Seperti dua hari sebelumnya, Mr. Kim kembali berkunjung ke rumah istri dan anaknya pagi ini. Tiada hari tanpa merindukan keduanya, itu yang Mr. Kim sadari sekarang. Bodohnya, ia baru menyadari bahwa ia amat mencintai istri dan anaknya itu ketika keduanya sudah memiliki rumah lain selain dirinya. Rumah abadi di samping Tuhan.
Mr. Kim mengambil pigura foto yang terletak di dalam lemari kaca penyimpanan abu istrinya, mengelusnya perlahan pada setiap centinya. Seorang wanita berparas cantik terpatri abadi di dalamnya, menampilkan senyum favorit Mr. Kim yang tak pernah pudar. Masih seperti enam tahun lalu ketika pertama kali mereka bertemu, dada Mr. Kim bergemuruh hebat ketika melihat senyum itu. Senyum yang berhasil melelehkan hati bekunya yang dingin, yang tak pernah berhasil dicairkan oleh siapapun. Kyara, hanya wanita itu yang sukses membuat pertahanan Mr. Kim porak poranda.
Namun sayang, senyum manis itu sudah tak bisa lagi ia saksikan sendiri. Sebuah kecelakaan tragis mengambil paksa senyum itu, lengkap dengan tubuhnya yang juga disukai Mr. Kim. Kecelakaan yang terjadi satu setengah tahun lalu, yang bukan hanya merenggut nyawa istrinya, juga mengambil nyawa buah hati mereka yang masih berusia dua tahun. Rissa, anak mereka yang cantiknya seperti boneka itu harus menjadi korban dalam kecelakaan tersebut. Kecelakaan yang disinyalir sebagai kelalaian dari sang istri sendiri, atau bahkan diduga sebagai percobaan bunuh diri.
Malam itu, ketika Mr. Kim masih berkutat dengan lembaran-lembaran kertas berisi grafik saham yang mungkin hanya dirinya sendiri yang mengerti. Mengabaikan dua panggilan telepon yang masuk di ponselnya kala itu, yang baru diangkat ketika panggilan ketiga.
"Ya?" Jawabnya dengan suara terganggu. Ia paling sebal jika konsentrasinya dibuyarkan oleh hal sepele seperti ini.
"Dengan bapak Jinan?" Suara seorang lelaki yang tidak ia kenal.
"Iya. Ini siapa? Ada perlu apa?"
"Mohon maaf pak. Kami dari kepolisian, ingin mengabarkan bahwa kami mendapatkan nomor telepon anda pada daftar panggilan darurat yang tertera di ponsel a-phone X berwarna hitam yang merupakan milik korban kecelakaan baru-baru ini."
DEG. Jantung Jinan rasanya berhenti mendadak. Ia hanya tau satu orang yang menaruh nomornya di panggilan darurat pada ponselnya. Hanya Kyara yang melakukan itu, itupun karena dirinya sendiri yang menyuruh.
"Ka-kalau boleh saya tau, nama korban siapa, ya?"
Polisi tersebut terdiam sebentar, seperti sedang mengecek sesuatu. "Kyara Valentina. Umur 30 tahun, alamat—"
Suara polisi tersebut rasanya sudah tak bisa lagi ia dengar. Samar. Pudar. Di otaknya hanya ada satu; Kyara, wanitanya. Kecelakaan. Nyawanya sedang terancam di sana.
"— bersama dengan jasad putrinya." Hal itu yang terakhir Jinan dengar.
"Rissa? Rissa juga— astaga. Alamat. Cepat. Alamatnya di mana!!!" Panik. Jinan cepat-cepat mengambil kunci mobilnya dan berlari ke arah mobil. Porce hitam itu melaju cepat membelah jalan raya yang sudah hampir sepi. Bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Tentu saja sebagian orang di kota itu sudah meluruskan punggungnya di kasur. Hanya mobilnya yang melaju bagaikan angin di jalan itu.
Sepanjang perjalanan, bibirnya terus merapal do'a agar ia belum terlambat. Agar keduanya masih bisa diselamatkan.
Dua cintanya. Dua belahan jiwanya. Jinan pasti sudah gila membiarkan mereka berdua masih saja berkeliaran tengah malam begini.
Sampai sepuluh menit kemudian, mobil hitam itu terparkir di jalan raya yang sudah dipasangi garis polisi. Tidak terlalu ramai, namun cukup membuat pandangannya terhalau. Di dekat sana, terdapat sebuah mobil berwarna putih yang sudah ringsek bagian depannya. Juga sesosok tubuh yang tergeletak lemas di jalanan, yang sudah digambari garis putih membatasi sekujur tubuh yang berlinang darah segar itu. Tak jauh dari tubuh wanita itu, juga terdapat sesosok tubuh perempuan kecil yang sama lemasnya, berlumuran darah di bajunya yang berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
• AMYGDALA ERRORED •
Детектив / ТриллерHealing for him is killing. Take any soul from their body, smile happily when they ask to not kill them in despression voice, is really the best healing for him. His Amygdala was errored, and there's no way to fix it. Amygdala: • noun [ C ] • ANATOM...
