Jalanan pagi masih lengang, hanya satu dua mobil yang melaju bersama mobil hitam yang saat ini Yuno kendarai. Tujuannya masih sama seperti hari-hari kemarin. Kantor polisi. Namun, hari ini bisa jadi hari terakhirnya mengendarai mobil menuju kantor tersebut.
Perjalanan yang memakan waktu tiga puluh menit itu, dirasakan begitu kosong dan sepi. Tak seperti sebulan yang lalu, saat seseorang masih setia mengisi bangku di sebelahnya, dengan senyum dan tawa yang khas dan selalu membuat Yuno jatuh cinta. Canda serta ejekan garing yang tak pernah ada habisnya, yang berhasil membuat Yuno tak pernah bosan saat berkendara. Tawa itu kini tiada lagi, sejak sebulan yang lalu. Senyum itu sudah hilang, beserta jasad yang sudah terkubur damai di bawah sana.
"Pak Yuno!" Teriakan Riza langsung terdengar nyaring tatkala kaki Yuno melangkah ke arah pintu masuk. Tak sempat menjawab, tubuh itu sudah dihambur pelukan erat yang berasal dari si pemilik suara tadi. "Berita itu benar, pak?" Tanya lelaki muda itu dalam pelukannya. Yuno hanya tersenyum kecil, lalu mengangguk. "Iya, Riza."
Riza langsung melepaskan peluknya, namun masih memegangi bahu sang ketua tim. Menatapnya lurus di retina, lalu mendengus sedih. "Tidak bisa bertahan barang sebulan dua bulan lagi ya, pak? Saya masih pengen jadi bawahan pak Yuno."
Yuno menggeleng, "Tugas saya di Indonesia, hanya menyelesaikan kasus pembunuhan berantai itu, Riza. Ketika kasus ini selesai, mau tidak mau saya harus kembali ke Korea."
Riza kembali mendengus, lalu membantu Yuno membawakan tas besar ke dalam ruangan. Di sana, sudah menunggu para anggota tim yang lain, serta pak Leo yang sedang menikmati teh hangat di bangkunya. Sambil membungkuk sedikit seraya menyapa atasannya itu, Yuno berjalan mendekati Pak Leo yang langsung meletakkan cangkir tehnya di mejanya, lalu berdiri menyambut anggotanya yang sangat ia sayangin itu. "Long time no see, Yuno." Ujarnya, sambil kemudian merenggangkan tangannya untuk memeluk lelaki tersebut. Yuno menyambut pelukan itu dengan senyum tulus. Atasannya itu, sudah dia anggap sebagai orangtuanya sendiri selama ia tinggal di Indonesia. Tentu berat rasanya untuk meninggalkan Pak Leo sekarang. Namun, ia tak punya pilihan.
"Yuno, saya bisa mengurus kepindahan tugasmu ke Indonesia untuk waktu yang lebih lama, jika memang kamu masih mau bertugas di sini. Lagipula, tim saya sepertinya masih membutuhkan ketua tim sepertimu, Yuno." Entah sudah berapa kali Pak Leo membujuk Yuno untuk tetap tinggal di Indonesia. Namun, jawaban yang diterima tetap sama. Tak berubah sedikitpun. "Saya lebih baik kembali ke Korea, Pak. Sudah tidak ada lagi yang menahan hati saya untuk tetap berada di Indonesia." Jawaban itu benar-benar menyayat, Pak Leo tahu betul apa maksud Yuno.
Dengan berat hati, Pak Leo harus melepas anak buah kesayangannya itu. Detektif handal yang sudah sangat berjasa dalam mengungkap kasus pembunuhan berantai yang sudah bertahun-tahun menjadi misteri. Walau akhirnya mereka tak dapat menjebloskan pelaku ke penjara, namun tetap saja, mereka sudah terbebas dari ancaman pembunuhan berantai tersebut.
Yuno lalu berpamitan kepada seluruh detektif yang ia kenal di kantor itu. Tidak, juga dengan yang tidak ia kenal. Dengan Mas Didi, Mas Dendra, Riza, juga seluruh manusia yang berada di kantor tersebut. Bohong jika Yuno tak merasa sedih saat kakinya melangkah lebih jauh dari ruangan tersebut. Kurang lebih enam tahun ia bekerja di sana, terlalu banyak cerita yang bahkan tak bisa dijabarkan dalam satu album besar, baik cerita bahagia, ataupun cerita menyedihkan. Namun, jika ia bertahan, ia tahu bahwa ia bisa gila. Bayangan gadis yang ia cintai selama ini, selalu menghantuinya dan membuat Yuno semakin merindukannya.
Kepergian Lenna yang sangat tragis membuat Yuno benar-benar terpuruk. Tiga minggu setelah Lenna dikuburkan, lelaki itu hanya mengurung diri di apartmentnya. Menangis, meraung, menghayal. Yang ia pikirkan hanya Lenna. Lenna. Lenna. Tak ada yang lain. Betapa patah hatinya melihat kematian wanita yang ia cintai itu di depan matanya sendiri, bahkan di pelukannya. Entah ia harus bersyukur karena ia sempat menyatakan perasaannya, dan ia akhirnya juga tau bahwa Lennapun mencintainya, atau ia merasa semua ini sangat terlambat. Mengapa tak dari dulu saja ia mengungkapkan rasa itu? Mengapa disaat Lenna berjuang di napas terakhirnya? Sungguh, Yuno sangatlah menyesali hal yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
• AMYGDALA ERRORED •
Mystery / ThrillerHealing for him is killing. Take any soul from their body, smile happily when they ask to not kill them in despression voice, is really the best healing for him. His Amygdala was errored, and there's no way to fix it. Amygdala: • noun [ C ] • ANATOM...