• HOME •

148 27 28
                                    

      Rumah gadis muda mantan waitress itu ternyata tidak terlalu jauh dari butik Flower, butik yang sudah Ezra kembangkan selama ini.
Gadis itu, yang akhirnya mengenalkan diri dan menyebut namanya sebagai Yaya itu diantar Ezra dengan selamat, tanpa cacat apapun. Setelah berterimakasih, saling melempar senyum manis, Ezra lalu melajukan mobilnya hingga sampai ke rumahnya, yang sebenarnya berlawanan arah dengan butiknya.

      Ezra hanya menyeringai ketika melihat gadis itu mudah sekali jatuh dalam perangkapnya. Gadis yang terlampau baik, namun tak mendapatkan perlakuan adil di dunia. Ezra benci manusia seperti itu. Ezra benci dengan nasib malang mereka yang terkesan mempermainkan insan yang hanya bisa mengikuti kehendak takdir.
Dan Ezra tau, dia bukan manusia biasa yang hanya akan pasrah dengan takdir yang menertawakannya. Ezra akan menghentikan takdir jahat mempermainkan manusia-manusia baik. Ezra, yang akan membantu mereka pergi dari dunia yang jahat ini.

       Setelah melepas kemejanya dan berganti dengan pakaian yang nyaman, Ezra kemudian beralih ke kamarnya. Beristirahat? Mungkin saja.
Tapi ini masih pukul 11 malam. Bukan waktu tidur untuk Ezra yang lebih menyukai tidur ketika anjing tetangga sudah melolong di dini hari. Lolongan anjing yang menjadi lullaby untuk telinganya dan membantunya tidur dengan tenang.

     Ezra kembali mengingat Yaya, gadis yang ia antar tadi. Untung saja moodnya sedang bagus kali ini, jadi ia tidak membantu Yaya keluar dari dunia yang kejam ini secepatnya. Mungkin besok. Atau lusa. Atau pekan depan. Atau bulan depan.
Ezra merasa bersalah pada Yaya karena tidak bisa cepat-cepat membantu gadis itu dari permasalahan dunianya.
Yang terpenting, Ezra sudah mendapatkan alamat Yaya. Selanjutnya, mudah. Bisa saja ia membuntuti Yaya pada pagi hari, dan melancarkan aksinya pada malam hari, seperti yang ia lakukan pada korban ketiganya. Siapa namanya? Ah, Ezra sudah lupa. Yang ia ingat, lelaki tua itu adalah pemilik rumah makan kecil yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya ini. Rumah makan yang setiap hari Jum'at menggratiskan makanan untuk dibagikan kepada yang tidak mampu. Bapak tua itu baik sekali, namun tidak dibalas serupa oleh orang di sekitarnya.

      Tuan tanah yang selalu menagih uang sewa kepada bapak tua itu, membuat bapak tua tersebut sering terlihat murung. Ezra tak suka melihatnya. Lebih baik Ezra membantunya untuk keluar dari penderitaan dunia ini, bukan? Dan lagi, Ezra tak pernah meminta bayaran untuk hal mulia yang ia lakukan itu. Hanya satu. Hanya satu bagian tubuh saja yang ia perlukan dari setiap orang yang ia bantu. Oh ayolah, itu tidak merugikan sama sekali. Toh orang itu sudah tak memerlukannya.

      Ezra lalu menuju meja kerjanya, membuka buku tebal yang berada di atas sana, buku berisi kalimat-kalimat bertuliskan bahasa Inggris yang mungkin sudah ratusan kali Ezra baca, berisi jurnal yang pernah ia pelajari ketika duduk di bangku kuliah dulu. Jurusan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang menjadi cita-citanya, yang menjadi pekerjaannya sekarang.
Ia mengambil kacamata bacanya, lalu mendudukkan dirinya di depan meja tersebut, kembali tenggelam di dalam dunianya sendiri. Dunia yang ia ciptakan sendiri dari alam bawah sadarnya. Yang tercipta akibat trauma hebat semasa kecil, yang sudah menghantam keras amygdalanya.

*******

      Hari demi hari telah berlalu. Dan seperti sebelum-sebelumnya, penyelidikan terkait pembunuhan berantai berujung buntu.
Dokter-dokter yang diselidiki tim Yuno hampir semua memiliki alibi yang meyakinkan. Tidak ada satu orang dokter yang patut dicurigai. Jikapun ada, dokter tersebut akan bebas dari tuduhan karena setelah diinterogasi, dokter tersebut bisa membantah tuduhan dari para detektif. Lagipula, tidak ada bukti yang mengarah pada dokter tersebut.

      Yuno mengurut pangkal hidungnya dengan sedikit keras. Berusaha menghilangkan pening yang sudah berhari-hari tinggal di dalam otaknya. Ternyata ini rasanya buntu dalam penyelidikan?
Selama ini, Yuno tak pernah merasa hilang akal saat berhadapan dengan penjahat. Ia selalu menemukan jalan untuk mengungkap kejahatan dari pelaku yang ia incar.

• AMYGDALA ERRORED •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang