Fika memperhatikan beberapa siswa yang masih ada di kantin tanpa minat. Dia sedang menunggu Rio menyelesaikan kerja kelompoknya di perpustakaan. Mereka berdua berencana membahas proposal kegiatan OSIS yang harus dikumpulkan besok dan karena tidak ingin menunggu sendiri, dia memaksa Agni untuk menemaninya. Kebetulan hari ini tim basket diberikan istirahat setelah kemarin bertanding selama dua hari berturut-turut.
"Agni" panggil Fika pada Agni yang duduk di hadapannya.
"Agni, gue mau nanya" Agni hanya menatap Fika sebentar sebelum kembali sibuk dengan makanannya.
"Agnii, jawab dong" Fika mulai merengek karena Agni masih mengabaikannya.
"Gue lapar, Fy. Gue selesaiin makanan gue dulu, abis itu lu boleh nanya apapun" Fika berdecak sebal mendengar jawaban Agni, tapi tetap menunggu Agni menghabiskan makanannya.
"Lu mau nanya apa?" kata Agni akhirnya.
"Emang keliatan banget ya kalau gue abis putus cinta?" Agni mengerutkan kening, bingung dengan pertanyaan Fika.
"Maksud lu?"
"Gue keliatan murung ya sejak putus sama Debo?" tanya Fika sembari memainkan kotak tisu di depannya.
"Kata siapa?"
"Kata Rio" Agni mengangguk paham.
"Mungkin teman-teman yang lain gak terlalu sadar sama perubahan lu akhir-akhir ini, tapi gue, Cakka sama Rio udah kenal lu dari lama, Fy. Sebaik apapun lu berusaha nutupin itu, kami bertiga pasti bakal tau ada yang gak beres"
"Rio nyuruh gue move on dari Debo, Ag" Agni masih diam, menunggu Fika menyelesaikan curhatannya.
"Gue bukannya gak mau move on, Ag. Gue cuma belum bisa, susah" Fika menghela nafas berat.
"Gue setuju sama Rio" Fika berdecak kesal mendengar jawaban Agni. Bukan jawaban itu yang ingin dia dengar dari Agni.
"Kok lu malah dukung Rio sih?" Agni hanya mengedikkan bahu.
"Ini udah sebulan lebih, Fy. Gue tau lu masih berharap Debo balik ke lu lagi 'kan? Sampai kapan lu mau nunggu Debo?" Fika semakin kesal karena merasa dipojokkan. Kemarin Rio, sekarang Agni, besok siapa lagi yang akan menyuruhnya move on? Cakka?
"Susah tau, Ag. Lu sih gak ngerasain rasanya putus cinta" Agni terdiam sebentar. Agni memang tidak merasakan sakit hati karena putus cinta seperti Fika, tapi bukan berarti Agni gak ngerasain rasanya sakit hati. Agni tau rasanya, sangat tau. Tapi alih-alih mengatakan itu, Agni hanya tersenyum tipis pada Fika.
"Kenapa sih kalian gak ngerti? Debo itu pacar pertama dan cinta pertama gue, lupainnya gak mudah" lanjut Fika dengan suara sedikit bergetar. Agni masih diam, paham dengan sifat Fika yang agak emosional. Agni bangkit dan beralih duduk disebelah Fika.
"Gue emang gak ngerasain, tapi lu teman baik gue, Fy. Gue juga ikut sedih liat lu yang seperti ini" ucap Agni sungguh-sungguh. Fika sedikit luluh mendengar jawaban Agni itu.
"Gue paham gak mudah buat lu lupain Debo. Gue juga gak nyuruh lu lupain Debo gitu aja, Fy." Tangannya mengusap punggung Fika lembut. Sementara Fika berusaha mengalihkan arah tatapannya dari Agni, berusaha menyembunyikan matanya yang mulai buram karena air mata yang siap tumpah.
"Lu bisa ngelakuin itu pelan-pelan. Mungkin lu bisa mulai dengan menerima. Terima kalau lu dan Debo udah putus, udah selesai. Debo bahkan udah nemuin yang baru" Agni menatap Fika yang sudah terlanjur kesal padanya. Untungnya tidak lama kemudian Rio muncul dengan beberapa buku di tangannya.
"Yuk kita rapat" ajak Rio sembari menghampiri Fika dan Agni. Fika segera menyambar tasnya dan berjalan keluar kantin tanpa menegur Agni. Agni hanya menghela nafas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Arah (TAMAT)
Novela JuvenilKisah ini tentang mengejar dan dikejar. Tentang menunggu dan ditunggu. Tentang menemukan arah dan saling berbagi arah. Apapun arahmu saat ini, kepada siapapun kamu berbagi arah saat ini, semoga pada akhirnya kita searah.