"Daripada menyakiti lebih dalam lagi. Lebih baik usai di sini."
Berada di rooftop dengan ditemani sebatang rokok dan suasana yang sepi adalah ketenangan tersendiri untuk seorang Argi. Cowok itu tengah menyesap rokoknya seraya menatap langit dengan pikirannya yang tertuju pada Rachel. Ah, baru mengabaikan sebentar saja dirinya sudah rindu dengan gadis tersebut.
"Argi!" Argi tersentak mendengar namanya disebut, ia hafal sekali dengan suara ini. Apakah hanya halusinasinya saja karena sangat rindu dengan gadis itu?
"Argi, kamu denger aku, 'kan?" Lagi-lagi Argi mendengarnya. Ia menoleh dan ternyata memang Rachel yang memanggilnya. Melihat wajah cantiknya, Argi ingin sekali tersenyum padanya.
Namun semuanya ia urungkan. "Kenapa?" tanya Argi, dengan raut datar.
Argi bisa melihat wajah Rachel yang terlihat kecewa dan ia juga mendengar helaan napas gadisnya. Ah, Argi tidak tega sebenarnya.
"Emang kalo nemuin pacar harus ada alesan dulu, ya?" tanyanya dengan tersenyum yang sudah pasti itu adalah senyuman palsu.
Argi tak menjawab, melainkan kembali berbalik menatap langit seolah tak peduli dengan adanya Rachel. Sedangkan Rachel sudah mengambil posisi di samping cowok tersebut, ia menatap Argi dari samping lalu menautkan kedua alisnya.
"Sejak kapan kamu ngerokok? Kamu ada masalah? Kenapa gak cerita sama aku?" tanya Rachel beruntun.
Argi melirik Rachel sekilas. "Bukan urusan lo," jawabnya disertai gedikan bahu acuh.
Rachel tersentak kaget karena lagi-lagi Argi menjawabnya dengan kasar padahal ia bertanya baik-baik, lho.
Rachel tak bersuara lagi, ia ikut menatap langit dengan Argi tanpa suara. Beberapa menit hening, Rachel kembali menoleh pada Argi.
"Aku salah apa, Gi?" tanya Rachel, dengan tatapan teduh.
"Gak ada," jawab Argi tanpa menoleh sedikit pun pada Rachel.
"Kenapa kamu tiba-tiba berubah kayak gini sama aku? Padahal sebelumnya kita baik-baik aja," tanya Rachel lagi.
"Gak ada yang berubah."
Mendengar jawaban itu, Rachel hanya manggut-manggut, ia menarik napasnya panjang lalu berucap. "Pulang sekolah anterin aku ke toko buku, ya?"
Argi belum menjawab dan beberapa menit kemudian ia mengangguk kecil. Setelah itu keduanya kembali diam, Rachel tak kuat dengan suasana seperti ini, gadis itu langsung saja menarik tubuh Argi agar berhadapan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHEL [ HIATUS ]
Teen Fiction"Ketika takdir, menamparnya." Tiga kata yang mewakili perasaan, Rachel. Rachel Ayudhya Baskara, gadis yang memiliki keinginin banyak, tapi semesta tak pernah mengizinkannya. Kehidupan Rachel yang awalnya penuh kesedihan berubah menjadi sedikit lebi...