Agni menatap punggung Sion dari balik buku menu, memastikan kakak kelas Via itu benar-benar tidak menyadari keberadaannya saat memasuki kafe. Matanya kemudian mengikuti gerakan Sion yang berjalan menghampiri Via—yang berada di sudut lain kafe. Setelah merasa aman, barulah Agni menurunkan buku menu yang menutupi wajahnya. Agni kemudian menyandarkan punggungnya ke sofa dan melemparkan pandangannya kearah jendela—menatap tanpa minat kendaraan yang berlalu-lalang di depan kafe.
Hari ini harusnya dia dan Cakka jalan berdua—seperti janji Cakka hari minggu kemarin, tapi lagi-lagi tetangganya yang menyebalkannya itu membatalkan janji di menit terakhir dengan alasan yang sama, Shella. Dan sebagai teman yang baik, Agni lagi-lagi harus mengalah. Disaat yang sama, Via memintanya untuk ditemani bertemu dengan Sion, karena temannya tiba-tiba saja ada urusan mendadak. Maka disinilah Agni, duduk sendiri di salah satu meja kafe sembari mengamati Via dan Sion dari jauh.
Entah sudah berapa lama Agni melamun saat menyadari handphonenya berbunyi. Dia hanya melirik sekilas nama yang tertera di layar handphonenya, tidak berniat menjawab panggilan. Biar saja Alvin penasaran. Agni memang sempat memberitahu Alvin kalau dirinya sedang bersama Via—tanpa menyebutkan mengenai Sion.
Agni kembali melihat kearah Via dan Sion. Mereka berdua masih ada disana, tapi sepertinya percakapan mereka berdua sudah selesai karena Sion sudah berdiri dari kursinya. Spontan Agni meraih buku menu di depannya dan kembali menenggelamkan wajahnya dibalik buku menu.
"Turunin buku menunya, Kak Sion udah pulang" ucap Via yang sudah duduk di depan Agni.
"Lu ada urusan apa lagi sih sama Kak Sion itu?" tanya Agni sembari menurunkan buku menu yang tadi menutupi wajahnya. Agni memang tidak tau apapun, Via hanya minta untuk ditemani bertemu Kak Sion tapi tidak menjelaskan apapun. Ditanya seperti itu, Via malah menggaruk pelipisnya, membuat Agni memicingkan mata dengan curiga.
"Si Kak Sion nembak lu?" tebak Agni. Via diam sebentar, kemudian mengangguk.
"Trus lu tolak?" Via menggeleng pelan. Agni mengerjap beberapa kali, terkejut.
"Lu terima, Vi? Serius?" Agni shock. Habis sudah harapan Alvin—yang memang sudah tipis itu—kalau Via jadian dengan Kak Sion. Via kembali menggeleng.
"Lah, terus?"
"Kata Kak Sion, gak adil kalau gue nolak dia tanpa kenal dia lebih dulu, jadi Kak Sion ngasih gue waktu selama dua minggu buat mikir, sekaligus biar gue bisa lebih kenal sama dia" Via diam sejenak, menatap Agni—yang menunggunya untuk melanjutkan cerita.
"Menurut gue kata-kata Kak Sion ada benarnya, jadi gue iyain aja" mendengar jawaban Via, tanpa sadar Agni menghembuskan nafas berat. Makin susah deh jalan Alvin buat dapatin Via, pikir Agni.
"Menurut lu gimana, Ag?"
"Gue harus ngasih pendapat yang objektif 'kan ya? Tanpa memihak?" Via mengangguk, dia ingin mendengar pendapat jujurAgni.
"Pilihan lu udah tepat sih. Gak adil buat Kak Sion kalau lu nolak dia tanpa kenal lebih dulu" Agni diam sebentar.
"Tapi, Alvin nanti gimana, Vi? Kan selama dua mingguan ini dia jemput lu"
"Biar nanti gue yang ngomong ke Alvin. Gak enak juga gue terus-terusan ngerepotin dia"
"Tapi Vi—"
Belum sempat Agni membalas kata-kata Via, handphonenya kembali berbunyi. Kali ini bunyi pesan whatsapps bertubi-tubi. Dengan cepat Agni meraih handphonenya yang tergeletak diatas meja.
"Siapa, Ag? Cakka ya?" Agni menggeleng pelan, tatapannya masih fokus pada handphone yang ada di genggamannya.
"Cakka mana peduli sama gue pas lagi bareng gebetan. Dari Alvin, dia ngajak nonton. Lu mau ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Arah (TAMAT)
Fiksi RemajaKisah ini tentang mengejar dan dikejar. Tentang menunggu dan ditunggu. Tentang menemukan arah dan saling berbagi arah. Apapun arahmu saat ini, kepada siapapun kamu berbagi arah saat ini, semoga pada akhirnya kita searah.