I Love You #3

2 1 5
                                    

"apa yang aku tidak ketahui soal putra dan putriku?", Arya sambil berjalan duduk ke kursi. Mendengar hal itu, Bagas semakin tidak percaya. Ia berharap, omongan Arya hanya tipuan belaka.

"tampaknya...kamu tidak percaya ya? Karena....kamu....mencintainya?", sambil menyilangkan kaki. Karena terbawa emosi, Bagas megebrak meja dengan sangat keras.

BRAKK!!

"dengar... itu bukan urusanmu. Dan sekarang, apa maumu?", sambil menunjuk-nunjuk Arya. Arya membalikkan kursinya ke arah jendela, "mauku....sangat sederhana... membawa gadis itu kemari". "jangan coba-coba mencari masalah!", bagas kembali terbawa emosi.

"begini saja...kita buat perjanjian, bagaimana?", tawar Arya. "perjanjian itu adalah... jika kamu melawan, orang yang ada di sekitarmu akan terancam. Jika kamu pasrah, aku tidak akan melukainya", Bagas mengambil nafas panjang. "baiklah, aku terima".

-Alania PoV-

Hari ini benar-benar melelahkan. Bagaimana tidak, aku telah membuat orang yang sangat berarti bagiku pergi. Dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku mencoba menghubungi Minho, tapi ia tidak menjawabnya. Lalu, aku mencoba menghubungi Bagas. Handphonenya juga tidak aktif. Aku hanya pasrah pada keadaan, berharap aku bisa bertemu mereka kembali dan meminta maaf.

"al?", suaranya terdengar familiar. Saat aku menoleh, "oh Brian? Iya ada apa?". "gak apa-apa? Kamu terlihat sedih", mendengarnya aku hanya bisa memasang fake smile. "gak papa kok bray, Cuma aneh aja mau ngehubungin Bagas sama Minho tapi gak bisa", sambil menunjuk handphoneku yang terletak di meja.

Yaiyalah, orang Bagas ada di tempat Arya -Brian

"ouh gitu..., mungkin mereka lagi sibuk kali. Tenang aja, entar kan ketemu lagi", Brian meyakinkanku.

"hm...iya deh", jawabku pasrah. "temenin aku yuk.Aku mau beli sesuatu, tapi gak ada teman", ajak Brian. "ayok aja", jawabku sambil bersiap pergi. Kami pergi mengendarai mobil milik Brian. Tetapi, aku menyadari sesuatu, "lho bray, kan ke kota ke kiri..bukan kanan", sambil melihat ke Brian. Ia hanya diam sambil smirksmile. "bray sebenarnya kita mau kemana? Kamu mau bawa aku kemana?", tanyaku dengan nada suara takut. Sampailah kami di tempat sebuah rumah yang tanahnya lapang. Nampak dari luar, rumah itu agak menakutkan. Karena warnanya yang gelap, dan hawanya yang terkesan menyeramkan. Brian menarikku untuk keluar, "bray!bray! tunggu, pelan-pelan sakit!". Genggamannya sangat kuat, sehingga aku tidak bisa lepas darinya. Saat memasuki rumah itu sambil mencoba untuk lepas dari Brian. Tertera pot bunga yang diletakkan di meja panjang, tetapi bunga itu berwarna hitam. Selanjutnya, lorongpun dipenuhi lukisan-lukisan aneh. Walaupun aku menyukai lukisan tapi jujur saja, saat melihat lukisan-lukisan itu aku malah bergidik merinding.

Akupun didorong ke sebuah ruangan. Saat aku melihat ke depan, tunggu. Bagas? Apa yang dia lakukan disini?

Tiba-tiba, ada seseorang yang di dorong masuk. Membuyarkan lamunan Bagas juga Arya. Bagaspun berdiri, sementara Arya mendekati Alania. "si-siapa kau?", tanya Alania. "akhirnya...", sambil tepuk tangan. Alania semakin dibuat bingung, ia mencoba memandang Bagas. Tetapi, Bagas hanya diam saja. "akhirnya... putra dan putriku berkumpul", mendengarnya Alania terbelalak tidak percaya. Ia menggeleng-gelengkan kepala "a-apa maksudmu?", tanya Alania.

"ya... kalian kakak beradik. Dan aku? Aku adalah ayahmu".









Gimana reaksi kalian? Hahaha stay tune ya 😂

Find Me Between Coffee And Tomorrow {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang