"siapakau?! Dan kenapa aku dibawa kesini?!", tanyaku lantang. "hahaha...dasar santai saja. Nanti kau akan tau, kau dan kau cepat lepaskan dia. Oh ya, jangan coba-coba untuk melawan...kalau tidak..", pria itu menggantung ucapannya.
"kalau tidak apa?!", awalnya ia berbalik untuk naik ke atas tapi langkahnya terhenti. "kalau tidak...orang yang disekitarmu akan celaka". Mendengar ancamannya seperti itu, aku memilih menurut saja. Setelah itu, aku mengikuti pria kemana pria itu pergi. Sampailah aku disebuah ruangan yang sangat besar. Tempatnya dipenuhi patung-patung. Dibagian tengahnya terdapat meja besar yang bergambar peta dunia. Dan terdapat meja, mungkin tempat dimana pria itu melakukan pekerjaanya. Saat tengah melihat-lihat sekitaran ruangan itu, "welcome". Ucap pria itu sambil merentangkan tangannya, aku mengernyitkan dahi karena tidak mengerti.
"ini adalah rumahmu",lanjut pria itu. "a-apa? Bagaimana bisa?. Sebenarnya siapa kau?", tanyaku heran. "panggil saja aku...ayah", mataku terbelalak tak percaya. "ah tidak tidak tidak. Orang tuaku meninggal saat aku kecil, mana mungkin mereka hidup kembali", aku menggeleng-gelengkan kepala. "heuh...kamu tidak percaya? Akan segera kuberitahu", dengan tampangnya yang meremehkan.
Pria itu membawa sebuah kotak yang tidak terlalu besar, dan memberinya pada Bagas. Bagas awalnya hanya melihatnya saja, tetapi ia mengambilnya. Kotak itu seperti kotak yang bisa dibuka oleh sebuah kunci. Warnanya ungu muda dengan aksen klasik bercorak emas. Mungkin karena sudah disimpan lama, warnanya agak kusam dan corak emasnya tidak terlalu kelihatan. Yang menarik perhatian Bagas adalah, kotak itu terdapat huruf 'A' dibagian atas tempat dimana memasukkan kunci. "apa maksudnya ini?", Bagas bertanya pada pria itu.
"kotak itu akan menjawab semua pertanyaanmu. Dan satu hal yang perlu kau ketahui", jelas pria itu. "apa?", tanya Bagas kembali sambil melihat-lihat kotak itu. "namamu bukanlah Bagas, melainkan Adrian".
Deg
Seketika tangan Bagas yang tadinya membolak-balikan kotak, tiba-tiba berhenti. "apa aku tidak salah dengar?Ahahhah kau ini sudah tidak waras. Namaku adalah Dicky Bagas Kara, aku berasal dari keluarga Vaden", Bagas mengelak tidak percaya. "hah...sepertinya kau salah.Huruf 'V' itu sebenarnya huruf 'A'. kamu salah melihat", sambil menggeleng-gelengkan kepala. "sudah kubilang namaku bagas! Bukan Adrian!", bentak Bagas marah sambil memegang kerah baju pria itu.
Pria itupun mendorong Bagas menggunakan kakinya, agar menjauh darinya. Sambil berjalan dengan angkuh, "sudah kubilang....namamu Adrian bukan Bagas. Kamu berasal dari keluarga Arya, bukan Vaden". Bagas yang semakin kesal dan marah akhirnya bangkit dan memukul pria itu. Terjadi pertarungan yang sengit antara Bagas dan pria yang diketahui namanya adalah Arya. Saking fokusnya bertarung, sampai-sampai barang dan juga asset yang ada disanapun rusak. Sampai akhirnya, Bagas terkunci oleh Arya yang mengeluarkan belati. "dengar... aku sudah lama merencanakan ini. Dan jangan sampai aku gagal kembali. Jangan coba-coba untuk melawan, kalau tidak nyawa yang menjadi taruhannya. Atau... seseorang yang kamu sayangi akan celaka", Bagas mencoba menahan emosi dan bergerak untuk lepas. Dan Aryapun melepaskannya, "ah tunggu, kamu... ada orang yang sangat dekat bukan? Hm....siapa ya namanya...Alania?", sambil menunjuk Bagas. "darimana kau tahu?", tanya Bagas ketus.
"apa yang aku tidak ketahui soal putra dan putriku?".
Makin-makin mendebarkan 😂stay tune dan ga bosen untuk ngingetin vote dan isi kolom komentar 😉 maaf ya agak tidak sesuai jadwal 😕
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me Between Coffee And Tomorrow {The End}
RomanceAlania Maheswari Darlena, seorang manager Going Merry Cafe yang terletak di negeri berselimut putih. Kesehariannya yang tenang dan modis,membuat kedua pria jatuh cinta padanya. Kedua pria itu adalah temannya yang bekerja di Going Merry cafe tersebut...