Chapter 6

160 24 20
                                    

~*selamat membaca*~

Lisa, mama nya Andin datang menjemput Andin ke rumah Fifi. Sebenarnya Fifi yang memberitahukan keberadaan Andin, bukan karna tidak rela Andin tinggal di rumahnya. Hanya saja, orang tua Andin pun harus tau, selama 3 hari ini Andin tinggal bersamanya. Fifi tidak ingin sahabatnya mengkhawatirkan putri semata wayangnya itu.

"Kamu pasti ngerti perasaan aku kan, Fi?" Lisa meminta pengertian dari sahabatnya, mungkin saat ini hanya Fifi yang mengerti bagaimana posisinya.

"Iyah, aku ngerti. Aku yakin andin pun akan mengerti posisi kamu."

Lisa menceritakan bagaimana rumah tangganya. Menurut Lisa pernikahannya sudah tidak bisa lagi di pertahankan. Tapi yang Lisa mau, hak asuh Andin jatuh ke tangannya.

"Terimakasih, Fi, sudah menjaga Andin dengan baik. Maaf kalau Andin merepotkanmu."

"Gak masalah. Andin sudah aku anggap seperti anakku sendiri."

**********

Saat ini Andin benar-benar jengkel dengan kedua sahabatnya. Bagaimana tidak? Ketika bel pulang sekolah berbunyi, keduanya langsung hilang bak ditelan bumi. Dengan terpaksa Andin pulang sendirian. Bagas tidak bisa mengantarnya pulang karena ada rapat OSIS dadakan, sebagai anggota osis Bagas harus mengikuti rapat itu. Sedangkan Danu, dia entah kemana, Andin tidak tahu pasti apa alasannya yang jelas, karena Danu hanya pamit ada urusan penting.

Dan sekarang, Andin ada disini, di halte depan sekolah menunggu bus datang. Untungnya Andin tidak sendirian, masih ada beberapa siswa/i SMA Satelit yang masih menunggu jemputan.

Dalam hati, Andin menyumpah serapahi kedua sahabatnya itu. Andin tidak akan memaafkannya kali ini. Lihat saja, kalau nanti Bagas dan Danu meminta maaf padanya dan membujuknya dengan sogokan, Andin tidak akan tergiur. Andin janji !

Bus pun datang, Andin masuk bersamaan dengan temannya yang lain. Kemudian Andin memilih duduk di pojok paling belakang, dengan kedua telinga yang di sumpal dengan earphone kesayangannya. Tidak sampai tiga puluh menit, Andin sudah sampai di depan komplek perumahannya. Untuk sampai ke rumah Bagas, Andin harus berjalan kaki sekitar satu meter.

Sambil menikmati aktivitas berjalan kakinya, Andin bersenandung ringan dengan earphone yang memutar lagu Lany.

Sampai di depan rumah Bagas, Andin dikejutkan dengan pemandangan mobil milik Mama nya yang terparkir rapih di perkarangan rumah Bagas. Segera Andin masuk ke dalam rumah Bagas tanpa permisi.

"Terimakasih, Fi, sudah menjaga Andin dengan baik. Maaf kalau Andin merepotkanmu" ujar Mama nya

"Gak masalah. Andin sudah aku anggap seperti anakku sendiri" sahut Tante Fifi.

"Mama" panggil Andin dengan pelan. Namun suara Andin mampu membuat kedua wanita paruh baya itu menoleh kompak.

"Sayang," Lisa berjalan mendekat kearah Andin, ketika Lisa ingin memeluknya, Andin menjauhkan tubuhnya.

"Maafin Mama, Andin" ujar Lisa putus asa.

Andin menggeleng tegas, "Mama ngapain disini?" Tanya Andin.

"Mama mau jemput kamu, sayang."

"Andin gak mau ikut Mama! Andin mau disini aja, sama tante Fifi."

"Sayang, Mama mohon" Lisa memohon dengan mata yang berkaca-kaca. Tapi Andin tetap menolaknya dengan tegas.

"Mama sayang kamu, Nak" Lisa memelas.

"Enggak! Mama gak sayang Andin!" Tangis Andin pecah.

"Mama sayang Andin, kasih Mama kesempatan."

"Andin cuma mau seperti teman-teman Andin yang lain, Ma. Andin mau seperti Bagas yang keluarganya utuh, Andin mau seperti Danu meskipun punya Papa tiri tapi tetap di sayang. Sedangkan aku, Apa yang aku punya? Harta Mama dan Papa? Itupun tidak pernah menjamin kebahagiaan aku, Ma."

"Maaf, Nak, Maafin Mama"

Lisa mengucapkan kalimat itu dengan nada penuh penyesalan. Air matanya terus berderai. Mungkin ini balasan dari tuhan, atas apa yang ia lakukan kepada Andin. Tidak heran jika Andin marah padanya.

Fifi yang merasa iba melihat sahabatnya menangis, akhirnya ia pun ikut turun tangan membujuk Andin. Fifi memeluk Andin, kemudian dibalas pelukan juga oleh Andin. Nyaman, itulah yang Andin rasakan. Lisa hanya menatap mereka dengan tatapan menyesal karena selama ini dia sebagai orang tua, tidak pernah ada untuk Andin.

"Tante, Andin tinggal sama tante Fifi, ya?"

Fifi tersenyum, mengelus rambut Andin dengan sayang, "Tante seneng, kok, Andin tinggal disini. Tante kan pernah bilang, kalo Andin ada di rumah ini, tante seneng banget. Andin udah tante anggap sama seperti Bagas, Anak tante. Tapi sayang, Andin harus tau, Mama datang kesini karena tante Fifi yang minta,"

"Bukan karena tante gak suka Andin tinggal disini.  Ada hal yang Andin harus dengar penjelasan dari Mama. Andin boleh kapan pun, datang ke rumah ini. Tapi, sekarang Mama butuh Andin, dan Andin harus mengerti ya, Sayang" jelas Fifi dengan lembut.

"Mama gak pernah ngerti perasaan aku, Tante."

"Andin dengerin penjelasan Mama dulu, ya, Sayang?"

Setelah dengan susah payah Fifi membujuk Andin, dan mematahkan segala ego yang ada di diri Andin. Akhirnya Andin menyerah, dia pun mau ikut pulang bersama Mama nya. Disinilah dia sekarang, di rumah mewah tempat dimana Andin tinggal selama enam belas tahun ini.

Andin masuk ke dalam lebih dulu, baru kemudian di susul oleh Lisa yang baru saja memarkirkan mobilnya.

"Andin!!" Seru Lisa.

Langkah Andin terhenti ketika Mama nya menyerukan Namanya.

"Kalau kamu sudah siap denger cerita Mama, bilang, ya, Nak."

Andin mengacuhkannya dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Lisa hanya menghela nafas berat. Meskipun Andin sudah memberinya kesempatan, tapi Andin belum mau berbicara dengan Lisa. Sekarang Lisa hanya bisa menunggu Andin mau mendengarkan penjelasannya dan memperbaiki hubungan dengan putrinya itu.

*****
Heyyyyy!!! Ketemu lagi sama Author yang gemuy ini hehehe

Gimana kesannya setelah baca part ini?

Kali ini aku umpetin dua cogannya dulu ya😂

Jangan lupa
Vote
Comment
Dan Share

Ketemen-temen kalian ya, biar temen-temen kalian merasakan sensasi petualangan dunia Andin.

Terimakasih sudah membaca cerita ini.

Love,

Dev.

AndiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang