DUA PULUH: Ketiga

106 7 1
                                    

"Alvin?" 

Alvin yang sedang mengobrol dengan beberapa anak futsal di parkiran spontan menoleh ke sumber suara. Dilihatnya dua orang siswa sedang menatapnya, salah satunya—yang berambut sebahu—tersenyum sumringah pada Alvin. Alvin mengeryitkan dahi sebentar, kemudian ikut tersenyum saat menyadari siapa yang menyapanya.

"Nova 'kan?" Nova—gadis berambut sebahu itu—mengangguk cepat, senyumnya masih mengembang.

"Ada yang bisa gue bantu?" Alvin berusaha ramah.

"Temen gue mau ketemu panitia pelatihan jurnalistik. Lu bisa bantuin ngga, Vin?" tatapan Alvin beralih pada gadis yang berada di sebelah Nova.

"Oh iya, kenalin dulu, ini Aurel. Aurel, ini Alvin, temen sekelas gue pas SMP" Alvin mengulurkan tangan, Aurel menyambut uluran tangan Alvin sembari menyebutkan nama.

"Ada apa ya? Kebetulan gue juga panitia"

"Gue mau ganti peserta buat pelatihan minggu depan, yang harusnya ngewakilin sekolah kami gak bisa" jawab Aurel. Alvin mengangguk paham.

"Yaudah, biar gue temenin ke ruang jurnalistik" Alvin kemudian berpamitan pada teman-temannya, lalu berjalan lebih dahulu. Nova menarik tangan Aurel agar mereka berdua dapat berjalan beriringan dengan Alvin.

"Lu apa kabar, Vin?" tanya Nova saat mereka bertiga berjalan menyusuri koridor. Matanya tidak berhenti melirik ke arah Alvin. Senyumnya juga masih tercetak di wajahnya.

"Baik kok" jawab Alvin singkat disertai senyuman. 

Setelah itu mereka bertiga hanya diam. Bagaimana lagi, Alvin memang tidak pandai berbasa-basi, sementara Nova cukup canggung setelah lama tidak bertemu dengan Alvin. 

"Lu ngga berubah ya, Vin?" ucap Nova saat ketiganya berhenti di depan sebuah ruangan. Alvin menaikkan salah satu alisnya.

"Apanya?"

"Sifat lu yang ngga banyak bicara" Alvin melirik Nova sebentar, kemudian tersenyum kecil. Dari jaman SMP, Alvin memang dikenal cukup pendiam, tapi herannya dia bisa tiba-tiba jadi talkactive bila bersama Via atau membahas Via.

Alvin masih tersenyum saat tangannya mengetuk pintu ruangan di depannya. Dia lalu memutar kenop pintu pelan, kemudian melongokkan kepalanya mencari keberadaan seseorang.

"Livia" panggil Alvin begitu menemukan orang yang dicarinya, "Ada yang mau ngomong sama lu nih" lanjutnya. 

Livia—yang sedang sibuk dengan laptopnya—menatap Alvin sebentar, kemudian tatapannya beralih pada dua orang gadis yang ada di belakang Alvin.

"Kalian duduk aja dulu" Alvin yang sedari tadi berdiri di depan pintu, bergeser sedikit, membuka jarak untuk Nova dan Aurel dan mengikuti dari belakang. Setelah memastikan Nova dan Aurel sudah duduk di sofa tamu, dia berjalan menuju meja Livia.

"Siapa?"

"Temen gue, katanya mau ganti peserta pelatihan" Livia kemudian mengangguk. Gadis berkacamata itu kemudian berdiri dari duduknya dan menghampiri kedua tamunya diikuti oleh Alvin.

"Hai, kenalin gue Livia, ketua panitia kegiatan pelatihan kali ini" sapa Livia ramah sembari mengulurkan tangan. Nova dan Aurel membalas uluran tangan itu bergantian.

"Eh, gue duluan ya?  Ada latihan futsal bareng anak-anak" pamit Alvin menatap Nova dan Aurel bergantian. Kedua gadis itu hanya mengangguk. Tatapan Alvin kemudian beralih ke Livia.

"Liv, titip mereka ya?" lanjutnya. Livia hanya menunjukkan jempolnya pada Alvin. 

"Alvin!" panggil Nova. Alvin yang sudah berada di pintu ruangan berbalik, menatap Nova. Nova diam sejenak.

Berbagi Arah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang