ENAM BELAS: Bertengkar

100 8 2
                                    

Agni sedang menunggu Cakka di dekat meja piket. Dia melirik jam tangannya, masih lima menit lagi sebelum bel pulang berbunyi. Ulangannya selesai lebih cepat hari ini, jadi Agni bisa keluar kelas lebih cepat dari siswa lainnya.

Di hari terakhir UTS ini Agni dan Cakka berencana jalan bersama, merealisasikan janji seminggu lalu yang tidak terlaksana. Sebenarnya Agni sudah menolak—takut Cakka lagi-lagi membatalkan di menit terakhir seperti sebelumnya, tapi pemuda itu memaksa. Cakka bilang dia merasa bersalah karena tidak bisa menepati janjinya pada Agni dan Agni yang dasarnya tidak tegaan, pada akhirnya mengiyakan.

Tidak lama setelah bel berbunyi, Agni bisa melihat Cakka berlari kecil kearahnya. Namun belum juga sampai di depan Agni, seorang siswa terlihat menahan Cakka. Agni tau siswa itu, Gita, salah satu teman sekelas Shella. Gita terlihat mengatakan sesuatu pada Cakka. Cakka lalu menatap Agni dan memperlihatkan telapak tangannya—memberikan kode agar Agni menunggu, kemudian berjalan mengikuti Gita. Tidak lama, Cakka muncul dengan dua orang yang mengekor dibelakangnya, Gita dan... Shella. Agni berdecak tanpa sadar.

"Tolong bawa Shella ke mobil gue ya, Git? Lu tau mobil gue kan?" ucap Cakka, memberikan kunci mobilnya pada Gita. Gita mengangguk sembari menerima kunci mobil Cakka, lalu berjalan menuju parkiran bersama Shella. Cakka menatap Agni takut-takut, sementara Agni sudah mengalihkan pandangannya kearah koridor—berusaha tidak menatap Cakka.

"Ag, Shella sakit, kata Gita anemia Shella kambuh. Gue—"

"Yaudah, kita gak usah jalan" potong Agni cepat, tidak bisa menutupi kekesalannya. Cakka menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. Agni melirik Cakka sebentar, kemudian kembali mengalihkan tatapannya kearah koridor. Dari jauh, Agni bisa melihat bayangan Rio dan Riko berjalan melewati koridor.

"Sorry, Ag. Gue janji—"

"Gak usah janji apapun, Kka. Dari awal lu yang ngajak, tapi lu juga yang ngebatalin berkali-kali" potong Agni lagi. Kali ini dia menatap Cakka dengan tatapan kesal. Cakka semakin merasa bersalah. Dia tidak pernah suka bertengkar dengan Agni dan selalu berusaha menghindari itu, tapi kali ini, dia sendiri yang menyebabkan mereka berdua bertengkar. Cakka lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh puncak kepala Agni, tapi buru-buru ditepis Agni.

"Iya, gue salah. Gue benar-benar minta maaf, Ag" Cakka melembutkan nada suaranya, paham kalau Agni benar-benar kesal sekarang.

Agni menghela nafas. Agni tidak marah pada Shella, tidak sama sekali. Dia bisa melihat Shella sedang tidak sehat tadi. Agni juga tidak marah karena Cakka mengantar Shella, walaupun sedikit cemburu karena merasa Cakka mengutamakan Shella, tapi Agni paham posisinya bukan siapa-siapa bagi Cakka. Agni hanya kesal karena Cakka selalu membatalkan janji di menit-menit terakhir, disaat Agni sudah keburu menaruh harapan kalau dia dan Cakka akan jalan bersama. Agni marah pada dirinya yang masih saja menaruh harapan pada Cakka.

Agni kemudian mengalihkan pandangannya kearah beberapa siswa yang memandang mereka berdua dengan tatapan penasaran. Nampaknya pertengkarannya dan Cakka mulai menjadi tontonan beberapa siswa yang akan pulang. Agni menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. Agni benar-benar kesal sekarang.

"Lu nyebelin, Kka" ucap Agni sebelum berlari menuju parkiran, mengabaikan panggilan Cakka dibelakangnya. Lebih baik dia segera pergi daripada menangis di depan semua orang, pikir Agni.

Cakka tidak menyadari kalau Rio dan Riko sudah berdiri di ujung koridor sejak tadi, menyaksikan potongan pertengkarannya dengan Agni. Cakka baru saja akan berlari menyusul Agni saat Riko menahannya.

"Biar gue aja, Kka" ucap Riko. Belum juga Cakka melontarkan keberatan atas ide Riko, Riko sudah berlari lebih dulu menyusul Agni. Sementara Rio masih berdiri disebelah Cakka, meminta penjelasan.

Berbagi Arah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang