendekat. Lisa tidak bisa mengelak, meskipun air matanya sudah di hapusnya dengan cepat, tapi Andin sudah lebih dulu melihatnya menangis.
"Mama kenapa nangis?" Tanya Andin dengan nada sedih.
Lisa menggeleng dan menetralkan suaranya, "Mama gak kenapa-napa kok" suaranya masih terdengar parau.
Andin menggenggam kedua tangan Lisa, "Mama jangan bohong! Andin bukan anak kecil lagi."
Lisa terdiam. Dia sadar anak gadisnya sudah beranjak dewasa. Andin pasti mengerti mana yang jujur dan mana yang bohong.
"Ma," panggil Andin sekali lagi.
Lisa memegang kedua bahu Andin. "Andin harus siap ya, sayang. Besok sidang keputusan perceraian Mama dan Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Andini
Teen Fiction"Lo boleh pacaran, asal.... Tuh cowok lolos seleksi dari kita berdua." Apa yang kalian pikirkan ketika memiliki sahabat cowok-cowok ganteng di sekolah? Menyenangkan? Mengagumkan? Atau mungkin.... Menyebalkan? Tapi bagi Andin, punya sahabat Most Want...