Cakka melirik Agni yang duduk disebelahnya dengan heran. Sejak tadi gadis itu hanya menatap makanan di depannya tanpa selera sembari mengetukkan pelan jari-jarinya diatas meja. Kalau sudah seperti ini, pasti ada hal yang menganggu fikiran gadis itu dan tidak bisa dia ceritakan pada orang lain. Cakka mengalihkan tatapannya pada Alvin yang duduk di hadapannya dan hanya dibalas dengan kedikan bahu. Dia terlihat sama herannya.
"Lu ngga makan?" tegur Riko yang duduk di sebelah kanan gadis itu. Spontan ketiga pemuda lain yang duduk disana ikut memperhatikan Agni.
"Makanan tuh buat dimakan, Ag, bukan buat diliatin" Cakka ikut menegur karena Agni masih bergeming, masih sibuk dengan fikirannya. Cakka, Riko, Alvin dan Rio saling bertukar pandang, lalu kembali menatap Agni dengan khawatir.
"Agni, lu kenapa?" kali ini Rio yang bertanya, tapi gadis itu belum juga menjawab.
Riko menyentuh pelan jari Agni yang sejak tadi mengetuk meja, "Agni" panggilnya agak keras.
Agni sedikit tersentak dengan teguran Riko. Gadis itu kemudian menoleh ke kanan dan menatap Riko bingung, "Ada apa, Ko?"
Cakka mendengus pelan saat ekor matanya melihat tangan Riko yang menyentuh tangan Agni, "Lu kenapa ngelamun?" bukan Riko yang bertanya, tapi Cakka. Cakka tidak bisa menutupi nada ketus dari suaranya.
"Siapa yang melamun?" elak Agni, menarik tangannya dari genggaman Riko. Dia tidak ingin mengambil pusing nada suara Cakka yang tiba-tiba tidak bersahabat.
"Elu lah siapa lagi?" Cakka masih sewot. Agni hanya melirik Cakka sekilas, lalu berpura-pura sibuk dengan meraih air mineral yang ada di depannya. Dia mengernyit karena tutup botol air mineral yang dipegangnya sangat sulit terbuka.
"Gak mau kebuka ya?" tanya Riko yang menyadari kesulitan gadis itu. Agni hanya mengangguk singkat, lalu kembali memutar tutup air mineralnya sekuat tenaga. Cakka yang sedang berbicara dengan Alvin kembali melirik kearah Agni.
Riko merebut air mineral dari tangan Agni, membukanya dengan mudah, "Nih" katanya sembari menyodorkannya kembali.
Agni menatap air mineral yang diberikan Riko, lalu tatapannya beralih menatap Riko dengan tatapan meneliti tepat di mata. Riko yang baru kali ini ditatap seperti itu oleh Agni jadi salah tingkah sendiri, tanpa sadar dia mengusap tengkuknya dengan tangannya yang bebas. Rio dan Alvin yang duduk di hadapan mereka berdua hanya saling lirik tanpa berkata apapun. Namun diam-diam keduanya menyadari sikap salah tingkah Riko yang terlihat sangat jelas itu.
Riko berdehem mencoba meredakan sikap salah tingkahnya, "Kenapa?" tanyanya karena Agni belum juga menerima air mineral yang diberikannya dan malah menatapnya.
Agni memejamkan matanya, lalu menghela nafas pelan. Dia lalu menerima air mineral yang diberikan Riko, "Makasih, Riko" jawabnya disertai senyum tipis. Tidak ada yang menyadari saat itu ada kilatan sedih di mata Agni.
Riko menghela nafas lega begitu Agni mengalihkan tatapannya ke arah lain. Diam-diam dia mengatur nafasnya, berusaha meredam degup jantungnya yang sempat tidak terkendali karena tatapan Agni tadi.
Cakka yang sedari tadi hanya menjadi penonton adegan manis itu hanya melengos tidak suka, lalu bersungut-sungut di tempatnya. Dalam hati merutuki dirinya yang kalah sigap dibandingkan Riko soal Agni. Sayangnya Alvin dan Rio kembali mengobrol seru sehingga tidak sempat memperhatikan ekspresi Cakka itu.
"Hari ini lu pulang bareng Riko, Ag?" tanya Alvin tiba-tiba. Agni yang sudah sibuk dengan makanannya mengangkat pandangan, lalu menggeleng pelan.
"Hari ini Riko latihan karate", Gadis itu menoleh sekilas pada Riko, "Jadi gue pulang sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Arah (TAMAT)
Teen FictionKisah ini tentang mengejar dan dikejar. Tentang menunggu dan ditunggu. Tentang menemukan arah dan saling berbagi arah. Apapun arahmu saat ini, kepada siapapun kamu berbagi arah saat ini, semoga pada akhirnya kita searah.