(28) WEEKEND

713 46 4
                                    

Di hari libur ini Rachel menepati janjinya pada Argi untuk bertemu dengan mamahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari libur ini Rachel menepati janjinya pada Argi untuk bertemu dengan mamahnya. Lagipula kepalanya sudah tidak terlalu sakit.

Tok..tok.. Rachel mengetuk pintu besar nan megah di hadapannya.

Tak lama setelah itu, seseorang membukakan pintu dan Rachel menyambutnya dengan tersenyum manis.

"Cari siapa ya, Non?" tanyanya, bingung.

"Saya Rachel, mau ketemu Mamah Aletta, ada?"

Orang itu mengangguk dan mempersilakan Rachel untuk masuk. Saat di dalam, Rachel juga dipersilakan untuk duduk.

"Tunggu di sini ya, Non. Saya panggilkan Nyonya muda dulu." Setelah izin Asisten rumah tangga itu berlalu meninggalkan Rachel.

Rachel menunggu Aletta dengan duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Jangan tanyakan Argi dimana, karena Rachel sampai di sini pun Argi tidak tahu.

"Hai, Rachel." Sapa Aletta, yang membuat Rachel mendongak dan beranjak bangun dari duduknya.

"Eits, duduk aja atuh! Maaf ya, Mamah lama. Habis ngurusin Evelin." Jelas Aletta.

Rachel mengernyit. "Evelin?" beonya.

"Oh iya! Evelin itu, Adiknya Argi," Aletta mengajak Rachel untuk duduk kembali.

"Oh... Hm— Arginya kemana ya— Mah?" tanya Rachel, sambil celingak-celinguk.

Aletta terkekeh singkat. "Argi masih tidur, kamu bangunin gih!" ucap Aletta berhasil membuat Rachel terkejut tak percaya.

"Astaga! Bocah itu masih molor?"

"Iya, kebangetan kan? Coba kamu bangunin sana habis itu suruh mandi!"

Ucapan itu sontak membuat Rachel menoleh sempurna pada Aletta. "Aku?" Rachel menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kamu. Soalnya tadi, Mamah udah bangunin hampir sepuluh kali. Tapi, dia gak bangun-bangun. Mamah udah frustasi, coba kalo kamu yang bangunin.. Mungkin dia bakalan bangun." Jelas Aletta. Rachel membulatkan bibirnya sambil menganggukan kepala.

"Kamar Arginya dimana, Mah?"

"Di atas, ada tiga kamar tapi bagian yang tengah dia."

Rachel ber-oh ria, lalu gadis itu menoleh pada Aletta. "Kenapa, Rachel?"

"Hmm— emang beneran gapapa kalo Rachel yang bangunin?"

Aletta terkekeh pelan. Lalu mengusap puncak kepala Rachel. "Gapapa sayang,"

Rachel mondar-mandir saat sudah berada di depan pintu kamar yang masih tertutup rapat. Berkali-kali gadis itu memberanikan diri untuk mengetuk, tapi lagi-lagi rasa gugup menjalar pada tubuhnya.

Rachel menarik napasnya pelan. Kali ini, ia harus benar-benar mengetuknya. Dalam hitungan ke tiga, Rachel berjanji akan mengetuknya. Satu...dua....ti—

RACHEL [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang