Matahari di siang terik ini seakan ingin membolongi kulit manusia yang berjalan di bawahnya tanpa perlindungan apapun, tak memberi ampun dengan panasnya yang amat menyengat. Namun tantangan matahari ini rasanya tidak berarti untuk Yuno dan Lenna yang sedari pagi tak henti mondar-mandir di jalan. Mencari bukti serta kesaksian para kerabat yang dekat dengan korban keempat.
Baru beberapa keterangan saja yang mereka dapatkan. Seperti nama korban, yaitu Ovy, tempat kerjanya, alamat rumahnya, juga sifat dan kemungkinan korban memiliki musuh di sekitarnya. Namun menurut kesaksian banyak pihak, korban merupakan gadis baik yang bahkan tidak pernah mencari masalah dengan siapapun. Senyum selalu terukir di wajahnya saat melayani pelanggan toko kosmetik tempat ia bekerja, ataupun saat sedang tidak bekerja.
"Beberapa hari sebelum kematiannya, Ovy putus dengan pacarnya. Saya sempat lihat mereka adu mulut, tapi tak lama. Habis itu, mereka saling berpelukan dan kemudian Marco pergi." Kesaksian dari salah satu rekan kerja Ovy ini sempat dikira Yuno sebagai pembuka jalan penyelidikan. Namun ternyata sama saja.
Yang di pikiran Yuno, Ovy dan Marco memutuskan hubungan karena suatu masalah, seperti perselingkuhan, cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan, atau berakhir dengan kakak-adik-zone. Namun ternyata tidak. Marco harus melanjutkan kuliah di Sidney, mengejar cita-cita yang sudah lama ia impikan. Sedangkan Ovy tak bisa jika harus berpacaran jarak jauh. Mereka putus baik-baik, tanpa ada masalah yang menuntut dendam.
Yuno menghela napas panjang. Keduanya-bersama Lenna- kini sedang mengistirahatkan kaki keduanya yang sejak tadi tak henti melangkah kesana kemari, di sebuah restoran sederhana yang mereka dapatkan ketika letih berkeliling. Memesan semangkuk mie ayam serta bakso urat untuk Lenna, juga ketoprak sayur ditambah seblak ceker untuk Yuno, keduanya tampak menikmati makanannya. Sepertinya perut mereka memang sudah meminta jatahnya.
"Kamu inget, gak, apa yang dijelaskan Dokter Ardi kemarin?" Usai makan, Lenna langsung mengeluarkan buku catatannya dan mulai berdiskusi perkara penjelasan Dokter Ardi dengan Yuno yang masih mengemut-emut seblak cekernya. Sebagai balasan, Yuno hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Lenna lagi-lagi memutar matanya, mencibir Yuno yang tidak bisa diganggu jika sudah bermesraan dengan ceker seblak. "Tempat jari yang terpotong itu, sangat sempurna. Seperti orang profesional yang melakukannya. Jika bukan dokter, maka siapa lagi yang bisa? Tukang kayu?"
Yuno meletakkan cekernya di dalam mangkuk. Belum habis, namun ia kehilangan napsu makannya seketika, akibat potongan jari yang dibicarakan Lenna. "Aku jadi merasa bersalah sama ayam yang cekernya aku makan ini." Tawa Lenna meledak, berhasil membuat partnernya ini berhenti bermesraan dengan cekernya.
Setelah Yuno mencuci tangan, ia kembali ke mejanya dan mengajak Lenna berdiskusi secara serius. "Kita udah keliling semua rumah sakit di Jakarta, Na. Dan gak ada dokter yang bisa dijadikan tersangka. Menurutmu, kita harus cari ke mana lagi?"
Lenna menggaruk kepalanya. Mencoba menggunakan otaknya sekali lagi untuk berpikir. Ia harus mengakui bahwa penjahat yang ia hadapi kali ini sangatlah cerdas. Hanya menggunakan trik sederhana, tanpa berbelit-belit, sehingga bukti yang ditinggalkan semakin sedikit.Mata Lenna kemudian menangkap sesosok makhluk tampan yang memasuki restoran tersebut, yang secara kebetulan bertemu lagi dengannya. Lenna mendengus kesal ketika melihat Ezra yang sedang memesan makanan untuknya, lalu duduk di meja yang tak terlalu jauh darinya. Masih kesal dengan pertemuan terakhir mereka yang berakhir memalukan bagi Lenna. Yuno mengikuti arah pandang Lenna, yang kemudian menyadari apa–atau lebih tepatnya siapa– yang membuat wajah Lenna berubah menjadi cemberut. Anehnya, Yuno malah suka melihat bibir Lenna yang mengerut itu, membuat Yuno ingin mencubitnya gemas.
"Ditanyain aja lagi, siapa tau sekarang udah inget."
"Eh? Apaan?"
"Nggak usah bohong. Kamu masih berharap dia inget sama kamu, kan?" Ketahuan. Tidak heran, Yuno dijuluki detektif cermat. Membaca raut wajah Lenna saja dia jago.
KAMU SEDANG MEMBACA
• AMYGDALA ERRORED •
Misterio / SuspensoHealing for him is killing. Take any soul from their body, smile happily when they ask to not kill them in despression voice, is really the best healing for him. His Amygdala was errored, and there's no way to fix it. Amygdala: • noun [ C ] • ANATOM...