• HER SECRET •

106 23 18
                                    

      Pagi ini agak berbeda dari biasanya. Lenna menolak ajakan Yuno untuk berangkat bersama menuju kantor. Gadis itu ingin mampir terlebih dahulu ke suatu tempat yang ia rindukan. Rasanya sudah lama sekali ia tidak pergi ke sana untuk sekedar berbincang saja. Ia ingin bertemu dengan dua orang yang amat ia cintai dalam hidupnya.

       Tidak. Sebenarnya tidak terlalu lama. Lenna ingat betul, ketika tugasnya 'mendampingi' seorang perampok kelas dunia selesai, ia menyempatkan diri untuk singgah ke tempat tersebut. Bercerita panjang lebar perjalanannya sejak awal berkenalan dengan June, menjadi partner in crime dan turun serta dalam pelariannya ke luar negeri, hingga akhirnya ia dan tim bisa menangkap lelaki bertubuh besar itu di Singapore. Juga ketika ia diberikan misi baru oleh Pak Leo, Lenna menghabiskan waktu seharian di tempat ini. Tempat yang bisa membuatnya nyaman selain di rumahnya sendiri.

      Sekarang masih pukul delapan pagi, artinya Lenna masih memiliki waktu dua jam sebelum akhirnya ia harus berangkat menuju kantor. Kakinya kini sudah melangkah perlahan memasuki area pemakaman yang sudah tak asing untuknya. Ia acap kali ke sini jika rindu dengan kedua orang tersayangnya itu. Dan kalinini, rindu itu hampir membuncah. Rindu yang harus segera dituntaskan, agar tidak menyesakkan.

      Dua gundukan tanah coklat bertuliskan nama kedua orangtuanya di nisannya kini sudah berada di hadapannya. Berdampingan, seakan tak terpisahkan hingga ajal menjemput. Lenna bersimpuh di tengah-tengah, membasahi tanah pemakaman tersebut dengan air yang dibawanya, menabur bunga warna-warni di atasnya, membuat makam tersebut terlihat lebih cantik dan bersih dari sebelumnya. Tak lupa ia menyandarkan bucket bunga mawar putih yang tadi ia bawa, ke masing-masing nisan yang sudah bersih itu, sebagai hadiah untuk keduanya.

      Lenna mengelus nisan yang bertuliskan nama mamanya terlebih dahulu. Ingin mengajak berbicara surganya yang sudah lebih dulu meninggalkannya itu. "Ma, mama apa kabar? Maaf ya, ma. Nana baru sempat kesini lagi setelah sekian lama. Nana lagi jalanin project yang Nana tunggu-tunggu selama ini, ma." Nana adalah nama panggilan khusus dari orangtuanya, yang hanya keduanya saja yang boleh memanggil nama itu untuknya.
"Nana minta restunya, ma. Nana yakin, kali ini Nana bisa tangkap dia." Ujar Lenna sambil mengelus pelan nisan berwarna putih itu.

      Gadis itu kemudian beralih ke nisan yang berada di sisi kanannya. Kali ini bertuliskan nama papanya, cinta pertamanya yang juga telah meninggalkannya setahun setelah mamanya pergi. "Pa, Nana baik-baik aja kok. Nana masih suka main ke mall, Nana makannya rajin, Nana juga udah tidur dengan benar. Semua yang papa nasehatin ke Nana sebelum papa meninggal, udah Nana kerjain. Nana did a good job, right? Can you tell me that I do a good job, Pa? I miss your voice when you tell me like that." Tak terasa, airmata sudah bergulir di wajahnya, menguapkan perasaan rindu yang sudah tak terbendung.

      Selalu. Selalu seperti itu jika ia mengunjungi keduanya. Bohong jika ia baik-baik saja. Bohong jika ia tidak merasa kesepian. Lenna tidak baik-baik saja. Gadis itu hanya berusaha abai akan perasaannya. Lagipula, siapa yang bisa tetap baik-baik saja saat ditinggal kedua orangtuanya dalam jarak waktu yang tak terlalu lama? Hanya berselang setahun setelah mamanya meninggal, papanya pun pergi meninggalkannya sebatang kara di dunia. Jika saja itu takdir Tuhan, mungkin Lenna masih bisa menerimanya. Tapi dengan kematian yang tak wajar, Lenna tak bisa tinggal diam. Ia harus membalas nyawa kedua orangtuanya yang direnggut secara paksa itu.

      Puas menguras airmata, Lenna kemudian mengeluarkan bekal yang sudah ia siapkan sejak pagi, yang memang sengaja ia bawa untuk ia makan bersama kedua orangtuanya di sini. Setiap makanan yang ia santap di sini rasanya akan berkali-kali lebih nikmat dibanding dengan yang ia makan sendiri di rumah, ataupun bersama kepala timnya, yang sekarang masih saja menghubungi dirinya. Lenna tertawa dalam hati sambil melirik ponselnya yang terus bergetar itu. Yuno pasti kelimpungan mencari dirinya. Abaikan, Lenna masih ingin bersama kedua cintanya ini. Bercerita banyak sampai dadanya terasa lapang lagi. Siap diisi dengan hal baru lagi.

• AMYGDALA ERRORED •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang