SATU: Most Wanted Boys

300 15 4
                                    

Seorang gadis sedang merapikan buku-bukunya diatas meja. Bel pulang sudah berbunyi sejak dua jam yang lalu, tapi diskusi kelompok membuat keinginannya untuk pulang cepat harus tertunda.

"Ag, duluan ya" kata Zahra sambil menepuk bahunya pelan.

"Iya. Lu hati-hati pulangnya, langsung pulang, jangan nongkrong di kafe sampai malam" jawab gadis itu—Agni, melirik Zahra sekilas sebelum kembali sibuk merapikan buku-bukunya. Zahra tertawa mendengar itu.

"Iya, hari ini gue bakal langsung pulang kok" ucap Zahra sembari melambaikan tangan sebelum menghilang bersama teman-teman lainnya di pintu kelas.

Agni hanya tersenyum tipis tanpa membalas lambaian tangan Zahra. Semalam dia kelimpungan mencari alasan ke Om Sofyan—Ayah Zahra, karena Zahra terlambat pulang dan HPnya susah dihubungi. Susah emang punya temen yang orang tuanya super protektif, dan lebih susahnya lagi karena Zahra sering banget nyeret nama Agni biar dapat ijin pulang malam.

Tiba-tiba sebuah notifikasi whatsapp muncul di HPnya.

From: Tetangga Sebelah

Kerja kelompok lu udah selesai?

Kalau udah, lu ke kelas gue dulu ya. Tugas gue belum selesai.

Agni memasukkan kembali HPnya ke dalam tas tanpa membalas pesan itu. Menyampirkan tas ranselnya ke salah satu bahunya dan berjalan menuju ke kelas si pengirim pesan yang terletak di sisi gedung yang berbeda.

***


Berbeda dengan kelas-kelas lain yang sudah sangat sepi, kelas XI MIA 1 masih ramai dengan suara siswa. Hampir setengah penghuninya masih sibuk dengan urusan masing-masing, dari yang sibuk kerja tugas, sibuk diskusi ekskul sampai yang cuma ngobrol-ngobrol ringan karena malas pulang cepat.

"Riko, soal nomer 3 itu pakai rumus apa sih? Bingung gue" Cakka menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Dari dulu dia memang lemah dengan Fisika, Matematika juga sih sebenarnya. Cakka benar-benar harus belajar ekstra untuk dua pelajaran itu.

"Pakai rumus yang ini, Kka" jawab Riko sambil menunjuk sebuah rumus yang tercetak di buku paket dengan pulpen.

"Tapi lu cari dulu nilai vt nya pakai rumus yang ini" jelasnya kembali. Cakka mengangguk paham lalu kemudian mulai sibuk kembali dengan buku tugasnya.

"Tugas lu udah selesai, Vin?" kali ini beralih ke Alvin yang duduk di hadapannya. Alvin hanya menggeleng pelan.

"Ntar nyatet jawaban lu aja ya, Ko? Gue lapar, ngga bisa mikir" jawab Alvin sambil merebahkan kepalanya ke meja, merutuki dirinya yang tadi tidak sempat ke kantin karena harus bertemu Pak Dimas untuk membahas pertandingan futsal dua minggu lagi.

"Gue juga dong, Ko. Tinggal satu nomer lagi nih" kata Cakka yang nampaknya sudah menyerah dengan tugas Fisikanya. Riko hanya menghela nafas pelan kemudian menyerahkan buku tugasnya untuk dicatat oleh kedua temannya.

"Kka, tugas lu udah selesai?" sapa Agni yang baru saja memasuki kelas itu.

"Belum nih, dikit lagi. Lu duduk aja dulu" kata Cakka, masih sibuk menyalin jawaban Riko. Agni lalu berjalan menuju bangku paling depan, dekat pintu masuk.

"Harusnya jangan dikasih, Ko. Biarin aja si Cakka pusing ngerjain tugas" ucap Agni pada Riko yang sudah duduk disebelahnya. Matanya masih memperhatikan Cakka dan Alvin yang masih sibuk menyalin jawaban. Tanpa bertanyapun Agni sudah tahu kalau buku tugas yang jadi sumber jawaban itu punya Riko. 

"Gue denger loh, Ag" Cakka sedikit berteriak.

"Emang sengaja biar lu denger" jawab Agni. Cakka hanya mendengus, lalu kembali sibuk dengan buku tugasnya.

Berbagi Arah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang