Ekskul karate baru saja selesai latihan. Beberapa dari mereka memilih untuk ke ruang ganti, beberapa lagi memilih menonton tim basket putri berlatih—seperti Riko dan Iyan. Riko menatap Agni yang sedang berlatih di lapangan bersama tim basket putri. Dilihatnya gadis itu sedang berlari mendrible bola basket dengan lincah.
"Zeva sama Agni makin keren aja mainnya" Ucap Iyan yang duduk disebelahnya.
"Menurut lu lebih keren siapa? Zeva atau Agni?"
"Menurut gue sih mereka berdua sama-sama keren" Riko menjawab santai.
Faktanya memang seperti itu, mereka berdua memang keren. Zeva sang kapten basket dengan berbagai strategi dan sifat kepemimpinannya, sementara Agni dengan teknik bermain basketnya yang sudah tidak perlu diragukan lagi. Mereka berdua memang sudah menjadi pemain andalan tim basket sekolah sejak kelas X.
"Gue sih tim Agni" spontan Riko menatap Iyan.
"Agni itu main basketnya keren, jago main gitar, manis pula. Walau kadang keliatan cuek, tapi sebenarnya anaknya ramah dan baik banget. Kalau gue belum punya pacar, dia mungkin udah gue jadiin gebetan" Riko tertawa mendengar penuturan Iyan yang kelewat jujur itu, namun dalam hati Riko setuju dengan kata-kata Iyan. Walau tidak sepopuler Shella, Agni punya pengagumnya sendiri.
Tiba-tiba ingatan Riko berputar, mengingat kembali awal perkenalan dirinya dan Agni.
Riko berdecak kesal melihat pagar sekolahnya sudah terkunci. Ia mengedarkan pandangan, dilihatnya Pak Yunus—Wakasek kesiswaan dan Pak Mamat—satpam sekolah sedang membicarakan sesuatu tidak jauh dari pos satpam. Riko buru-buru bersembunyi dibalik tembok, berusaha agar tidak terlihat oleh kedua orang itu. Tadi saat berangkat sekolah ban motornya pecah, akibatnya dia harus mendorong motornya ke bengkel kemudian melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan ojek online. Padahal driver ojek onlinenya sudah buru-buru, tapi Riko tetap saja terlambat.
Riko berlari cepat kearah tembok sekolah yang berada tepat di belakang pos satpam, memanjat tembok dengan hati-hati, kemudian bersembunyi dibelakang mobil yang terparkir dekat dengan pos satpam. Matanya tetap menatap Pak Yunus dan Pak Mamat—yang saat ini berdiri membelakanginya, dengan waspada. Riko berjalan mengendap-endap diantara beberapa mobil yang terparkir, tujuannya adalah koridor utama. Masalahnya adalah dia tidak mungkin bisa ke koridor utama tanpa melewati meja piket. Riko berdecak kesal dengan kesialannya pagi ini. Dia belum genap dua minggu menjadi murid SMA, tapi sudah mengendap masuk sekolah diam-diam seperti sekarang. Sungguh siswa baru yang luar biasa, bukan?
Riko sedang duduk berjongkok di belakang mobil saat sebuah suara mengagetkannya.
"Lu lagi ngapain?" seorang gadis manis sudah berdiri di depannya, menatapnya dengan dahi berkerut. Riko diam beberapa detik, masih kaget dengan kemunculan gadis itu yang tiba-tiba. Gadis itu menatap ke kanan dan ke kiri, lalu ikut berjongkok di depan Riko.
"Lu telat?" gadis itu bertanya lagi. Riko tidak menjawab, malah menatap gadis di depannya dengan tatapan malas. Gadis itu lalu bangkit, membuka pintu belakang mobil dan mengeluarkan gulungan kertas karton.
"Tas lu titip disini aja dulu" Riko menatap gadis itu bingung.
"Di depan ada guru piket, lu pasti bakal ketahuan kalau masih bawa tas gitu" gadis itu menjelaskan dengan sabar. Riko mengangguk, membenarkan kata-kata gadis itu. Dia ikut bangkit, mengambil alat tulis seperlunya, kemudian meletakkan tasnya di bagian belakang mobil.
"Emang ini mobilnya siapa?" Riko akhirnya membuka suara. Gadis di depannya sudah berbaik hati membantunya, Riko harus bersikap ramah sebagai bentuk terima kasih.
"Punya teman gue. Entar gue yang ngomong ke dia, dia pasti bisa ngerti" jawabnya sembari menutup pintu mobil dan berjalan lebih dulu menuju koridor utama. Riko mengikuti dari belakang. Setelah melewati meja piket, mereka kemudian berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Arah (TAMAT)
Novela JuvenilKisah ini tentang mengejar dan dikejar. Tentang menunggu dan ditunggu. Tentang menemukan arah dan saling berbagi arah. Apapun arahmu saat ini, kepada siapapun kamu berbagi arah saat ini, semoga pada akhirnya kita searah.