Chapter terakhir!! Benar-benar the longest chapter kali ini.
Untuk chapter terakhir ini, aku menunggu komentar kalian tentang keseluruhan AU ini, ya. Juga kritik dan saran yang sangat aku butuhin, hehehe..
Selamat membaca, semoga terhibur!
********
Lenna tak bisa menampik jika tubuhnya bergetar, kakinya hampir lemas saat melihat bayangan Ezra yang sangat menakutkan itu. Dengan pakaiannya yang serba hitam, juga snapback berwarna senada yang menambah aura menakutkan yang menyelubunginya di sore itu. Namun ia tak boleh menuruti perasaannya itu. Jika ia takut, maka ia kalah. Dan Lenna tak ingin kalah dari Ezra kali ini.
"Kita mulai dari mana, Lenna?" Suara lelaki itu terdengar lagi. Keduanya masih berdiri berhadapan dengan jarak yang terhitung jauh, namun cukup untuk membuat suara mereka terdengar satu sama lain. "Bagaimana, kalau kita mulai dari cerita tentang mamamu?"
Dengan susah payah Lenna menelan ludahnya, bersiap dengan apa yang akan ia dengar sesaat lagi, seraya merapal do'a agar traumanya tak kambuh di hadapan Ezra. "Kau tau, Lenna. Kemenanganmu selama ini bukan karena kau pandai. Sama sekali bukan. Itu semua karena campur tangan mamamu yang melebih-lebihkan nilaimu. Aku sempat mengecek sendiri. Jawaban-jawaban yang kutulis bahkan seharusnya mendapat nilai yang lebih tinggi darimu, namun wanita kejam itu selalu memberikanmu nilai lebih tinggi diatasku." Tatapan Ezra masih tenang, tak menunjukkan kemarahan ataupun dendam. Ya, karena dendamnya sudah terbalaskan belasan tahun lalu.
Sementara Lenna, masih berusaha menyesap ucapan-ucapan Ezra yang perlahan membuat dadanya sesak. Benarkah mamanya setega itu? Bukankah itu perbuatan curang? Pertanyaan itu seakan menggerogoti pikirannya.
"Ah, aku sampai lupa kalau dia sempat meminta maaf saat aku sedang mencekiknya. Ibu, ibu minta maaf, Ezra. Ibu hanya ingin Lenna bahagia dengan peringkat satu itu." Ucap Ezra, sembari meniru nada bicara Ibu Shinta kala itu. "Cih. Membuatmu bahagia? Tentu, kau bahagia, kan, mendapatkan peringkat itu. Lalu aku yang harus menerima akibatnya. Dipukuli oleh papi gara-gara mendapat peringkat kedua," Mata Ezra lalu berubah menakutkan. Tatapannya tajam ke arah Lenna seakan-akan sebuah sinar laser akan keluar menyorot dari sana. "Sungguh, Lenna. Aku benci sekali denganmu."
Tenggorokan Lenna semakin kering. Ucapan itu sungguh menakutkan. "Yeah, setidaknya aku sudah berhasil membunuh mamamu dengan tanganku sendiri. Dan benar saja, setelah mamamu pergi, keberuntungan tak habis-habisnya menjumpaiku. Mendapatkan study exchange sendirian, mendapatkan peringkat satu setelah kepulanganku, bahkan mendapatkan gelar cumlaude untuk kuliah kedokteran yang aku ambil. Keputusanku membunuh mamamu saat itu benar-benar tepat, bukan?" Senyumnya menyeringai lagi. Dadanya selalu dipenuhi euforia yang berlebihan jika mengingat proses pembunuhan pertamanya. Benar-benar menyenangkan.
"Gila.." Gumam Lenna pelan. Tak habis pikir dengan segala perbuatan lelaki di hadapannya ini. Benar dugaannya, yang dia hadapi selama ini bukanlah pembunuh biasa, melainkan seorang psychopath pintar yang sudah mengelabuhi polisi dengan akalnya yang cerdas.
"Oh, jika kau menganggap aku jahat karena sudah membunuh mamamu, maka kau harus mendengar cerita selanjutnya." Ezra melangkahkan kakinya lebih dekat ke arah Lenna, hanya sekitar tiga langkah saja lalu berhenti. "Kau sadar, tidak, jika aku tidak pernah membawa mami dan papiku jika sekolah mengadakan acara yang mengharuskan muridnya mengundang orangtua?"
Lenna menggeleng pelan. Benar, ia sama sekali tak menyadari hal itu, karena ia jarang atau bahkan tidak pernah berbicara dengan Ezra layaknya seorang teman dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
• AMYGDALA ERRORED •
Mystère / ThrillerHealing for him is killing. Take any soul from their body, smile happily when they ask to not kill them in despression voice, is really the best healing for him. His Amygdala was errored, and there's no way to fix it. Amygdala: • noun [ C ] • ANATOM...