Chapter 2

268 30 17
                                    

~*selamat membaca*~

Mendapatkan pesan singkat dari Bagas, membuat jantung Danu berdegup tak karuan. Motornya melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, tidak peduli dengan jalan raya yang dipadati banyak kendaraan. Saat ini pikiran Danu hanya tertuju pada satu nama, yaitu Andini. Danu berharap tidak terjadi sesuatu dengannya. Tapi bagaimana tidak terjadi sesuatu, jika Bagas mengirimkannya pesan bahwa Andin sedang tidak dalam keadaan baik.

Motor Danu berhenti di lobby apartemen miliknya, tempat dimana dia tinggal. Danu yakin, kedua sahabatnya ada di sini. Langkahnya sedikit berlari menuju lift, dan memilih mengabaikan sapaan security dan beberapa orang yang tinggal di sebelah apartemennya. Rooftop apartment adalah tujuan utama Danu sekarang. Dan benar, sampai di rooftop Danu melihat dua manusia itu sedang duduk membelakanginya.

Mendengar suara langkah kaki mendekat, reflek Andin dan Bagas pun bangkit dari duduknya. Mendapati Danu dengan wajah yang.... Tak bisa di jelaskan.

"You okay?" Tanya Danu menatap dalam mata Andin.

Andin menampilkan senyum terbaiknya, setelah itu mengangguk. "Okay."

Helaan nafas lega terdengar, rasa khawatir yang berkecamuk di dirinya pun hilang. Melihat keadaan Andin yang terlihat baik. Karena Bagas sudah lebih dulu menenangkan Andin.

*****

Hari semakin petang, langit pun sudah mulai gelap. Mereka bertiga masih duduk di pembatas rooftop dengan kaki yang menjuntai kebawah. Pemandangan kota metropolitan ini, jika dilihat dari ketinggian lebih terlihat jelas keindahannya. Padatnya rumah penduduk, gedung-gedung yang menjulang tinggi, dan kemacetan di jalan raya dengan lampu yang menyala-nyala, itu semua terlihat begitu sempurna.

Tempat ini adalah hadiah ulang tahun untuk Danu dari Papa tirinya, Om Irfan. Sejak diberikannya Rooftop ini kepada Danu, tempat ini dijadikan basecamp mereka bertiga. Rooftop ini hanya bisa di akses oleh Danu, Bagas, dan Andin. Sangat cocok untuk menenangkan hati dan pikiran.

"Bokap nyokap, bertengkar lagi?" Tanya Danu setelah lama terdiam.

Bukannya menjawab pertanyaan Danu, Andin malah kembali melemparkan pertanyaan, "emangnya, ada hari mereka tanpa bertengkar?"

"Iya juga sih. Tapi inget ya, Din, gue gamau kalo lo ada masalah main kabur gitu aja entah kemana. Kaya yang sebelumnya. Untung aja, tadi Bagas yang nganter lo pulang. Jadi kalau pun lo kabur, gue gak akan susah nyarinya" jelas Danu.

"Lagian lo banyak akses 'kan, buat cari tau keberadaan gue?"

Danu hanya tercengir. Ya, Andin benar. Danu rela membayar orang suruhan untuk memantau keberadaan Andin. Itu semua dia lakukan hanya ingin melindungi Andin dan memastikan Andin akan selalu baik-baik saja jika Danu tidak ada di dekatnya.

Dari kecil, ketika pertama kali tercetusnya persahabatan mereka. Kedua cowok itu berjanji akan selalu menjaga Andin, melindungi Andin, dan selalu ada untuk Andin. Hal wajar jika Andin dalam keadaan tidak baik, kedua cowok itu lah yang kalang kabut.

"Pulang yuk!" Ajak Bagas.

"Gue mau nginep di rumah lo, boleh?" Tanya Andin pada Bagas.

"Boleh. Gue kabarin nyokap dulu biar nyiapin kamar buat lo."

Setelah mendapatkan balasan dari sang ibu, Bagas memberikan tas Andin, kemudian pamit kepada Danu.

"Gue pulang dulu ya, Nunu" pamit Andin.

"Baik-baik ya, bocil, gue tau lo bukan gadis lemah."

"'Kan gue banyak makan bayam, udah kuat kaya Popeye" ujar Andin diakhiri dengan kekehannya.

AndiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang